Oleh : Thayya Parahita
Kementrian Pertanian (Kementan) berhasil meningkatkan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kesuksesan tersebut bahkan mampu meningkatkan nilai eskpor untuk pasar Asia seperti Tiongkok.
Tercatat Ekspor produk pertanian ke Tiongkok selama 2014 – 2018 mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan, angkanya sampai pada 33,63 persen atau rata – rata 9,27 persen per tahun. Artinya, dari 3,99 juta ton meningkat menjadi 5,34 juta ton.
Baca Juga
Peningkatan ini juga berlaku pada semua ekspor produk pertanian Indonesia dengan posisi nilai yang sangat positif. Hal ini bisa dilihat dari nilai ekspor hortikultura selama empat tahun terakhir yang tumbuh sebesar 27,98 persen.
Peningkatan tersebut juga selaras dengan meningkatnya produk perkebunan dan peternakan. Dimana kedua item tersebut masing – masing telah tumbuh sebesar 26,10 persen dan 16,15 persen. Indonesia juga tercatat mengalami surplus neraca perdagangan dalam bentuk volume maupun nila.
Selama periode 2014 – 2018, surplus perdagangan Indonesia ke China tumbuh 35,23 persen per tahun. Angka tersebut juga meningkat dari 2,84 juta ton pada tahun 2014 menjadi 3,85 juta ton pada tahun 2018. Selama periode tersebut, rata – rata surplus neraca perdagangan sebesar 3,61 juta ton atau setara Rp 26,13 triliun.
Pencapaian ini merupakan hasil kerja keras semua pihak, terutama yang berkaitan dengan penerapan program terobosan pemerintah untuk akselerasi ekspor produk pertanian Indonesia. Program tersebut antara lain, kebijakan dalam menyederhanakan prosedur ekspor hingga percepatan layanan karantina di pelabuhan.
Dengan kebijakan tersebut, diharapkan posisi pertanian akan menjadi semakin penting dan strategis sebagai sektor andalan dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional ke depan. Pemerintah RI akan berdiplomasi untuk memperluas jenis komoditas dan tujuan pasar ekspor ke negara – negara baru.
Sebagaimana diketahui sebelumnya, Presiden Jokowi dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman mendorong untuk peningkatan ekspor buah – buahan. Salah satu upayanya adalah dengan mengikuti Fruit Expo 2019 di Guangzhou Tiongkok.
Peluang ekspor tentu sangat terbuka mengingat Tiongkok tidak memproduksi manggis, salak dan durian padahal masyarakatnya sangat menyukai buah – buahan tersebut.
Beberapa buah tropis ada yang diproduksi sendiri seperti pisang, buah naga dan kelengkeng, namun produksi buah tersebut tidak sepanjang tahun karena merupakan negara 4 musim. Sehingga China tidak memproduksi buah tersebut, mereka membutuhkan impor dari negara lain.
Hal ini tentu membuka peluang bagi Indonesia untuk mengekspor buah ke China, ekspor tersebut tentu menunjukkan bahwa Indonesia mampu berswasembada dalam sektor pertanian.
Dulu, para pedagang buah durian segar di kios atau lapak pinggir jalan lebih banyak yang menjual durian impor, kini durian lokal lebih mendominasi. Bahkan jika dulu gerai – gerai supermartket hampir tidak pernah memajang durian lokal, kini sudah mulai ramai menjual durian unggul lokal.
Hal ini bisa dibilang prestasi bagi petani durian di seluruh Indonesia pada umumnya dan Kementrian Pertanian pada khususnya. Kebijakan pacu ekspor terbukti efektif dalam membangkitkan pamor durian lokal.
Selain itu, setiap penggemar durian dari berbagai naegara memiliki preferensi berbeda terkait citarasa durian. Untuk orang Indonesia dan Jepang, umumnya menyukai rasa yang manis. Tetapi untuk pasar China, Hongkong, Singapura, Malaysia justru suka yang manis dan ada sensasi pahitnya.
Kabar baiknya, semua citarasa tersebut ada di Indonesia, hal ini tentu menjadi pemicu semangat para petani agar dapat mengembangkan durian secara besar – besaran, harapan untuk menjadi jawara dunia tentu bukan isapan jempol belaka.
Durian Indonesia saat ini juga sudah menembus pasar Asia seperti China, Malaysia, Vietnam dan lainnya. Prevalensi ekspornya juga meningkat dari tahun ke tahun.
Sentra durian juga tersebar mulai dari Aceh hingga Papua, sehingga hampir setiap kabupaten mempunyai varietas unggulannya masing – masing yang menjadi icon untuk menarik para penggemar buah untuk wisata durian ke daerah – daerah yang ada di Indonesia.
BPS juga mencatat, neraca perdagangan durian Indonesia dulunya selalu defisit. Baru pada tahun 2018 Indonesia mampu membalikkan neraca perdagangan menjadi surplus. Ekspor durian tercatat 1.087 ton, sementara impor 351 ton sehingga Indonesia surplus 700 ton.