Pemilu Jangan Dipenuhi Penipu

Oleh: Dewi Murni Wulandari

Setelah melewati 365hari ditahun 2018 kemarin, sekarang saatnya kita menjelajah tahun 2019. Sebagaimana kita tahu bahwa tahun 2019 adalah tahun politik, di mana Indonesia akan melaksanakan pemilu secara serempak. Puluhan partai politik berlomba-lomba untuk berkampanye, mempromosikan calon yang mereka usung, memaparkan visi misi mereka untuk kemajuan bangsa. Kampanye sendiri bisa dilakukan melalui berbagai cara dan media. Bisa dilakukan secara langsung dengan terjun ke lapangan, bisa juga melalui media yang penyebarannya sangat luas.

Semakin pesat kemajuan teknologi, semakin mudah pula menyebarkan informasi. Sebagai masyarakat generasi Z, kita tidak bisa menghindar dari sentuhan teknologi. Setiap hari dalam hidup kita, kita selalu bersinggungan dengannya. Bahkan bisa dikatakan kita tidak hidup berdampingan dengan manusia, tapi berdampingan dengan sosial media. Kita tidak bisa meminta media sosial dan media-media informasi lainnya untuk menjauhi kita, karena tidak bisa dipungkiri jika kita terus membutuhkan mereka.

Baca Juga

Sebagai individu dan masyarakat yang cerdas, kita harus bisa memilah dan memilih penggunaan media informasi karena banyak informasi yang disajikan tidak sesuai fakta di lapangan. Terlebih ketika tahun politik seperti tahun ini, banyak orang berlomba-lomba untuk menyebar luaskan informasi-informasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Tidak jarang ada hoax. Dewasa ini tentu kita tidak asing dengan istilah hoax, saya rasa setiap dari kita pasti pernah mengucapkan istilah itu.

Hoax sendiri adalah berita bohong atau fake news. Tahun politik seperti ini erat hubungannya dengan hoax, entah untuk mengunggulkan salah satu calon atau untuk menjatuhkan calon lainnya. Penyebaran hoax tidak lepas dari kepentingan politik kubu tertentu, banyak yang berlomba-lomba menyebar hoax untuk menarik perhatian, padahal yang dibutuhkan masyarakat saat ini adalah prestasi, usaha untuk memperbaiki bangsa dan memajukan negara. Sebuah pemilu tidak bisa dimenangkan dengan cara yang kotor, untuk tujuan yang mulia kita perlu menggunakan cara-cara yang bersih. Sebuah bangsa akan hancur jika memiliki pers yang selalu menyebar hoax karena dapat menganggu ketenteraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita semua tahu berapa banyak kasus pertengkaran antar masyarakat hanya karena beda pilihan dan berita-berita bohong yang bersifat adu domba. Jika jika terus menerima berita bohong itu begitu saja, Indonesia tidak akan pernah menjadi negara yang lebih baik. Jika kita ingin memiliki pemimpim yang jujur, kita harus ingat bahwa tidak ada pemimpin jujur yang dicetak melalui kebohongan. Begitu juga pemimpin baik, jika kita ingin memiliki pemimpin yang baik, kita harus ingat bahwa tidak ada pemimpin baik yang dicetak melalui kebohongan.

Sebagai warga negara, hendaknya kita bijak dalam memilih berita. Penting melakukan tabayyun sebelum meresap berita yang ada, kita harus memastikan benar atau tidak, valid atau tidak berita itu. Jangan sampai kita menjadi masyarakat yang mudah dibohongi, apa lagi oleh berita-berita bohong yang kita sendiri tidak tahu siapa penciptanya. Kita tidak akan pernah memiliki pemimpin yang baik jika kita tidak bisa bijak dalam menyikapi keadaan. Berita-berita yang hari ini sampai pada kita adalah bentuk dari komunikasi para calon pemimpin kita dengan masyarakat. Jika alat komunikasinya sendiri tidak baik, bagaimana bisa terjalin komunikasi yang baik?

Ada banyak cara untuk menyikapi hoax, beberapa diantaranya adalah perhatikan kondisi emosional saat membaca berita tersebut, hal ini sangat mempengaruhi proses penyerapan berita yang kita baca, apa bila hati dan keadaan emosional kita sedang tidak baik maka kita akan mudah baper, jika hoax itu berbentuk provokasi maka kita akan mudah terprovokasi olehnya. Kedua, cari sumber-sumber lain yang bisa menjadi pendukung berita tersebut, jika sebuah berita itu benar maka akan ada sumber lain yang memberitakan hal yang sama dan ini bisa menjadi hujjah untuk mempercayai berita tersebut. Ketiga, dengan menjadi pribadi yang cerdas, poin ketiga ini sangat penting karena kita akan menggunakan akal sehat kita dalam mencerna sebuah berita. Hoax biasanya di luar akal sehat atau bisa dikatakan sesuatu yang tidak masuk akal, sebagai masyarakat milenial kita harus banyak belajar dan menambah wawasan agar kita terbiasa berpikir kritis dan mencerna sebelum menelan sebuah berita. Jangan mudah menerima, menggoreng, dan menyantap sebuah berita begitu saja, biasakan untuk berpikir dari mana berita ini berasal, siapa penciptanya, bagaimana kebenarannya. Ibarat makanan, biasakan untuk memastikan kehalalannya, kita semua tahu jika memakan makanan haram akan memberikan efek yang tidak baik kepada tubuh kita, baik dari segi kesehatan maupun agama. Begitu juga menerima hoax, akan memberikan efek yang tidak baik pada kehidupan kita.

Maka dari itu, mari kita bersama-sama menjadi masyarakat yang cerdas. Jangan nodai demokrasi di negara kita dengan menyebar hoax dan mudah menerima hoax. Mari bersama-sama kita kawal pemilu ditahun 2019 ini dengan baik. Kita jaga asas jujur dan adil dalam pemilu. Jangan sampai asas pemilu yang seharusnya kita junjung tinggi itu justru kita hancurkan dengan menyebar berita-berita bohong. Jangan rusak nama baik bangsa dengan menyebar berita bohong. Dan jangan hancurkan bangsa dengan berita bohong.

Related Posts

Add New Playlist