Jangan pernah bosan menggaungkan kecintaan terhadap Indonesia. Media sosial sebagai saluran partisipatorik publik manfaatnya mesti digencarkan untuk membina wawasan kebangsaan warga negara. Selain itu, arus globalisasi dan paham fanatik keagamaan di media sosial menjadi sumber kewaspadaan lunturnya semangat nasionalisme.
Media jaman dulu yakni radio memiliki sejarah penting bagi kemerdekaan Indonesia yang melepaskannya dari para penjajah. Sutan Syahrir pejuang kemerdekaan bawah tanah tanpa kerja sama dengan Jepang, pada 10 Agustus 1945 ia mendengar kekalahan Jepang melalui radio. Berita ini kemudian dengan cepat disebarkan secara luas. Yang mana radio kala itu merupakan media penghubung Bung Karno dan Bung Hatta dengan rakyat Indonesia menyatu.
Tak terduga berita siaran radio yang didengar Sutan Syahrir mujur berujung pada kemerdekaan lebih cepat, yakni pada 17 Agustus 1945. Padahal sebelumnya telah terjadi kesepakatan antara Soekarno-Hatta dengan Jepang, yang dijanjikan kemerdekaan pada 24 September 1945. Berangkat dari sini, radio merupakan media yang memiliki momentum istimewa tentang kemerdekaan, tanpa menghilangkan hal terkait lainnya.
Jika dahulu radio yang terbatas aksesnya bisa berperan superior, maka fungsi media sosial seharusnya lebih dari itu. Media sosial yang intens memberitakan nilai kebangsaan, tentunya dapat membangun wawasan kebangsaan, sebagaimana radio dahulu dapat menyatukan seluruh bangsa Indonesia. Itu sebanya, isu globalisasi dan fanatik keagamaan jangan sampai meneggelamkan isu-isu kepedulian terhadap negeri. Karena bila isu itu tak dicegah cepat atau lambat, jiwa nasionalisme bangsa Indonesia khawatir memudar dan bersikap apatis.
Dalam penayangan iklan yang diluncurkan KOMINFO terkait Pancasila di media sosial merupakan langkah yang diapresiasi karena mempromosikan Pancasila. Hanya saja pemasangan iklan tentang Pancasila masih belum banyak, masih terkalahkan dengan iklan Lazada yang dibintangi Agnes Mo dan Lee Min Ho. Karena itu, pemahaman positif Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, demokrasi serta wawasan kebangsaan lainnya di media sosial harus dibuat lebih banyak iklannya dan dipopulerkan di setiap konten.
Pendidikan kebangsaan PPKN di sekolah dalam penyelenggarannya, memiliki misi yang tersirat dari pernyataan pada pendahuluan PKN dalam permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Para pelajar dididik untuk menjadi bangsa yang memiliki kebajikan, berakhlak dan cerdas sebagai modal utama membangun negara dengan berpegang pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Upaya menciptakan jiwa semangat nasionalisme dan berkomitmen kuat, demi menjaga keutuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh Winarno disebutkan yang melatarbelakangi mata pelajaran pendidikan kebangsaan adalah ancaman perpecahan bangsa-negara Indonesia sejak proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dipenghujung abad 20 (Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan: 2013).
Menyemai pendidikan kebangsaan agar lebih masif butuh dukungan yang saling bersinergi antara pemerintah dan masyarakat. Nilai kebangsaan di media sosial dapat ditampilkan dengan modifikasi dalam bentuk film, animasi, webinar, podcast, tulisan dan iklan. Secara tidak langsung, menjadi senjata yang aktif mempengaruhi pengguna media sosial, sebab kecenderungan masyarakat urban pada teknologi.
Sebagai pengguna media sosial, saya melihat iklan dalam bentuk video lebih efektif dalam mempengaruhi seseorang. Selain ceritanya lebih ringkas dan padat, iklan ditampilkan secara berulang-ulang dengan kemasan yang kreatif dan menarik, seperti iklan belanja online. Pada akhirnya, pendidikan kebangsaan manfaatnya adalah untuk kita sendiri agar tidak kehilangan identitas dan arah sebagai bangsa.
Identitas kebangsaan bukan saja sebagai pengenal, tetapi dapat menjamin kehidupan seseorang. Siapa sangka seorang dapat terselamatkan dan dihargai dengan hanya menunjukkan identitas dirinya sebagai bangsa Indonesia. Beberapa tokoh yang menjalin persahabatan dengan tokoh penting di luar negeri, seperti Ir. Soekarno yang namanya tidak saja harum di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Nyatanya bisa memberikan keuntungan bagi bangsa yang seidentitas dengannya.
Kisah ini tersimpan dalam buku Dunia Dalam Genggaman Bung Karno, yang dialami seorang wartawan antara, Munawwar Makyanie yang tengah meliput unjuk rasa pendukung presiden terguling Muhamed Moursi ditangkap seorang tentara (Agustus 2013) di Bunderan Ramses, Kairo. Di sana ia diinterogasi dengan galak oleh keamanan Mesir. Namun setelah dilihat paspornya berasal dari Indonesia, sang petugas memohon maaf dan ia mengatakan bahwa mencintai Soekarno. Berkata jalinan persahabatannya presiden Gamal Abdul Naser sekaligus timbal balik perjuangan bangsa Indonesia-Mesir yang saling peduli menyelamatkan negara dari penjajah.
Oleh karena itu, sejarah perjuangan para pahlawan berperan penting untuk mengukuhkan semangat nasionalisme generasi bangsa. Pendidikan kebangsaan saat ini tidak cukup hanya diajarkan dalam sekolah. Sebagaiamana perkembangannya otoritas media sosial yang tak terbatas dan terjangkau dapat didayagunakan sebagai peluang investasi untuk menebarkan gagasan, perdamaian dan meningkatkan mutu bangsa-negara Indonesia.