Pemerintah Terus Gelorakan Semangat Indonesia Capai Swasembada Pangan Akhir Tahun 2025
Oleh: Yandi Arya Adinegara
Indonesia tengah menorehkan sejarah baru di sektor pangan nasional. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, target swasembada pangan yang sebelumnya direncanakan tercapai dalam empat tahun berhasil diwujudkan hanya dalam satu tahun. Hal ini menegaskan bahwa sektor pertanian kini menjadi fondasi utama ekonomi nasional, sekaligus bukti nyata bahwa keberhasilan sebuah pemerintahan dapat diraih melalui strategi yang konsisten, keberanian mengambil keputusan, dan sinergi lintas kementerian.
Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi atas capaian sektor pangan nasional di bawah arahan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Presiden menegaskan bahwa produksi nasional Januari–Oktober 2025 telah mencapai 31.338.197 ton, tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, sekaligus melampaui target yang awalnya ditetapkan dalam jangka empat tahun.
Presiden menilai capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh jajaran Kementerian Pertanian dan tim pangan nasional, yang telah menjalankan berbagai langkah strategis mulai dari deregulasi kebijakan, intensifikasi lahan, hingga pengamanan ekosistem produksi pangan.
Prestasi ini juga tercermin dalam keberhasilan pemerintah menjaga stok beras nasional. Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai 4,2 juta ton pada Juni 2025, jumlah tertinggi sepanjang masa, sehingga menjamin stabilitas pangan nasional. Nilai Tukar Petani (NTP) juga meningkat signifikan hingga 124,36, mencatat rekor tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Kebijakan pemerintah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen menjadi Rp6.500 per kilogram serta penindakan tegas terhadap oknum dan perusahaan yang mencoba mempermainkan harga menjadi faktor utama yang memperkuat kesejahteraan petani.
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari langkah reformasi di sektor pangan. Pemerintah telah menghapus 145 aturan yang tidak efisien terkait distribusi pupuk, mempercepat pengiriman langsung dari pabrik ke petani, dan memastikan ketersediaan sarana produksi yang memadai. Presiden Prabowo menegaskan bahwa konsistensi kebijakan serta keberanian melakukan reformasi menjadi kunci kemandirian pangan, stabilitas harga, dan peningkatan kesejahteraan petani di tengah dinamika global.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menambahkan bahwa Indonesia diperkirakan akan mencapai swasembada beras dalam dua bulan ke depan. Lonjakan produksi beras nasional yang signifikan sepanjang satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo menjadi faktor utama capaian ini.
Hingga Oktober 2025, produksi beras mencapai 33,19 juta ton, naik dari 30 juta ton pada tahun sebelumnya, dan diproyeksikan menembus 34,3 juta ton pada akhir tahun. Lonjakan ini menjadi lompatan tertinggi sepanjang sejarah, sekaligus memperkuat kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 13,83 persen.
Amran menekankan bahwa kenaikan HPP dari Rp5.000 menjadi Rp6.500 per kilogram telah memberi manfaat langsung kepada petani, sementara serapan beras oleh Perum Bulog juga mencatatkan rekor tertinggi yakni 4,2 juta ton. Peningkatan ekspor produk pertanian Indonesia sebesar 42,19 persen dibandingkan tahun sebelumnya menunjukkan bahwa sektor pangan tidak hanya mencukupi kebutuhan domestik, tetapi juga mampu menjadi sumber devisa negara.
Proyeksi Neraca Pangan Nasional menegaskan ketersediaan beras dan jagung yang cukup, dengan produksi beras diperkirakan mencapai 34,34 juta ton sementara konsumsi sebesar 30,97 juta ton, dan jagung diproduksi 16,68 juta ton untuk memenuhi kebutuhan 15,7 juta ton.
Ketersediaan pangan adalah hak asasi manusia yang wajib dipenuhi negara, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Oleh karena itu, pemerintahan Presiden Prabowo menempatkan sektor pangan sebagai prioritas nasional sejak awal kepemimpinan.
Anggota DPR RI Herman Khaeron menekankan bahwa keberhasilan swasembada pangan juga didorong oleh alokasi anggaran yang meningkat, perbaikan kualitas pupuk bersubsidi, serta pembangunan infrastruktur pertanian seperti jaringan irigasi dan penyediaan air. Sistem pangan yang terintegrasi dari hulu hingga hilir menjadi faktor penentu produktivitas dan keberhasilan program pangan nasional.
Modernisasi dan intensifikasi pertanian menjadi program utama pemerintah. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperkuat jaringan irigasi sekunder dan sistem tata air mikro, sementara Kementerian Pertanian menyediakan alat-alat pertanian modern dan meningkatkan kapasitas penyuluh. Peningkatan produktivitas melalui pembukaan lahan baru, optimalisasi lahan tidur, serta pemanfaatan teknologi pertanian menjadi bagian dari upaya memastikan swasembada pangan.
Diversifikasi pangan juga menjadi fokus pemerintah. Selain beras, potensi pangan lokal seperti jagung, umbi-umbian, dan sagu didorong untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat di berbagai daerah. Pemerintah menekankan bahwa keberagaman pangan lokal merupakan kekuatan bangsa, sekaligus mengurangi ketergantungan pada satu komoditas, memperkuat ketahanan pangan nasional, dan meningkatkan nilai ekonomi bagi petani.
Herman Khaeron menegaskan optimisme bahwa Indonesia tidak hanya mampu mencapai swasembada, tetapi juga menuju surplus pangan yang dapat menjadi komoditas ekspor. Faktor penentu keberhasilan meliputi ketersediaan benih unggul, pupuk berkualitas, air irigasi memadai, dan sistem pertanian yang efisien. Pemerintah juga membentuk kawasan pangan baru untuk memperkuat kemandirian dan swasembada pangan di masa depan.
Semangat yang digelorakan pemerintah melalui berbagai kebijakan dan langkah strategis menunjukkan bahwa Indonesia memiliki fondasi kuat untuk menjadi negara mandiri dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Dengan produksi beras yang mencetak rekor tertinggi, NTP yang meningkat, serta modernisasi dan diversifikasi pangan yang konsisten dijalankan, sektor pertanian Indonesia tidak hanya menjadi penyokong ekonomi nasional, tetapi juga simbol kedaulatan bangsa.
Pencapaian ini menjadi bukti bahwa dengan komitmen, kebijakan tepat, dan keberanian dalam reformasi, Indonesia dapat meraih swasembada pangan lebih cepat dari target awal. Akhir tahun 2025 bukan hanya menjadi momen perayaan bagi petani dan masyarakat, tetapi juga tonggak sejarah baru bagi ketahanan pangan nasional. Pemerintah terus menggelorakan semangat Indonesia untuk mandiri pangan, menunjukkan bahwa Indonesia siap menghadapi tantangan global sekaligus memperkuat kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan.
)*Penulis Merupakan Pengamat Gizi dan Kebijakan Pangan