Dewasa ini,maraknya penyedia layanan informasi tidak dapat di halau lagi.Semakin mengikuti zaman berbagai media penyedia layanan informasi semakin banyak , seperti sosial media facebook,instagram,twitter whatsapp dan lain-lain.Penyebaran informasi juga dapat melalui artikel-artikel pada web ataupun blog internet
Dua hal yang tidak bisa dibantah yaitu, darimana sumber informasi, apakah berita tersebut aktual atukah berita hoax.Maraknya berita hoax cukup meresahkan pengguna dunia maya ataupun masyarakat milenial yang akrab dengan internet, di mana pada Agustus sampai Desember 2018 sudah tercatat 62 hoax berdasarkan penelitian dari menkominfo.
Faktor penyebab masyarakat mudah termakan isu isu yang tidak jelas ialah karena kecenderungan masyarakat menelan mentah-mentah berita tersebut.Sehingga,menyebabkan beredarnya berita yang dianggap benar akan tetapi ternyata pada realitanya hanya sebuah berita omong kosong belaka.
Baca Juga
Seperti contoh kasus yang viral pada bulan Oktober 2018 dimana terjadi penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet,banyak media meliput serta banyak juga masyarakat yang termakan akan isu berita hoax tersebut.Hal yang menarik perhatian juga di mana, tidak hanya masyarakat awam termakan oleh berita tersebut akan tetapi beberapa kalangan terpandang juga kecipratan olehnya.Seperti calon presiden nomor urut 2 yang secara jelas melakukan dukungan HAM terhadap Ratna Sarumpaet akan tetapi nyatanya berita tersebut hanyalah hoax semata.
Di awal bulan tahun 2019 inipun sudah banyak berita hoax bertebaran, baik itu berkaitan tentang dunia hiburan maupun dunia politik.Khususnya dunia politik yang pada saat ini,pada era menjelang pilpres media Indonesia disibukan dengan politik.Sudah menjadi hal lumrah di mana menjelang pilpres internet menjadi media penyebaran informasi.Dimana pendukung antara 2 kubu berlomba-lomba dalam membagikan keunggulan kubu mereka demi mendapatkan suara terbanyak nantinya pada pilpres.
Akan tetapi sayangnya beberapa oknum tidak bertanggung jawab membuat keruh suasana menjelang pemilu, dengan melampirkan isu-isu serta berita hoax demi menjatuhkan salah satu kubu ataupun dengan tujuan menakut nakuti sehingga timbul kesalah pahaman masyarakat.
Selain itu faktor rendahnya minat baca serta kemampuan menganalisis aktualnya sebuah berita menyebabkan masyarakat mudah termakan isu berita hoax juga.Dampaknya apabila media Indonesia terus dialiri berita palsu atau hoax,akan ada perpecahan serta kericuhan disebabkan media provokator.Oleh karena itu pengadaan sosialisasi pentingnya melawan hoax perlu ditingkatkan baik penanaman ini disalurkan melalui individu per individu atau kegiatan sosialisasi dan seminar pendidikan.
Melawan berita hoax tentunya dapat dimulai dari kebijaksanaan diri sendiri dalam memilah berita aktual serta faktual lalu selanjutnya kita dituntut untuk menganalisis sumber media tersebut.
“Lalu bagaimana cara mengetahui berita yang kita baca Hoax atau Aktual”
Sedikit menyinggung bagaimana cara mengetahui berita hoax yaitu, biasanya berita hoax memiliki judul yang bersifat provokatif berdasarkan isu isu yang baru baru terjadi.Selain itu judulnya yang sensasional yang dapat memicu emosional, sehingga pembacanya terbawa suasana oleh berita tersebut.
Sebuah tindakan tepat dari kita adalah ketika ada media provokatif yang mengacaukan keadaan disitulah kita sebagai pengguna internet yang selektif dapat memilah berita dengan cara membandingkan dengan fakta atau membuat berita sandingan untuk menyaingi berita hoax tersebut.
Dilansir dari Detik.com,Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai isu intoleran masih mewarnai ajang Pilpres 2019 yang sebentar lagi memasuki tahap puncak pergelarannya.
“Gerakan-gerakan intoleran, gerakan radikalisme, paham khilafah islamiah juga ikut menumpang dalam proses pemilu.Itu mengkhawatirkan.Jangan sampai mengganggu proses pemilu.Harapan kami masyarakat dapat menyikapi pemilu ini dengan damai, aman, penuh kegembiraan. Tanpa ada gerakan yang bisa mengganggu pemilu dan menimbulkan keretakan sosial,”ujar Karyono dalam diskusi Pemilu Damai Tanpa Radikalisme, Intoleransi dan Terorisme di Lentera Cafe, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/2/2019).
Kunci sukses nya acara puncak pilpres nantinya ada pada diri kita,sebagai masyarakat milenial.Dalam menentukan pilihan masing masing kita dituntut bijaksana dalam menilai baik atau buruknya pilihan sendiri,tampa ikut campur dalam penyebaran informasi yang belum jelas kebenarannya.Ketika sudah memiliki pilihan maka janganlah mencela pilihan lain demi kedamaian serta terwujudnya ajang pilpres yang damai dan aman.