Mahasiswa Universitas Indonesia, khususnya mahasiswa Program Studi Arab, mengikuti Kuliah Umum virtual dari Duta Besar Republik Indonesia untuk Kazakhstan dan Tajikistan, H.E. Drs. Rahmat Pramono, M.A. dan Minister Cuonsellor, Sugeng Wahono, S.H., LL.M, pada Jumat, 12 Maret 2021 pukul 09.00 s.d.10.45 WIB.
Kuliah umum Program Studi Arab yang biasanya diadakan di ruang Auditorium Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), karena situasi pandemi Covid -19 yang masih belum usai, dilaksanakan secara daring melalu zoom.
Bapak Duta Besar dan Koordinator Fungsi Konsuler berada di tempat tugasnya di Ibu kota Kazakhstan, Nursultan. Sementara itu, audiens, yang terdiri dari mahasiswa dan para dosen di kediaman masing-masing di wilayah Indonesia. Waktu di Indonesia bagian Barat lebih cepat 1 jam dari waktu Kazakhstan.
Acara dimulai tepat pukul 09.00 WIB atau 08.00 waktu Nursultan, dengan sambutan dari Ketua Program Studi Arab FIB UI, Bastian Zulyeno, Ph.D. Dalam sambutan tersebut dijelaskan bahwa Program Studi Arab FIB UI tidak hanya terkonsentrasi dengan studi bahasa dan kebudayaan Arab.
Namun, beberapa mata kuliah di Program Studi Arab juga membahas tema-tema tentang masyarakat dan kebudayaan Islam dalam perspektif studi kawasan. Dengan demikian, membahas Islam dan budaya di Kazakhstan yang berada di kawasan Asia Tengah, juga memiliki relevansi dengan studi Islam yang dikembangkan.
Selanjutnya Yang Mulia Bapak Duta Besar, Drs. Rahmat Pramono, M.A. menyampaikan pidato pembuka (Opening Speech) dengan menjelaskan pentingnya melihat dinamika perkembangan keislaman di Kazakhstan, dalam konsteks sebagai salah satu negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Sovyet. Kebudayaan Islam yang berkembang di negara ini perlu dicermati dalam perspektif historis dan budaya yang khas, yang tidak dapat disamakan dengan kebudayaan Islam di wilayah lainnya.
Kebudayaan Islam di Kazakhstan ini belum banyak dibahas secara mendalam. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut untuk mengelaborasi potensi kesamaan budaya antara Indonesia dan Kazakhstan ini dalam konteks sama-sama negara berpenduduk mayoritas Muslim ini.
Tentu saja berbagai fenomena keislaman di Kazakhstan perlu dilihat dalam perjalanan historisnya serta dari berbagai dinamika politiknya yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah sebelum Kazakhstan menjadi bagian dari Uni Sovyet dan pasca Uni Sovyet bubar.
Lebih lanjut, materi tentang Islam dan Budaya di Kazakhstan dibahas dalam perspektif historis oleh pembicara utama: Minister Counsellor Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Sugeng Wahono, S.H., LL.M. Dalam upaya memahami dinamika kehidupan Islam di Kazakhstan pada masa kini, Sugeng Wahono memaparkan tiga pembabakan sejarah Kazakhstan, yaitu periode pertama antara 200 SM sampai dengan abad ke-18 M; periode kedua antara abad ke-18 sampai dengan tahun 1991; dan periode ketiga antara tahun 1991 sampai dengan masa sekarang.
Pada periode periode ini wilayah Kazakhstan merupakan bagian dari rute Jalan Sutra (Silk Road) yang menghubungkan jalur perdagangan dari Barat je Timur dan sebaliknya. Pada periode ini telah berlalu lalang bangsa-bangsa Turki, bangsa Tatar, dan juga bangsa Uyghur, yang membawa agama Islam. Pada periode inilah Islamisasi dialami oleh bangsa Kazakhs.
Islam diperkirakan mulai dianut oleh bangsa Kazakhstan pada abad ke-8 M.
Namun sebenarnya istilah Kazakhstan baru dikenal pada abad ke-15 M. Kazakhs dari kata “qazaq” digunakan untuk menyebut kelompok orang yang hidupnya berpindah-pindah atau nomaden. Adapun “stan” adalah istilah untuk menyebut tanah atau land atau daerah. Bangsa Kazakhs atau Qazaq ini salah satu suku bangsa dari rumpun Turkic (bangsa Turki), yang berbahasa rumpun Turki dan beragama Islam.
Periode kedua sejarah bangsa Kazakhs membentang dari abad ke-18 M sampai dengan tahun 1991. Pada abad ke-18 bangsa Kazakhs berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Rusia. yang melakukan diskriminasi terhadap kaum Muslim dengan hanya mengakui agama Kristen Ortodoks sebagai satu-satunya agama resmi.
Politik diskriminasi dan pembatasan dalam melaksanakan kehidupan beragama terus dirasakan oleh umat Muslim Kazakhs hingga masa Uni Sovyet (1922-1991) yang memang lebih mengedepankan kehidupan sekularisme atheis, dengan tidak memberi ruang kepada ekspresi agama apa pun.
