Oleh : Sabby Kosay
Kelompok separatis dan teroris (KST) ditindak dengan tegas oleh aparat, tetapi hal ini malah diapresiasi oleh masyarakat. Pasalnya, mereka sudah terlalu sering melukai, baik warga sipil maupun anggota TNI yang sedang berjaga. Sehingga jika ada tindakan tegas terukur, memang diperbolehkan.
Papua saat ini terkenal oleh beberapa hal: pariwisata, alam yang natural, dan hasil pertaniannya. Akan tetapi ada 1 hal negatif yang membuat nama Bumi Cendrawasih jadi naik di media, yakni OPM dan KST. Mereka kompak ingin merdeka dari Indonesia dan tidak percaya pada hasil pepera (penentuan pendapat rakyat), padahal peristiwa itu sudah terjadi puluhan tahun lalu.
Baca Juga
Untuk memperlancar aksinya, maka KST sengaja membuat kerusuhan, baik menjelang ulang tahun OPM tanggal 1 desember, maupun di hari lain. Sudah hampir tak terhitung peristiwa tragis yang mereka lakukan. Mulai dari membakar pesawat, menjadikan warga sipil sebagai tameng hidup, membunuh para pendatang, sampai nekat menembak aparat dengan sniper.
Kelakuan minus KST masih ditambah dengan pembakaran sekolah dan pembunuhan murid serta guru. Hal ini sudah jauh di luar batas kemanusiaan, karena selain menghilangkan nyawa orang yang tak bersalah, juga merusak masa depan anak-anak Papua. Bagaimana mereka bisa belajar dengan nyaman jika tempat dan pengajarnya tidak ada? Sama saja dengan membiarkan warga Papua berkutat dengan keterbelakangan, sedihnya.
Aparat bertindak tegas saat merangsek ke markas KST di daerah Kabupaten Puncak. Meski belum menangkap beberapa pentolan mereka yang jadi DPO seperti Sabius Walker dan Lekagak Telenggen, tetapi manuver Satgas Nemangkawi sudah membuat KST ketakutan. Mereka berlari ke markas lain dan bersembunyi agar tidak terkena muntahan pelor.
Ketika ada operasi penangkapan anggota KST, maka masyarakat mendukung 100%. Mereka tak mempermasalahkannya, karena walau KST sama-sama orang Papua, tetapi kelakuannya sudah merugikan warga sipil di Bumi Cendrawasih. Mereka juga merusak fasilitas umum dan membuat masyarakat ketakutan dan muncul perasaan tidak nyaman saat beraktivitas di luar rumah.
Masyarakat juga men-support ketika aparat melakukan tindakan tegas terukur pada anggota KST. Pasalnya, mereka sudah masuk dalam daftar pencarian orang sehingga wajar ketika ada muntahan pelor yang diluncurkan. Bukan hanya untuk melumpuhkan kaki tetapi juga bagian lain.
Lagipula, tindakan tegas terukur juga sudah diperbolehkan oleh Presiden. Dengan catatan harus sesuai dengan hak azazi manusia, dan para prajurit TNI pasti memahaminya. Mereka pasti tunduk pada perintah Presiden dan tetap membantu masyarakat dalam usaha pemberantasan KST.
Tindakan ini diperbolehkan karena selama ini KST sudah berulang-kali meresahkan masyarakat, dan mereka sampai trauma saat ada anggota kelompok separatis yang lewat. Karena biasanya KST memaksa untuk mengibarkan bendera bintang kejora, menakut-nakuti dengan senjata tajam, sampai mencurigai warga sipil.
Masyarakat selalu dicurigai sebagai intel polisi, sehingga KST sering menembak mereka dengan membabi-buta. Padahal itu hanya fitnah yang keji. Kenyataannya, KST yang paranoid dan selalu merespon berlebihan.
Oleh karena itu, masyarakat selalu mendukung aparat untuk memberantas KST, caranya dengan menjadi informan. Jika ada yang mencurigakan maka bisa langsung menelepon ke markas TNI untuk follow up.
Selain itu, masyarakat juga membantu dengan kampanye di dunia maya. Di akun media sosial ditunjukkan bahwa KST yang bersalah dan tidak ada pelanggaran HAM sama sekali oleh aparat. Papua malah makin aman berkat penjagaan dari TNI dan Polri.
Tindakan tegas aparat terhadap kelompok separatis bersenjata amat didukung oleh masyarakat. Karena KST memang sudah terlalu sering merusak perdamaian di Papua dan bahkan terlalu berani mengutus sniper untuk membunuh aparat. Kelakuan mereka yang sudah di luar batas memang harus dibalas dengan tindakan yang super tegas.
Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta