Oleh : Ismail (Pengamat Sosial Politik)
Impian rekonsiliasi yang mempertemukan Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto akhirnya terwujud. Berawal dari Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus, Jakarta Selatan, pertemuan berakhir usai makan siang di FX Senayan.
Sejumlah tokoh juga turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka diantaranya Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, Ketua TKN Erick Thohir dan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.
Baca Juga
Keberadaan sosok Kepala BIN tentu cukup menyita banyak perhatian. Budi Gunawan yang sering disapa BG tersebut terlihat sibuk, ia berkoordinasi dengan Pramono, Erick Thohir dan Muzani.
Beredar kabar pula bahwa BG merupakan sosok penting dibalik pertemuan Jokowi dan Prabowo.
Pramono juga mengatakan bahwa BG telah melaksanakan tugasnya tanpa diketahui oleh banyak orang.
Selain itu beredar kabar pula bahwa BG sempat menggelar pertemuan tertutup dengan Prabowo di Bali beberapa waktu lalu. Meski sempat dibantah oleh BPN, namun akhirnya pertemuan tersebut telah dikonfirmasi oleh Partai Gerindra melaui anggota dewan pembina Partai Gerindra Maher Algadri, pertemuan tersebut hanya membahas terkait situasi keamanan dalam negeri. Tidak disinggung tentang rencana pertemuan Jokowi – Prabowo.
Tak hanya keempat orang tersebut, ternyata wakil presiden Jusuf Kalla juga diberitakan memiliki andil besar dalam pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi. Hal tersebut diamini oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono.
Bahkan Arief juga mengucapkan terimakasih kepada Jusuf Kalla atau upayanya dalam mempertemukan Capres 01 dan 02 tersebut. Arief menegaskan bahwa pertemuan tersebut akan menjadi langkah awal menuju Indonesia bekerja untuk menuju Masyarakat Adil Makmur.
Meski berbeda dukungan, Arief mengakui bahwa dirinya kerap berkomunikasi dengan Jusuf Kalla sejak 1 Mei lalu. Tujuannya adalah agar apapun hasil Pilpres dapat diterima kedua belah pihak dan kemudian mempersatukan lagi antara pendukung Jokowi dan Prabowo yang sempat terpolarisasi.
Dirinya menceritakan, setelah aksi 22 Mei pada Ramadhan lalu, ia dan Jusuf Kalla saling menelepon untuk mengatur pertemuan antara Jokowi dengan Prabowo guna mencairkan suasana setelah kerusuhan 21 – 22 Mei 2019.
Bahkan sebelum dan sesudah putusan Mk, dirinya tetap selalu berkomunikasi dengan Jusuf Kalla guna mencari cara mempertemukan Jokowi dan Prabowo dengan tujuan agar masyarakat dapat bersatu kembali, dan tak ada lagi perpecahan antara 01 dan 02.
Pada suatu ketika Arief ditelepon oleh Jusuf Kalla, bahwa pada saat itu sudah saatnya Prabowo bertemu dengan Jokowi. JK pun mengusulkan supaya pertemuan tidak perlu terlalu formal dan tidak membahas politik. Arief kemudian menyampaikan ke Prabowo terkait usulan tersebut.
Hingga akhirnya segenap drama pilpres telah berakhr secara happy ending, pertemuan Prabowo dengan Jokowi menjadi sebuah tanda hancurnya polarisasi dan menguatnya rasa persatuan, tak luput Arief juga berterimakasih kepada Wapres Jusuf Kalla.
Tentunya upaya tersebut layak mendapat apresiasi, dimana pertemuan atau silaturahmi yang ditunggu – tunggu oleh masyarakat.
Pertemuan tersebut telah menjadi keteladanan akan sebuah sikap seorang negarawan. Kita semua tentu berharap agar hal tersebut dapat menjadi momentum untuk merekatkan suasana kebangsaan agar masyarakat kembali bersatu pasca pemilu.
Meskipun tidak sepenuhnya formal, pertemuan tersebut diharapkan bisa menjadi legitimasi persatuan antara para elite politik yang berkonsentrasi dalam Pemilu 2019.
Baik itu Jokowi dan Prabowo, pertemuan mereka telah memberikan energi positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini sudah sepatutnya menular kepada para tokoh politik agar bisa move on dari Pemilu 2019 dan kembali membangun bangsa dan negara.
Tak luput peran para tokoh besar untuk mewujudkan rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo juga harus diakui, merupakan upaya positif untuk dapat mendamaikan antara keduanya.
Kini sudah saatnya kita melupakan kompetisi yang telah berlalu, masyarakat telah mendapatkan sosok Presiden yang terpilih melalui demokrasi dan konstitusi. Permusuhan tentu tak ada gunanya malah hanya akan merepotkan negeri sendiri.
Persatuan adalah harga mati, yang harus diperjuangkan bersama – sama, menjadi pahlawan bukan hanya dengan mengangkat senjata untuk mengusir penjajah, menjadi pahlawan juga dapat berupa menjaga persatuan untuk tidak saling berseteru.