Investasi Masuk Ke Indonesia Relatif Besar
Oleh : Deka Prawira
Pandemi Covid-19 telah menjadi jejak di mana badai krisis pernah menerpa Indonesia, saat itu krisis ekonomi maupun kesehatan tak bisa dihindarkan.
Baca Juga
Kendati demikian, demikian investasi besar bernilai ratusan triliun berhasil masuk ke Indonesia meski dalam dua tahun terakhir Indonesia berada dalam situasi krisis.
Tercatat pada 2020, realisasi investasi mencapai Rp 826,3 triliun atau 101,1% dari target Rp 817,2 triliun. PMDN mencapai Rp 413,5 triliun (50,1%), sedangkan PMA sebesar Rp 412,8 trilun (49,9%). Perolehan pada tahun 2020 tersebut mampu menyerap hingga 1.156.361 TKI dengan total 153.349 proyek investasi.
Pada 2021, realisasi investasi mencapai Rp 901,02 triliun. PMA berkontribusi sebesar Rp 454 triliun (50,4%), tumbuh 10% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 lalu. Sementara PMDN telah berkontribusi sebesar Rp 447 triliun (49,6%) yang juga tumbuh 8,1% dibandingkan tahun 2020 lalu.
Tingginya investasi ternyata memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Termasuk ketika periode kuartal II-2022, di mana pertumbuhan ekonomi secara mengejutkan mampu menembus level 5,44%.
Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk salah satu yang terbaik di dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling cepat berkembang di G-20 dan saat ini berhasil menempati peringkat negara dengan ekonomi terbesar kelima setelah China, Jepang, India dan Korea Selatan.
Indonesia juga merupakan anggota terdepan dari Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dengan ekonomi terbesar dan populasi, dan satu-satunya negara di G20. Indonesia menempati urutan 37 dari World Competitive Scoreboard, melebihi pesaing negara bahkan BRIC seperti Brazil atau Rusia. Hal ini menempatkan Indonesia dalam daftar negara yang paling diinginkan di dunia sebagai destinasi investasi.
Kementerian Investasi/BKPM mencatat, 5 besar realisasi investasi (PMDN dan PMA) berdasarkan lokasi proyek adalah DKI Jakarta (Rp 40,4 triliun, 14,3%); Jawa Barat (Rp 39,5 triliun, 14,0%); Riau (Rp 23,7 triliun, 8,4%); Jawa Timur (Rp 23,6 triliun, 8,4%); dan Sulawesi Tengah (Rp 20,0 triliun 7,1%). Sebagai refleksi pemerataan ekonomi di Indonesia, pertumbuhan investasi di luar Jawa ternyata cukup stabil dan terus mengalami peningkatan secara signifikan.
BKPM telah mempublikasi data capaian realisasi investasi pada Triwulan I (periode Januari-Maret) untuk tahun 2022 yakni sebesar 282,4 triliun, lebih tinggi 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Capaian Triwulan I Tahun 2022 juga meningkat 16,9% dibandingkan Triwulan IV Tahun 2021. Capaian Triwulan I Tahun 2022 berkontribusi sebesar 23,5% dari target realisasi yang dicanangkan sebesar Rp 1.200 Triliun.
Dengan peningkatan prosentase capaian realisasi investasi Triwulan I – 2022 meningkat menjadi dua digit dibanding Triwulan 1 – 2021, hal ini menunjukkan bahwa keyakinan investor baik dari dalam negeri maupun luar negeri semakin meningkat terhadap kebijakan pemerintah khususnya di bidang investasi.
Realisasi PMA terbesar untuk periode Januari-Maret 2022 disumbang oleh sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya. Peningkatan realisasi investasi tersebut menjadi bukti bahwa kebijakan Presiden Joko Widodo yakni melarang ekspor bahan mentah telah berhasil mendorong terjadinya hilirisasi investasi di Indonesia, khususnya industri pengolahan nikel serta industri besi dan baja.
Di sisi lain, masuknya Investasi ke Indonesia juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Realisasi penyerapan tenaga kerja Indonesia pada Triwulan I Tahun 2022 mencapai 319.013 orang yang berasal dari proyek PMDN sebanyak 190.728 orang dan proyek PMA sebanyak 128.285 orang. Pemerintah juga akan terus mendorong promosi terkait kemudahan dalam berinvestasi di Indonesia dengan mengutamakan isu investasi dan pembangunan yang berkelanjutan.
Tujuan dari investasi adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya adalah penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Indonesia sendiri menargetkan bisa menarik Investasi sebesar Rp 200 triliun – Rp 250 triliun melalui penyelenggaraan KTT G20 pada November 2022 mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan terus mendorong kemudahan berinvestasi di Indonesia melalui perbaikan sistem kemudahan berusaha. Airlangga yakin, peningkatan keyakinan dalam pertumbuhan lintas batas dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan optimism and awareness terkait reformasi yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mendukung kemudahan berusaha.
Pemerintah juga telah mengeluarkan sejumlah inisiatif untuk mendorong kemudahan berusaha melalui undang-undang nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Di mana UU ini akan memberikan kepastian kemudahan berusaha dan memangkas perizinan yang panjang bagi investor sehingga meningkatkan kepercayaan investor. Dengan adanya investasi, perekonomian di Indonesia akan semakin berkembang serta mampu mengurangi angka pengangguran.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini