Oleh: Nur Fahmi
Perebutan Kursi kekuasaan adalah hal lumrah yang terjadi di negera indonesia ini. Dari perebutan kursi kepala desa sampai dengan perebutan kepala negara. Dan semua di lakukan dengan sangat meriah dan penuh kegembiraan. Pawai yang tak henti-henti dengan knalpot motor yang lumayan membisingkan telinga, sampai dengan goyangan maut nona-nona di atas panggung, ya dangdutan. Semua orang menikmati setiap tawaran kebahagiaan yang di berikan oleh para calon penguasa. Dan ingat, itu hal lumrah di negeri ini
Tahun 2019 pun masuk. Dari munculnya #2019gantipresiden, hingga di beri tandingan #2019tetapjokowi, semua pertarungan perebutan di lakukan. Yang paling menarik dari semua pertarungan ini adalah, bahwa semua ikut andil. Siapapun dia, ketika dia berpihak pada salah satu pasangan calon, maka tidak menutup kemungkinan dia melakukan apapun untuk membantu dan memberi dukungan pada pasangan tersebut, tanpa terkecuali. Salah satunya adalah menyebar kebohongan atau yang biasa di sebut dengan kata hoax.
Baca Juga
Dalam kamus besar bahasa indonesia, hoax artinya berita bohong. Ataupun dalam Oxford English Dictionary, Kata hoax di definisikan sebagai ‘malicious deception’ atau ‘Kebohongan yang di buat dengan tujuan jahat’. Dari beberapa pengertian ini, kita dapat menarik benar merah bahwa hoax ini merugikan. Dia tidak hanya berisi kebohongan, tapi penuh dengan intrik kejahatan.
Dari pengertian diatas, ternyata hoax tidak lalu menjadi musuh bagi masyarakat secara utuh, bagi sebagian orang, hoax di jadikan senjata untuk menghabisi lawan-lawannya. Apalagi di tahun politik seperti ini. Apapun informasi dan berita di kabarkan kepada publik tentang para pasangan calon. Yang kita lebih menganalisa dan mengkaji lebih dalam ternyata berita atau informasi yang di sebar itu tidak memiliki sumber data yang valid, bahkan terkesan di buat-buat untuk menjatuhkan lawan politiknya.
Beberapa waktu lalu kita di hebohkan oleh kejadian yang menimpa ratna sarumpaet. Ratna mengatakan pada awak media bahwa dia di pukul dan di kroyok oleh orang yang tak di kenal, sehingga mukanya hancur. Memang terlihat seperti telah di kroyok. Tapi beberapa saat kemudian, ratna menangis di depan media dan mengatakan bahwa “saya adalah pembuat hoax terbaik di negeri ini”. Ternyata berita pemukulan dan pengkroyokan itu hanya akal-akalan ratna untuk menyerang lawan politiknya yang tentunya pasangan calon petahana. Alih-alih ingin mengatakan pada publik bahwa dia di kroyok oleh orang pemerintahan dan meminta bantuan masyarakat, tapi malah balik di serang dan di bully habis-habisan oleh masyarakat. Tapi tidak cukup sampai situ, kerugian tidak hanya di dapatkan oleh calon petahana yang masih memimpin, tapi tentunya oleh pasangan calonnya yang satunya lagi. Bagaimana tidak, ketika mendapat kabar bahwa tim pemenangannya di pukul dan di kroyok oleh yang katanya orang pemerintahan, pasangan calon itu langsung melakukan konfrensi pers dan mengutuk keras perbuatan tersebut. Ternyata keberuntungan hanya datang sebentar, berita itu ternyata bohong, ratna tidak di pukul tapi telah melakukan operasi plastik. Mungkin tidak di liatkan expresi para paslon berserta pendukungnya tersebut. Tapi itu menjadi pukulan keras bagi mereka.
Tidak hanya itu, banyak sekali hoax kecil-kecilan sebutku, yang tersebar di publik tanpa ada penyaringan yang baik. Apalagi masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah. Berita-berita yang masuk kepala masyarakat, terkadang tidak tersaring, langsung masuk dan di cerna. Padahal sumber datanya tidak ada, dan pastinya penuh kebohongan, dan lebih ganas lagi di tambahkan ujaran penuh emosi untuk membakar masyarakat, yang harapannya dapat menggiring masyarakat berpihak.
Hoax akhirnya banyak memberi efek buruk, dan memperkeruh suasana. Tidak hanya terjadi gontok-gontokan di antara para elit tim pemenangan, tapi juga di akar rumput/masyarakat. Saling maki, saling hina, saling tuding, bahkan saling pukul menjadi suatu kewajaran. Untuk membela pendukungnya, bahkan tidak menutup kemungkinan, hubungan persahabatan atau kekeluargaan yang sudah lama, harus hancur berantakan hanya karena beda pilihan.
Kita sebagai masyarakat indonesia harus bisa menyikapi ini dengan benar. Karena efek yang timbul dari Hoax ini sangat buruk bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk menciptakan pemilu yang damai, penuh integritas dan baik, sudah barang tentu hoax harus di bumihanguskan. Ujaran kebencian, berita bohong, informasi yang tidak benar harus di bersihkan dari kepala-kepala masyarakat indonesia. masyarakat harus lebih cerdas memilah dan memilih informasi, agar tidak gampang di tipu dan terbawa emosi.
Kita semua dapat melihat bagaimana akhir-akhir ini pertarungan di atas maupun di bawa penuh dengan kelakukan yang tidak bermartabat. Seperti kehilangan harga diri manusia-manusianya yang efeknya adalah negara ini kehilangan harga dirinya.
Sudah saatnya pertarungan politik ini di bangun atas dasar kecerdasan, atas akal sehat, atas dasar keseriusan untuk sama-sama memperbaiki, sehingga kedepannya keadaan negara ini bisa baik dan benar. Tidak perlu ada saling menghina, tidak perlu ada saling sindir di media sosial, pembuatan puisi, mengeluarkan kata-kata yang kurang enak di dengar seperti “Sontoloyo” ataupun “gendoruwo” dan segala macamnya.
Yang menjadi parahnya lagi, para elite politik terikut arus itu, seolah ingin mendukung pasangannya, malah melakukan hal-hal yang kurang integritasnya. Pertarungannya menjadi sangat dangkal. Tidak ada pertarungan gagasan, tidak ada pertarungan konsep, minim sekali pertarungan program untuk pembangunan nasional yang lebih baik. Kenapa saya bilang begitu? Terbukti dari debat pertama tentang hukum dan ham. Bagaimana argumentasi para calon sangat mendasar dan masih di permukaan. Narasi-narasi yang di bangun masih jauh dari kata baik. Tapi yang di pertontonkan tidak sedikit adalah saling hina, saling serang, dan saling sindir. Menyedihkan!
Maka kita sebagai masyarakat indonesia, harus menjaga ini semua. Pertarungan politik adalah sebuah hal yang lumrah dalam negara demokrasi, tapi bagaimana suatu yang lumrah ini tidak di campuri oleh hal-hal yang buruk, seperti hoax contohnya. Karena bagi saya hoax inilah biang keladi dari kerusuhan politik 2019 ini.
Kita harus berani mengambil langkah, bergerak melawan hoax, agar tercipta negara indonesia yang damai dan kondusif. Dan tentunya melahirkan pemimpin yang benar, yang membangun negaranya dengan penuh cinta dan kasih.
Pada akhirnya, saya hanya bisa berharap agar pemilu tahun ini berjalan lancar, tanpa perlu ada pertikaian yang tak berarti. Lawan Hoax, Sampai ke akarnya!