Oleh : Herman Santoso
Dalam debat cawapres, Ma’ruf Amin menuturkan bahwa dirinya bersama Joko Widodo akan menyiapkan dana abadi kebudayaan. Hal ini diungkapkan Ma’ruf Amin agar kebudayaan bisa optimal. Cawapres pasangan Joko Widodo ini menjelaskan, Indonesia sebagai sebuah negara juga akan menghadapi 10 years challenge. Menurut dia, diperlukan adanya badan riset, reformasi pendidikan, serta konservasi kebudayaan.
Pada panggung debat, Kiai Ma’ruf menggunakan diksi 10 years challenge untuk memberikan penegasan pada program – programnya. Hal ini dipandang memberikan gambaran bahwa jika Jokowi – Ma’ruf menang, maka 10 tahun kemudian semua program yang direncanakan akan kelihatan hasilnya.
Baca Juga
“Selain anggaran yang tersedia, bahwasanya kita akan menyiapkan dana abadi kebudayaan, supaya kebudayaan ini makin berkembang di samping ada dana abadi pendidikan, dana abadi riset, sehingga kebudayaan bisa berkembang,” tutur Ma’ruf Amin dalam debat calon wakil presiden 2019.
Menurutnya, pengembangan budaya saat ini juga sudah dilakukan melalui badan ekonomi kreatif (BEKRAF). Ma’ruf Amin menilai, bahwa dengan strategi yang ia paparkan tersebut, dapat mengoptimalkan perkembangan kebudayaan. Selain itu, pasangan calon nomor urut 01 juga fokus dalam melakukan konservasi budaya dan mempromosikan budaya Indonesia ke luar negeri. Hal ini agar kebudayaan Indonesia bisa lebih dikenal dunia luar.
“Kita adakan festival kebudayaan di berbagai negara di dunia, ini adalah cita – cita besar yang insyaallah kami juga akan membanguun semacam opera seperti opera yang ada di Sydney untuk exhibition dan pertunjukkan untuk kebudayaan – kebudayaan kita,” tutur Ma’ruf.
Dirinya juga mengatakan bahwa dana tersebut merupakan alokasi khusus pemerintah untuk berinvestasi di bidang riset dan kebudayaan. Misalnya, pemerintah bisa mengalokasikan dana Rp 50 triliun untuk riset. Ma’ruf mengatakan nilai investasinya akan terus ditingkatkan agar hasil yang didapat semakin besar.
“Dana abadi itu dana tetap yang bergulir yang nantinya dari investasinya itu yang digunakan untuk mebiayai kegiatan kebudayaan. Nah dananya abadi, modalnya terus ditambah, hasilnya digunakan, sehingga ada sifatnya non APBN,” ujar Ma’ruf.
Pengelolaan dana abadi kebudayaan yang rencananya akan dimulai pada 2020 mendatang bakal dilakukan oleh lembaga sejenis Badan Layanan Umum (BLU) seperti Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini akan bekerja sama dengan kementrian keuangan untuk merealisasikan hal tersebut. “Sekarang dalam komunikasi dan koordinasi dengan Kementrian Keuangan. Bentuknya pengelola akan seperti BLU. Jadi mirip seperti LPDP,” TUTU Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid.
Hilmar mengatakan dana abadi kebudayaan sebesar Rp 5 Triliun akan dimasukkan dalam RAPBN 202 pada Oktober mendatang. Dana itu lalu dikelola oleh BLU khusus selama setahun. Keuntungan sebesar 6 % dari pengelolaan itu bisa dipergunakan untuk membiayai kegiatan kebudayaan. Hilmar menyebut keuntungan itu baru bisa digunmakan pada 2021 mendatang. Namun, Hilmar belum membeberkan nama badan yang akan mengelolanya kelak. Yang pasti BLU tersebut akan berdiri di luar struktur organisasi Kemendikbud.
“Karena dia BLU, kemungkinan akan ada dari Kemendikbud dan Kemenkeu. Ada juga dari komunitas dan masyarakat,” tutur Hilmar.
Kemenkeu dengan pelbagai kompetensinya akan lebih banyak mengurusi pembentukan BLU khusus pengelolaan dana abadi kebudayaan. Sementara kemendikbud berkontribusi dalam penggunaan dana hasil pengelolaan pada 2021 mendatang. Pihaknya juga menjelaskan bahwa pengelolaan dana abadi kebudayaan adalah cara negara untuk memajukan kebudayaannya. Dia pun menampik bahwa anggapan inisiatif dana abadi kebudayaan ini muncul demi mengakomodir kepentingan kelompok tertentu.
Dana abadi kebudayaan diharapkan akan sangat bermanfaat untuk komunitas yang selama ini terkendala mencari dana lantaran keterbatasan alokasi khusus kebudayaan yang disediakan.
“Dana alokasi kebudayaan sekarang, kan masih terbatas pada pengadaan alat kesenian di sekolah, museum dan bantuan operasional taman kebudayaan,” tutur Hilmar.
Rencana akan dana abadi kebudayaan tentu diharapkan akan dapat memberikan keuntungan yang besar. Dengan begitu, pemerintah akan mampu memfasilitasi dalam hal pembiayaan kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian kebudayaan dalam jumlah yang lebih banyak. Sehingga sektor kebudayaan di Indonesia akan menjadi lebih maju.