Pada periode ini perkembangan Islam di Kazakhstan semakin memperlihatkan penurunan, baik dari sisi jumlah penganut maupun dari sisi perkembangan sendi-sendi kehidupan sebagai seorang Muslim yang tidak memperoleh ruang beragama.
Periode ketiga dimulai pada waktu Uni Sovyet bubar dan melahirkan 15 negara-negara berdaulat, yang salah satunya adalah Negara Republik Kazakhstan. Negara ini telah menjadi negara berdaulat penuh secara politik sejak 16 Desember 1991. Namun demikian dalam kehidupan kebudayaan dominasi Rusia meninggalkan jejak pranata sosial-budaya yang tidak mudah dihilangkan dalam waktu sekejap.
Misalnya dalam penggunaan bahasa, masyarakat Kazakhstan lebih familiar menggunakan bahasa Rusia dari pada bahasa Kazakh. Bahasa Rusia telah menjadi lingua franca di antara masyarakat Kazakh, dan juga di antara bangsa-bangsa lain di negara-negara yang dulu berada di bawah dominasi dan hegemoni Rusia semasa Pemerintahan Uni Sovyet.
Demikian juga dalam pranata hukum dan ekonomi, negara Republik Kazakhstan masih mengadopsi peraturan dan perundangan tinggalan pemerintah Rusia (Uni Sovyet).
Namun tidak dapat dipungkiri 70.2% atau sejumlah 13.158.672 penduduk Muslim Kazakhstan pun semakin memperlihatkan semangat ber-Islam.
Menurut pengalaman kedua pembicara, pada saat ini Nampak adanya fenomena penuhnya masjid-masjid di Kazakhstan oleh kehadiran para jamaah masjid berusia muda. Kondisi ini memperlihatkan suatu kondisi yang berbeda dengan kondisi kehidupan umat Islam di Indonesia, yang masjid-masjidnya lebih banyak didatangi jamaah yang sudah lanjut usia.
Menurut pembicara, generasi tua di Kazakhstan telah sedemikian rupa hidup dalam situasi represif yang membuat mereka tidak terbiasa mengamalkan kehidupan beragama, dan bahkan generasi ini asing dengan kehidupan beragama.
Adapun generasi muda Kazakhstan dilahirkan dalam semangat nasionalisme yang kembali menoleh ke sejarah mereka dan menemukan acuan identitas bangsa Kazakh yang Muslim sebagai identitas warisan masa lampau.
Banyak upaya membangun kembali kehidupan beragama Islam di Kazahkstan, melalui pembangunan masjid-masjid, perayaan hari keagamaan, terutama pengakuan negara untuk menjadikan Idul Adha sebagai hari libur nasional, dan juga semangat tinggi untuk melakukan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah dan Madinah.
Di luar dari fenomena kebangkitan Islam di kalangan muda Kazakhstan tersebut, jejak dominasi kekuasaan dan kebudayaan bangsa Rusia masih melekat kuat.
Kondisi demikian itu menghasilkan fenomena multietnis dan multikultural yang unik di Kazakhstan. Sebagai contoh, masyarakat Kazakhstan yang mayoritas Muslim pun telah terbiasa menerima perayaan Hari Natal sebagai hari nasional. Semua itu memperlihatkan karakter unik umat Islam di Kazakhstan dan implementasi kebudayaan Islam yang juga khas.
Kuliah Umum yang dimoderasi oleh Dr. Ade Solihat, S.S., M.A. terasa singkat. Banyak pertanyaan yang disampaikan baik secara langsung maupun melalui pesan pada ruang obrolan (chat room) zoom.
Oleh karena keterbatasan waktu, beberapa pertanyaan di chat room yang belum sempat dijawab ditawarkan oleh Yang Mulia Bapak Duta Besar RI, untuk Kazakhstan dan Tajikistan, Drs. Rahmat Pramono, M.A. untuk dikirimkan melalui e-mail: nursultan.kbri@kemlu.go.id dan akan dijawab oleh Bapak Duta Besar secara pribadi.
Demikianlah Kuliah Umum pada hari Jumat itu telah menjadi berkah untuk mahasiswa Program Studi Arab FIB UI dan audiens lainnya karena mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang Islam dan Budaya di Kazakhstan.
Kuliah Umum dapat disaksikan kembali di: https://youtu.be/VAvt2koG-5c
Jakarta - Kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia mengenai penghapusan utang UMKM, yang tertuang…
Kunker Presiden Prabowo Untuk Tingkatkan Optimisme Investor Mancanegara Percepat Pemerataan Ekonomi Oleh : Alvi Ramadhan…
Jakarta – Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke sejumlah negara mendapat respon positif. Dengan misi…
Tokoh Masyarakat Jadi Garda Depan Awasi Pilkada 2024 Oleh : Stefanus Putra Imanuel Pilkada 2024…
Istana Nilai Video Presiden Prabowo Bersama Cagub-Cawagub Jateng Tak Perlu Dipersoalkan Jakarta - Menteri Sekretaris…