Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama segera memberangkatan tim penyediaan layanan haji di Arab Saudi. Mereka terbagi menjadi tiga tim, yaitu: akomodasi, transportasi darat, dan katering.
“Akhir pekan ini atau awal pekan depan, mereka akan diberangkatkan ke Arab Saudi,” terang Dirjen PHU Nizar Ali di Jakarta, Kamis (07/02).
Menurutnya, saat ini pihaknya sedang memberikan pembekalan akhir kepada masing-masing tim sebelum berangkat ke Arab Saudi. “Selain memastikan semua memahami tugas dan prosedur kerjanya, pembekalan penting untuk meneguhkan integritas mereka dalam bekerja,” tegas Nizar.
Baca Juga
“Sebelum berangkat, mereka harus menandatangani Pakta Integritas sebagai komitmen untuk bekerja secara profesional, tranparan, dan akuntabel,” lanjutnya.
Nizar menambahkan, kebijakan pengadaan layanan tahun ini adalah menerapkan sistem repeat order atau pemesanan ulang untuk penyedia layanan yang dinilai berkinerja baik pada musim haji tahun lalu. Di luar itu, tim juga akan mencari (hunting) penyedia layanan baru yang sesuai dengan kriteria yang diatur dalam pedoman penyediaan.
“Penyedia tahun lalu yang dinilai berprestasi, akan kita kontrak kembali. Sisanya, kita cari penyedia baru yang lebih baik lagi,” jelasnya.
“Prinsipnya, tim harus bekerja sesuai Pedoman dan SOP penyediaan. Semua harus dilakukan dengan hati-hati dan rambu-rambu yang jelas sehingga lebih transparan dan akuntabel,” pesannya.
Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis menjelaskan, tim penyedia layanan terdiri dari pejabat dan staf di lingkungan Ditjen PHU. Selain itu, ada juga perwakilan dari Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub, serta Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung. Menurutnya, proses penyediaan ketiga layanan ini membutuhkan waktu cukup lama. Tim Akomodasi dengan 12 personil akan bertugas selama 86 hari. Tim Konsumsi dengan 11 anggota bertugas selama 60 hari. Sedang Tim Transportasi Darat dengan 11 personil akan bertugas selama 45 hari.
Lamanya waktu penugasan, kata Sri Ilham, karena tim harus melakukan beberapa rangkaian pekerjaan yang cukup detail dan bertahap. Tahapan tersebut antara lain: penerimaan berkas, verifikasi dokumen, verifikasi lapangan, penilaian, sampai negosiasi. Dalam bertugas, tim dituntut menguasai substansi bidang pekerjaan pengadaan dan penyediaan barang dan jasa, mampu berkoordinasi dan berkomunikasi Bahasa Arab, memahami administrasi perkantoran serta, menguasai teknologi informatika.
Tahun ini, Kementerian Agama rencananya akan menyewa hotel untuk kapasitas 210.717 orang di Makkah dan 208.795 di Madinah. Layanan akomodasi ini akan ditempati jemaah dan petugas haji Indonesia, termasuk juga hotel cadangan.
Tahun lalu, lebih dari tujuh puluh perusahaan katering yang menjalin kontak kerjasama untuk penyediaan makanan bagi jemaah haji Indonesia. Sebanyak 15 perusahaan berada di Madinah, 36 di Makkah, 2 di Bandara dan 19 perusahaan di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina).
Dikatakan Sri Ilham, total ada 3.720.036 box katering yang harus disiapkan di Madinah. Sementara kebutuhan di Makkah mencapai 8.264.240 box, Jeddah 206.040 box, sedang di Armina 3.306.920 box. “Total lebih 15,4 juta box katering yang harus disiapkan,” ujarnya.
Sedang terkait transportasi darat, setidaknya dibutuhkan 4500 trip untuk mengangkut jemaah haji Indonesia dalam enam rute pergerakan, yaitu: Bandara AMAA ke Hotel di Madinah, Madinah – Makkah, lalu Makkah – Jeddah untuk gelombang pertama, serta Bandara KAAIA (Jeddah) ke Makkah, Makkah – Madinah, dan Madinah – Bandara AMAA untuk gelombang kedua.
“Selain itu dibutuhkan 400 bus shalawat yang akan mengantar jemaah dari hotel ke Masjidil Haram, pulang pergi,” tandasnya.
Laporan: Hafyz Marshal