Oleh : Dodik Prasetyo
Ketika pandemi masih belum selesai, maka masyarakat bisa membantu pemerintah dengan lebih disiplin. Baik dalam mematuhi protokol kesehatan, menjaga imunitas, maupun taat pada prosedur sebelum bepergian dengan kendaraan umum. Jika semua orang disiplin, maka pasien akan berkurang dan corona segera hilang.
Tanggal 30 september 2020 ada rekor positif yang tercetak dalam sejarah. Di seluruh Indonesia, sebanyak 4.510 pasien covid-19 sembuh dalam sehari. Sehingga menambah jumlah kesembuhan menjadi 214.947 orang. Angka kematian hanya 3% sedangkan angka kesembuhan mencapai 74,89 persen.
Baca Juga
Kenaikan jumlah pasien yang sembuh tentu membawa angin segar karena kita optimis pandemi covid-19 akan cepat berakhir. Sudah berbulan-bulan terjadi masa kritis corona dan sekarang waktunya untuk bangkit lagi. Seluruh warga negara Indonesia diharap membantu pemerintah untuk ikut mensukseskan program mengatasi efek corona yang dibuat pemerintah.
Salah satu kunci keberhasilan dalam mengatasi pasien covid adalah kedisiplinan. Seseorang yang terindikasi kena corona dari hasil rapid test akan menghadapinya dengan tenang dan mau dibawa untuk dites swab, karena hasilnya lebih akurat. Jika hasilnya positif, ia mau dirawat di Rumah Sakit. Kalaupun dokter memutuskan isolasi mandiri, ia disiplin minum obat dan istirahat.
Baca juga: Tempat Wisata yang Baby Friendly, Cocok Buat Si Bayi
Selain disiplin dalam menaati anjuran dokter, seorang pasien yang awalnya adalah OTG lalu menghubungi tim satgas covid agar melakukan tracing. Karena bisa jadi ia berkontak dengan banyak orang, jadi mereka berstatus ODP. Mereka wajib dites rapid atau swab agar tahu tertular atau tidak. Jadi penularan corona bisa lekas diatasi berkat kerja sama banyak orang saat tracing.
Kedisiplinan juga perlu dilakukan untuk pencegahan corona. Karena kita tentu tahu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Protokol kesehatan bukan sekadar jargon, tapi harus dijalankan. Jadi, tiap orang selalu ingat untuk cuci tangan atau memakai hand sanitizer. Juga memakai masker kain, jaga jarak, dan menjaga imunitas tubuh serta higienitas rumah.
Permasalahan masker kadang menjengkelkan karena ketika ada yang memakainya, malah ditertawakan. Penurunan kedisiplinan ini berbahaya karena bisa menyebabkan klaster corona baru. Jika sanksi sosial saat razia masker kurang efektif, maka bisa jadi ada ancaman denda dengan nominal yang lebih banyak. Masyarakat akan berpikir ulang ketika malas pakai masker.
Sebaiknya pihak pemerintah daerah kembali mengadakan pembagian masker gratis kepada masyarakat. Tentu dengan menaati protokol, jadi tidak berdesakan. Namun petugas yang memberikan ke rumah masing-masing. Masyarakat akan sadar bahwa masker sangat penting. Menurut Dokter Reisa, efektivitas pemakaian masker baru terjadi saat minimal 70% orang memakainya.
Begitu juga dengan aturan physical distancing. Kedisiplinan dalam menjaga jarak sangat diperlukan, karena menurut Dokter Wiku (juru bicara tim satgas covid-19), physical distancing bisa menurunkan resiko kena corona hingga 78%. Acara seperti pernikahan boleh dilakukan, asal maksimal mengundang 30 orang. Peribadatan boleh dilakukan asal menjaga jarak.
Jika tidak ada kedisiplinan maka lama-lama bisa wassalam alias makin banyak kematian akibat corona. Orang yang kurang disiplin jangan hanya dimarahi dan didenda, namun mereka bisa diketuk hatinya dengan dipertontonkan video pasien corona yang kesakitan. Dengan begitu, mereka akan kapok dan kembali disiplin memakai masker dan menaati protokol kesehatan
Mari kita bantu pemerintah agar pandemi covid-19 lekas berakhir.
Dengan menjaga kedisiplinan dalam hidup sehat, higienitas, dan selalu menaati protokol kesehatan. Tahan diri dan jangan pergi jika ada undangan yang berpotensi menimbulkan keramaian. Jika ada acara yang menarik massa, maka hubungi tim satgas agar mereka menegurnya.
Berdisiplin tidak melelahkan, jika kita tekun menjalaninya. Jangan pernah lelah untuk mengingatkan orang lain untuk memakai masker. Semoga kita semua sehat setelah disiplin menjaga imunitas dan menaati protokol kesehatan.
Penulis aktif dalam Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia