Pemilu Sudah di Depan Mata

Oleh: Rahma

Pemilu sudah di depan mata, tapi tampaknya masih banyak cara-cara yang tak elok yang dilakukan para pendukung pasangan calon presiden, baik nomor 1 atau nomor 2, yaitu yang saling menyebarkan berita bohong, hoax, dan saling mencaci maki atau menghina satu sama lain.

Dari iklan capres yang beredar, sungguh sangat jarang yang membahas mengenai visi misi dan juga program yang diusung kedua pasangan calon presiden. Bahkan mungkin para pendukung fanatiknya hanya menyebarkan kebaikan dan sisi positif pribadi calon, tapi tidak dengan rencana pasangan calon setelah menjadi presiden.

Baca Juga

Misalnya, pasangan calon 01 dikabarkan begini begitu, mempunyai sifat demikian, dan sangat dicintai orang-orang karena hal-hal tersebut, telah melakukan hal yang baik-baik, dan lalu sebagainya. Sebaliknya, pasangan calon yang satunya akan dikabarkan yang buruknya, jeleknya, pengalaman masa lalunya, atau bahkan keluarganya maupun ibadahnya pun ikut terseret dijelek-jelekkan.

Sungguh tidak berfaedah sekali yang dilakukan masyarakat negara ini menghadapi Pemilu dengan kurang bijak. Apapun yang berseberangan seolah menjadi musuh. Teman bisa berantem karena beda pilihan. Suami istri bisa cek cok karenanya. Bahkan saudara pun bisa putus silaturahim. Pemuka agama malah ada yang mendukung calon tertentu secara terbuka di hadapan jemaat. Pimpinan berusaha mempengaruhi anak buahnya dengan citra-citra capres yang disukainya.

Keadaan yang tidak kondusif ini terus menerus berlangsung hingga saat ini, di saat sudah memasuki bulan kedua di tahun politik, 2019. Sedangkan pemilihan umum akan dihelat pada bulan April tahun 2019. Bukti nyata keadaan yang tidak kunjung mereda karena sebaran hoax ini diperparah ketika usai debat capres digelar yang kedua kalinya.

Debat capres semestinya menjadi ajang pembuka padangan politik masyarakat, sehingga masyarakat dapat memilih dengan pikiran yang jernih dengan membandingkan visi misi dan program kedua capres berdasarkan jawaban-jawaban atas pertanyaan moderator semasa debat berlangsung. Tetapi yang ada malahan sebaliknya. Debat capres cuma terfokus pada ekspresi-ekspresi kedua pasangan, menjadikannya bahan lelucon, bahkan  bahan hoax lagi untuk mengembangkan ide-ide liar hoax yang lainnya.

Dari kata-kata salah satu pasangan calon mengenai debat terakhir yaitu ‘unicorn’ pun menjadi bahan bully sepanjang masa. Unicorn adalah start-up yang nilai valuasinya lebih dari $1 miliar. Saat salah satu capres tersebut menyatakan mengenai ‘unicorn’ maka dapat dilihat semua komentar-komentar yang ada di media social seolah sangat menjatuhkan capres ini, karena berkembang terus celetukan netizen yang nyinyir dan tidak substantif.

Bahkan salah satu kejadian yang memprihatinkan baru-baru saja terjadi. Saat salah satu pendiri start-up di Indonesia menyatakan mengenai pilihan capresnya di Pemilu nanti, seolah semua penggunanya yang tidak sependapat menghina aplikasi tersebut, bahkan memberi rating jelek, dan juga melakukan cyber bullying pada kolom komentar di Google Play Store. Hal ini menjadi cerminan bagaimana rakyat Indonesia ini sebenarnya, yang mudah tersulut emosi sesaat, tanpa memahami esensi dari pendapat pendiri start-up tersebut, dan malah fokus mengenai pilihan pendiri start-up tersebut yang berbeda dengan dirinya. Sungguh cara berpolitik yang tidak dewasa yang dilakukan sebagian besar warga Indonesia ini. Berbeda pilihan politik sampai-sampai membawa dampak mematikan mata pencaharian orang lain.

Jika hal ini masih terus berlangsung hingga menjelang Pemilu, tak heran kedua kubu capres terus menerus melemparkan serangan hoax dan juga cyber bullying. Tak lain dan tak bukan karena masyarakatnya masih mudah tersulut emosi dan masih menjadi pendukung fanatik, melihat dengan kacamata kuda capres yang didukung sehingga tampak sangat sempurna, dan calon satunya lagi sangat negatif atau bahkan tidak terlihat.

Padahal jika dicermati dalam iklan kedua capres yang beredar, masih banyak persoalan di Indonesia yang belum tersentuh dalam paparan visi misi dan program keduanya. Misalnya, permasalahan konflik agraria, isu gender, isu lingkungan, dan juga masih lemahnya keadilan terhadap pelapor suatu isu, ujaran kebencian yang masih banyak terjadi, SARA dan juga HAM.

Andaikan masyarakat Indonesia mau menepi sejenak dari hiruk pikuk berita-berita yang beredar, hening sejenak, mencoba mencermati kedua pasangan capres, dan memahami mengenai visi misi serta programnya, Memahami kondisi dan situasi Indonesia saat ini, kemudian membaca program dan visi misi kedua capres, dan mencoba rileks sedikit atas apa yang akan mereka berdua lakukan kelak setelah menjadi presiden dan mencoba membandingkan keduanya. Mungkin tak akan ada lagi saling lempar berita bohong, halusinasi, dan delusi karena masyarakat yang cerdas akan cenderung berpikir objektif dan.tidak mudah terpengaruh berita-berita yang kurang relevan.

Masih ada beberapa bulan lagi sebelum Pemilu dilaksanakan, semoga masyarakat Indonoesia kian bisa tenang dan berpikir cerdas sehingga tidak mudah termakan berita bohong dan dapat menentukan pilihan dengan lebih arif dan bijaksana. Selamat menyongsong Pemilu 2019!

Related Posts

Add New Playlist