Berita Hoax, Pembodohan Massal Bagi Pemilih Pemula

Menunggu Detik-Detik Pesta Demokrasi. Siapkah ??

            Pemilu tinggal menunggu bulan, persiapan pesta demokrasi untuk menentukan nasib bangsa 5 tahun kedepan sudah mulai terasa sejak tahun 2018 lalu. Bukan hanya memilih pemimpin negeri, namun juga masyarakat harus mempersiapkan dirinya untuk memilih calon-calon wakil rakyat yang akan menduduki kursi-kursi legislatif. Isu-isu pemerintahan seperti swasembada pangan, lahan korporasi, pengadaan infrastruktur, krisis air bersih merupakan isu-isu hangat yang banyak ditunggu-tunggu masyarakat ketika perhelatan debat capres dan cawapres. Dari hasil debat ini juga masyarakat dapat menilai mana calon pemimpin yang dianggap menjanjikan untuk diberikan amanah oleh rakyat.

Sayangnya perhelatan pesta demokrasi akbar ini tidak selamanya berjalan tentram dan damai. Nyatanya banyak sekali berita simpang siur serta isu-isu hoax yang disebarkan oleh oknum tak bertanggungjawab untuk mempropaganda masyarakat. Dari pemaparan Ferdinandus Setu, Plt Kabiro Humas Kemenkominfo di media detik.com (2018), setidaknya ada 1000 lebih konten hoax yang berkaitan dengan konten politik dan beberapa instrument pendukungnya.

Baca Juga

Miris, saat-saat dimana masyarakat mencari-cari informasi kebenaran mengenai calon pemimpin negeri. Disisi lain, pihak tak bertanggung jawab malah mengambil keuntungan dengan menyebarkan berbagai konten dan berita-berita palsu yang mampu menebar kekhawatiran, kebencian, dan salah paham dikalangan masyarakat Indonesia. Mau tidak mau masyarakat sendiri yang harus bersikap cerdas dengan bersikap selektif dalam membaca berita dan tidak sungkan untuk menanyaka kebenaranya pada pihak pihak yang bisa dipercaya.

Menelisik Kembali Kasus Berita Hoax Menjelang Pemilu

            Peta demokrasi dizaman digital seperti sekarang, tentu sangat berbeda dengan pesta demokrasi tahun-tahun lalu dimana internet belum banyak menjamur.  Satu berita yang didapat dari seseorang, akan cepat menyebar seperti angin berhembus keseluruh penjuru tanah air. Akses internet yang kini sudah sebagian besar berada dalam genggaman masyarakat,  menjadi media mudahnya informasi berubah menjadi desas-desus, kabar angin dan sebagainya. Dari data, diketahui bahwa jumlah pengguna internetdi Indonesia pada tahun 2019 meningkat tajam menjadi

Salah satu contoh berita hoax yang sempat menggegarkan masyarakat terutama lembaga keislaman, adalah munculnya berita bahwa lembaga pesantren terbesar di Indonesia secara resmi telah memberikan dukungan penuh kepada salah satu calon presiden dan wakil presiden. Padahal pihak pesantren sendiri menyatakan dengan tegas bahwa pondok bersifat netral dan tidak condong kepada suatu golongan. Belum lagi berita salah satu ustadz terkenal yang dikabarkan aktif mendukung penuh salah satu calon pasangan.

Ancaman Pembodohan Massal Pemilih Pemula

            Dilansir dari kompasiana.com, pengamat intelejen Marsda Pur Prayitno mengatakan bahwa pada pilpres 2019, jumlah generasi milenial ini disebut oleh beberapa lembaga survei sebesar 34-40% dari total pemilih yang terdaftar, sedangkan generasi milenial yang berada pada kisaran umur 18-25 tahun prosentasenya sebanyak (40,1%).

Dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI) tahun 2017, angka pertumbuhan  pengguna internet di Indonesia meningkat signifikan. Di tahun 2017 jumlah penduduk yang menggunakan internet sebesar kurang lebih 143 juta jiwa. Sangat meningkat drastis dibanding kan dengan pilpres sebelumnya di tahun 2014 dimana pengguna internet baru sebanyak 88 juta jiwa.

Potensi ini tentu menjadi ladang subur bagi para pelaku penyebar konten hoax. Targetnya terutama bagi pemilih pemula.  Selain karena wawasan ilmu politik yang mereka miliki masih sedikit. Kebiasaan anak muda zaman sekarang yang langsung men”share” informasi apa saja yang mereka terima tanpa menelusuri kebenarannya terlebih dahulu juga merupakan ancaman tersendiri yang mampu mengguncang pesta demokrasi sehingga jauh dari kata kejujuran dan keadilan.

Fenomena ini tak ayal dapat dijadikan sebagai ajang pembodohan massal kepada generasi muda terutama pemilih pemula yang notabenenya pengguna teraktif media sosial yang masih meraba-meraba suasana dan kondisi politik yang terjadi sebenarnya. Tanpa ilmu dan wawasan yang luas, pemilih pemula akan semakin mudah dipropaganda dan dibodohi oleh berita dan rumor rumor hoax yang sangat ini semakin sulit dibendung.

Cara Cerdas Lawan Hoax

            Berita hoax, merupakan berita palsu yang memang sangat meresahkan dan merugikan masyarakat. Kebingungan akan kebenaran seakan-akan selalu disulut oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab. Fakta-fakta dan kebenaran juga dengan mudahnya diputarbalikkan. Kecanggihan teknologi dapat merubah kebenaran menjadi kesalahan dan sebaliknya.

Lalu apa yang harus kita lakukan selaku masyarakat Indonesia yang menjadi elemen penting dalam perubahan negeri ini ? Disini penulis akan menyampaikan 5 cara cerdas untuk melawan berita hoax. Apa saja cara-caranya ?

  1. Jangan mudah percaya
  2. Membiasakan membaca suatu informasi secara lengkap
  3. Sering menulis hal positif
  4. Jangan dian dan sibuk pada urusan yang buruk.

Tidak hanya pihak masyarakat yang aktif memerangi hoax, pihak pemerintah baik dari kepolisian ataupun panwaslu sendiri harus turut andil memerangi berita hoax, solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain :

  1. Secara rutin menyeleksi konten-konten yang bermunculan di media sosial, terutama konten-konten yang baru tersebar dan segera memblokirnya jika dicurigai menyebarkan berita hoax
  2. Aktif mengedukasi masyarakat via digital untuk segera melaporkan ke pihak berwajib, isu-isu yang diduga merupakan berita hoax.
  3. Memberikan hukuman jera bagi para penyebar hoax agar dijadikan pelajaran bagi orang lain.

Pemilu Sukses, Negeri Beres

Dan akhirnya jika tiap elemen masyarakat dapat secara aktif menangkal berita hoax yang hilir mudik bermunculan di media digital saat ini, bukan tidak mungkin bahwa pemilu yang tinggal menunggu bulan lagi dapat terlaksana sesuai dengan pilihan dan keyakinan dari masyarakat sendiri dengan membuktikan  rekam  jejak serta kontribusi yang telah banyak dihasilkan oleh para calon pemimpin negeri dari sumber-sumber yang terpercaya, tanpa terpengaruh dari desas desus berita dan propaganda yang tidak jelas dari mana asalnya.

Related Posts

Add New Playlist