Pandemi coronavirus disease (Covid-19) ternyata punya dampak positif dalam pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Kekhawatiran terhadap penyebaran Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan sosial mendorong banyak pelaku usaha kecil dan mikro di desa untuk menjalankan usaha dan menawarkan produknya via internet. Pada gilirannya, dengan “go online”, ekonomi desa semakin hidup.
Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Budi Arie Setiadi mengungkapkan, Kemendesa sudah memiliki program untuk mendorong digitalisasi desa, lewat kerjasama dengan berbagai startup, e-commerce, dan pelaku usaha digital lainnya. Banyak di antara pelaku usaha desa ini telah berhasil mengukir kisah sukses. Dari sekitar 18.000 BUMDes yang sudah didata oleh Kemendesa, 4.651 diantaranya dapat dikategorikan sebagai BUMDes yang maju.
Salah satu contoh sukses tersebut adalah Desa Panggung Harjo di Bantul, DIY, yang mengembangkan situs niaga pasardesa.id. Dengan website tersebut, BUMDes dan warga desa menjajakan 668 barang dan komoditas dan telah memiliki 57 mitra dagang. Hanya dalam 25 hari pertama beroperasi, pasardesa sudah menarik 2000-an transaksi dengan nilai omzet lebih dari Rp 100 juta.
Baca Juga
Baca juga: PSBB Masih Efektif Cegah Penyebaran Covid-19
Ada juga Desa Tunjung Muli di Purbalingga, Jawa Tengah, yang dijuluki Kampung Marketer, karena memiliki banyak tenaga terlatih digital marketing. Total ada 752 warga yang diberdayakan dengan segala aktivitas jasa marketing online tersebut. Para pemuda desa bahkan bisa memperoleh penghasilan antara Rp 1,4 juta hingga Rp 4 juta per bulan.
Selain itu, ada juga BUMDes yang menjalin kerjasama dengan Tokopedia Center. Ini adalah gerai milik Tokopedia yang membantu warga desa untuk bisa berniaga di e-commerce. Mereka akan membantu masyarakat, mulai dari membuat email sendiri, hingga belajar memulai bisnis. Proses ini membantu warga desa memahami infrastruktur dan cara kerja e-commerce.
Ketua Umum Jaringan Pengusaha Nasional (Japnas) Bayu Priawan Djokosoetono mengapresiasi langkah kerjasama antar pelaku usaha. Dalam situasi terganggunya kegiatan bisnis secara ekstrim seperti sekarang, seluruh komponen bangsa harus bergotong royong untuk menghadapi dampak pandemi tersebut.
Chairman Bluebird Group -perusahaan taksi terbesar di tanah air- tersebut mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah merilis kebijakan mitigasi untuk memulihkan ekonomi, sebagaimana dilakukan oleh semua negara di dunia, dengan mengalokasikan anggaran khusus dalam belanja negara untuk penanganan dampak ekonomi akibat Covid-19.
Namun, dalam kondisi tekanan ganda dari sisi permintaan dan penawaran ini, Bayu menilai dunia usaha tetap perlu melakukan kalkulasi dan prediksi terhadap situasi ekonomi secara cermat. Selain itu, pengusaha dituntut lebih berhati-hati dalam menjalankan agenda bisnis untuk meminimalisir potensi risiko.
Adapun Ketua Umum Japnas Jawa Timur M. Supriyadi menilai, pandemi Covid-19 punya dampak positif mendorong percepatan transformal digital, termasuk untuk pelaku usaha di desa. Mereka yang bisa memanfaatkan momentum ini yang akan punya kesempatan untuk berkembang. “Bukan tidak mungkin akan muncul konglomerasi bisnis baru berbasis infrastruktur dan produk dari desa,” katanya.
Ia meminta pemerintah untuk ikut mendorong BUMDes dan ekonomi desa lewat peningkatan SDM, tata aturan hukum, hingga fasilitas perpajakan.