Miris..!! Dikorbankan Demi “Nama Baik” Sekolah

Sinar tidak sekolah PAUD Bina Insani lagi. Ia yang sebelumnya pernah dapat juara hafalan Quran di PORSENI tingkat usia dini, di sekolah barunya ia dapat juara dongeng dalam Gernasbaku, Gerakan Nasional Membaca Buku yang diselenggarakan oleh Himpunan PAUD Kab. Bogor, kini ia tidak boleh ke sekolah lagi.

Hari itu, Rabu 15 Januari, saya agak buru-buru antar Sinar sekolah karena ada jadwal ESWL di RSUD Kota Bogor. Semacam operasi tanpa bedah untuk menghancurkan batu di dalam ginjal. Sebelum ke rumah sakit, saya janji ketemu kepala sekolah, saya pikir untuk mendiskusikan tentang kesehatan Sinar yang sebelumnya dipukul oleh teman sekelasnya dan sudah bisa kembali ke sekolah.

Screenshot 20250120 143316 Facebook

Baca Juga

Dugaan saya salah, bukan kesehatan Sinar yang ditanyakan, Ibu Kepala Sekolah justru memberikan surat pindah sekolah yang tidak saya minta. Saya dan istri sebelumnya memang berencana memindahkan Sinar, karena seringnya ada pemukulan di sekolah. Anak tetangga saya, bahkan sampai harus kehilangan beberapa gigi depannya. Tapi karena Sinar sudah merasa nyaman dengan teman-temannya, maunya ke sekolah itu lagi. Jadi setelah sembuh dari sakit kami antar kembali ke sekolah seperti biasa.

Setelah terjadi pemukulan, Sinar tidak mau ke sekolah. Ibunya menanyakan ke guru wali kelasnya, apakah bisa Sinar tidak ketemu terlebih dahulu dengan anak yang memukulnya. Mungkin Sinar masih trauma. Pertanyaan kami tentang kemungkinan itu nampaknya didiskusikan di grup guru, dimana salah satu guru adalah orang tua dari anak yang memukul. Guru tersebut keberatan dengan pertanyaan kami. Padahal ini adalah bagian dari diskusi mencari solusi.

Sebenarnya, kami sebagai orang tua sudah menyampaikan ke pihak sekolah. Bahwa berantem antar anak ya masih wajar dan bisa dimaklumi. Kami juga sudah memaafkan dan tidak mempermasalahkannya. Bagi kami, itu dunia anak-anak. Yang kami sesalkan adalah keberadaan kepala sekolah. Hal ini saya sampaikan langsung ke kepala sekolahnya. Beberapa kasus pemukulan itu bukan sebab, tapi akibat. Penyebab utamanya adalah ketidakhadiran kepala sekolah day to day untuk mengontrol secara maksimal. Setelah saya jelaskan panjang mengenai pentingnya kehadiran kepala sekolah, Ibu Kepsek merasa bersalah dan mau memperbaikinya. Beliau berjanji akan full di sekolah, tidak seperti selama ini, ada sekolah lain yang diurus.

Tapi belumlah janji itu ditepati, surat pemindahan sekolah Sinar ia buat. Ia beralasan untuk kebaikan Sinar. Namun di balik itu, ia keberatan jika kasus pemukulan itu didiskusikan dengan wali murid lain. Ya bagaimana lagi? Orang tua murid tentu akan mencari dan berbagi informasi dengan wali murid lain. Mereka mempertanyakan bagaimana penanganan kasus-kasus pemukulan selama ini dan bagaimana tanggungjawab kepala sekolah yang tidak hadir di sekolah karena kesibukannya sendiri.

Saya jelas sekali menyampaikan ke kepala sekolah. Ini bukan kesalahan anak-anak, bukan kesalah guru-guru, ini murni kelalaian Ibu Kepala Sekolah dan ibu sendiri mengakuinya.

Saya sempatkan menulis cerita ini setelah hampir seminggu saya terbaring karena efek samping operasi ESWL, pipis campur dar*h, demam tinggi, dan tidak bisa tidur sama sekali akibat rasa sakit.

Sinar tetap ceria, ia belajar dengan ayahnya. Tapi apakah kita akan membiarkan kejadian seperti itu terjadi di tempat dan waktu lainnya? Solusi memperbaiki masalah bangsa ini adalah pendidikan, tapi sayangnya pendidikan di negeri ini masih menjadi sumber masalah.

Related Posts

Add New Playlist