Oleh : Imam Subadi (pengamat sosial politik)
Keberadaan Front Pembela Islam (FPI) selalu identik dengan kegaduhan dan kekerasan. Narasi negatif Ormas tersebut muncul seiring banyaknya aksi main hakim sendiri hingga provokasi demonstrasi dengan tema yang mengada-ada . Pemerintah diminta tegas dalam menyikapi Ormas ini.
Persatuan Alumni 212 atau PA 212 dan FPI telah menggelar demonstrasi di depan Bareskrim Polri pada Jumat 13/12/2019. Demo tersebut menuntut polisi untuk mengusut kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Sukmawati Soekarno Putri dan Ahmad Muwafiq alias Gus Muwafiq.
Baca Juga
Aksi tersebut seakan menggoreng sesuatu yang bernada penistaan Agama, namun terkesan seperti haus akan eksistensi jika harus turun ke jalan. Meski ada ‘cacat logika’ dalam pernyataan Sukmawati, tentu saja tuduhan penodaan agama yang dilayangkan kepada putri Presiden ke-1 RI tersebut adalah hal yang berlebihan.
Intelektual Muda Nahdlatul Ulama (NU) Guntur Romli mengatakan, ada cacat logika dalam pernyataan Sukmawati, dimana Nabi Muhammad yang hidup pada abad ke-7 kok ada kaitannya dengan abad ke-20 dimana Soekarno hidup, hal tersebut tentu merupakan pertanyaan yang salah, kesalahan tersebut semstinya dikoreksi.
Menurut Romli, pernyataan Sukmawati salah, dan sudah semestinya yang salah dikoreksi, bukan dilaporkan ke polisi. Upaya berdemo dengan menggoreng-goreng pernyataan Sukmawati tentu terlalu berlebihan.
Gus Romli pun lantas menyinggung terkait dengan pelaporan yang dilakukan oleh Korlabi. Ia menganggap kesalahan Sukmawati tersebut dijadikan ajang dalam mempertahankan eksistensi kelompok PA 212 dan FPI yang saat ini cukup sulit mencari panggung.
Pelaporan Sukmawati itu tentu sama saja mengingatkan kasus pelaporan penodaan agama yang dituduhkan pada tokoh mereka Rizieq Shihab yang dituding menghina Tuhan agama lain. Bahkan kelompok pimpinannya juga pernah menghadang jemaat gereja HKBP yang saat itu hendak melakukan peribadatan di Gereja.
Sementara itu, Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) Zahrul Azhar Asumta alias Gus Hans, meminta agar Front Pembela Islam (FPI) agar tidak mencari panggung dengan melaporkan pendakwah Ahmad Muwafiq alias Gus Muwafiq.
Gus Hans menilai, bahwa Ormas seperti FPI tidak lagi bicara mengenai soal konten, tetapi mencari celah untuk menyerang orang-orang selama ini dekat dengan Istana Negara. Hans lalu menimpalinya bahwa FPI janganlah mencari panggung.
Lantaran Gus Muwafiq kerap diundang ke Istana Negara, lanjut Gus Hans, tentu membuat orang-orang yang berada di luar lingkaran Istana mencoba mencari ‘titik lemah’ agar Gus Muwafiq bisa terpeleset dan kemudian hal tersebut dapat dipakai untuk menyerang kelompok di lingkaran Istana.
Hans juga mengatakan, bahwa FPI dan kelompoknya tengah mencari common enemy untuk men-solidkan internal mereka, hal ini mereka lakukan karena energi mereka berkurang pasca bergabungnya jenderal yang dielu-elukan menjadi presiden, tetapi sekarang malah bergabung dengan mantan lawan politiknya dalam 1 kabinet.
Kita bisa saja menerka-nerka bahwa FPI sedang kekurangan isu, sehingga apapun topiknya bisa dijadikan alat politis untuk nge-tes solidaritas internal mereka. Tentu kita tahu bahwa reuni 212 kemarin seakan kurang nendang.
Artinya FPI yang berdemo pada hari ini memang membutuhkan Isu untuk bisa mengabsen simpatisannya. Namun sayang trigger yang diciptakan oleh FPI kurang nendang.
Pada kesempatan berbeda, anggota DPP FPI Amir Hasanudin melaporkan Muwafiq ke Bareskrim Mabes Polri, namun sayangnya berita tersebut tidak diterima karena terdapat berkas yang kurang, yakni terkait dengan terjemahan bahasa Jawa.
Gus Muwafiq dalam ceramahnnya sempat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad Saw lahir biasa saja, tidak bersinar seperti yang digambar sejumlah orang selama ini. Sebab, apabila terlihat bersinar maka bisa ketahuan bala tentara Abrahah.
Dalam ceramahnya di Kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW saat kecil rembes karena diasuh kakeknya, Abdul Mutholip.
Jika pernyataan yang dilontarkan oleh Gus Muwafiw itu salah, tentu tidak etis jika pernyataan tersebut langsung dilaporkan ke pihak kepolisian. Mending kalau Cuma lapor lha ini sampai ada pengerahan massa yang begitu banyaknya.
Kita tahu bahwa ormas FPI telah mencatatkan sejarah sebagai ormas yang sering melakukan kerusuhan. Seperti pada aksi damai yang diselenggarakan oleh Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).
Dengan banyaknya masa yang hadir dalam aksi demo tersebut, tentu saja mengesankan bahwa FPI memiliki bahan isu terbaru untuk kemudian disebar di tempat umum hanya bermodalkan gadget.