Oleh : Zakaria
Di DKI Jakarta, terjadi kenaikan jumlah pasien corona dari klaster perkantoran. Hal ini sangat miris, karena menunjukkan ketidakdisiplinan masyarakat dalam menaati protokol kesehatan. Seharusnya kita tetap tertib dan menaatinya, agar terhindar dari ganasnya corona.
Saat awal pandemi, perkantoran sempat di-off kan untuk sementara waktu. Namun ketika PSBB dimulai, kantor dibuka kembali. Pembukaannya tentu dengan protokol kesehatan yang ketat, dan pegawai masuk secara bergiliran agar tidak menyebabkan kerumunan. Semua ini demi keselamatan bersama dari bahaya corona.
Baca Juga
Namun sayangnya beberapa minggu ini klaster corona baru dari perkantoran terbentuk kembali. Menurut data dari Tim Satgas Covid-19, pasien covid di wilayah DKI Jakarta naik 2 kali lipat, dari klaster perkantoran. Sementara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat ada setidaknya 177 kantor yang jadi klaster coron baru.
Pandu Riono, epidemiolog dari FKM UI menyatakan bahwa jangan ada euforia pasca vaksinasi corona di masyarakat. Persepsi bahwa pasca diinjeksi vaksin akan 100% bebas dari serangan virus covid-19 adalah salah besar. Dalam artian, setelah disuntik jangan langsung lepas masker, karena pandemi masih berjalan sehingga kita masih harus waspada.
Pandu menambahkan, edukasi tentang vaksinasi di masyarakat memang kurang, karena vaksinasi sebenarnya untuk pencegahan gejala berat corona, agar tidak dirawat di RS karena covid parah. Vaksinasi bukan untuk kekebalan, tetapi menurunkan risiko untuk mengalami kematian karena corona.
Hal ini menjadi pengingat bahwa masih ada pihak yang lupa untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat pasca vaksinasi. Selain masih harus disiplin menjaga imunitas tubuh, pegawai yang telah divaksinasi (baik dari jalur vaksinasi nasional atau mandiri), masih harus mematuhi protokol kesehatan lainnya. Ingat 3M: memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Masalahnya, ada yang memakai masker saat di perjalanan lalu melepasnya ketika sampai di kantor. Padahal di kantor masih beresiko terjadi penularan corona, karena menurut penelitian WHO, virus covid-19 bisa menular dari udara yang kotor dan pengap. Sementara di kantor ada AC yang kita tidak tahu bersih atau tidak, dan berpotensi menyebarkan virus dari rekan kerja yang OTG.
Selain rajin mencuci tangan atau pakai hand sanitizer, benda yang sering dipegang oleh banyak pekerja di kantor juga harus sering disemprot cairan disinfektan. Misalnya handle pintu, tombol lift, meja dalam kubikel, dll. Jika perlu, tiap orang membawa botol kecil berisi cairan disinfektan sendiri, sehingga lebih higienis.
Klaster corona juga bisa terbentuk di kantin kantor, karena saat makan bersama, semua pasti melepas masker. Agar aman dari OTG yang gejalanya tidak tampak, maka lebih baik kita membawa bekal makanan sendiri (saat bukan di bulan Ramadhan). Membawa makanan dan alat makan sendiri membuat kita aman dari droplet virus yang tak kasat mata.
Mengapa klaster perkantoran wajib dikendalikan agar jadi 0%? Karena klaster ini bahaya, bisa menyebabkan klaster keluarga. Jika ayah sebagai pencari nafkah utama tertular dari kantor, maka istri dan anak-anaknya bisa terinfeksi viris covid-19 juga. Maka penyebaran corona tidak akan pernah usai karena tiap hari ada pasien baru.
Perkantoran yang sudah terkena klaster wajib ditutup selama 14 hari dan disemprot disinfektan. Sehingga pegawai benar-benar aman saat akan masuk kerja. Sementara itu, mereka bisa work from home sehingga kinerja tetap terjaga.
Jangan lengah sedikitpun menghadapi corona. Cegah meluasnya klaster perkantoran dengan tetap disiplin menjaga protokol kesehatan, dan wajib pakai masker walau ada di dalam kantor. Rajinlah cuci tangan atau pakai hand sanitizer dan jangan sentuh rekan kerja untuk sementara untuk menjaga jarak.
Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini