Oleh : Antonius Purbananda
Jelang Natal 2020, pemerintah berusaha keras agar suasana selalu damai dan kondusif. Operasi lilin dilakukan agar keamanan di jalanan terjamin. Apalagi di masa pandemi, orang-orang yang mau masuk Jakarta dari wilayah lain dihalau, agar tetap menjaga jarak dan mencegah penularan corona.
Liburan akhir tahun dalam rangka Natal dan tahun baru selalu dinanti oleh masyarakat. Meski jatah hari libur dipotong saat masa pandemi, namun mereka lega karena bisa beristirahat dan tidak hectic berkegiatan di antara school from home dan work from home. Suasana damai makin indah karena keluarga yang merayakan Natal menyambutnya dengan gembira.
Baca Juga
Baca juga: Presiden Jokowi Siap Menjadi Orang Pertama Disuntik Vaksin Covid-19
Pemerintah melakukan penjagaan lebih ketat agar tidak ada kekacauan jelang Natal dan tahun baru. Karena menurut pengalaman, mendekati hari raya ini, dibayang-bayangi oleh ancaman kelompok teroris.
Mereka tega melempar bom ke rumah ibadah dan merusak kerukunan antar umat. Sehingga aparat lebih siaga saat bertugas, dan memeriksa kendaraan di sekitar dengan inspection mirror.
Kelompok teroris sudah dicegah agar tidak mengacaukan kedamaian di Indonesia.
Sepanjang tahun 2020, ada 228 tersangka kasus terorisme yang berhasil ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 antiteror Polri. Berhasilnya penangkapan teroris besar-besaran adalah sebuah prestasi bagi kepolisian, karena mereka membuktikan kesetiannya untuk menjaga keamanan rakyat.
Kapolri Jendral Polisi Idham Aziz menyatakan bahwa, dari 228 orang yang ditangkap, jadi tersangka karena melakukan pengeboman di Poso dan Bali. Bahkan ada yang sudah buron sejak 19 tahun lalu. Sejak beliau masih berpangkat AKBP, sudah melakukan penelusuran untuk menangkap teroris itu, hingga sekarang berhasil dicokok dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di penjara.
Selain menangkap teroris, polisi juga bersiaga agar pengemudi merasa nyaman saat liburan tahun baru. Di jalanan ada operasi lilin, untuk mencegah kekacauan dan menjaga keamanan. Karena tahun 2020 ini masih masa pandemi covid-19, maka penjagaan lebih ketat lagi. Di Jakarta, pengemudi dari daerah lain tak bisa masuk seenaknya, bahkan walau mereka dari kota tetangga seperti Bekasi.
Sementara masyarakat DKI Jakarta yang akan keluar kota melalui jalur darat, dengan kendaraan pribadi, harus menunjukkan hasil rapid test terlebih dahulu. Peraturan yang sama diberlakukan jika mereka berkendara dengan Kereta Api dan Bus. Sementara untuk masyarakat yang akan naik pesawat lebih ketat lagi, harus menunjukkan hasil tes swab sebelum terbang.
Pencegahan ini dilakukan agar tidak ada penularan virus covid-19. Karena di DKI Jakarta masih berstatus zona merah, sehingga pergerakan manusia amat bahaya jika tidak dikendalikan. Masyarakat juga harus jujur dalam menunjukkan hasil tes rapid atau swab, jangan sampai memalsukan surat keterangan atau memakai jasa joki sebelum tes. Jika ia ternyata positif corona, maka berbahaya bagi orang lain.
Jika masyarakat dalam keadaan lelah atau tidak punya uang untuk mudik dalam rangka liburan akhir tahun, jangan memaksakan diri untuk berhutang. Ketika kondisi fisik drop, maka bisa dengan mudah tertular corona di perjalanan. Karena kita tidak tahu siapa saja yang jadi OTG dan melepas masker dalam perjalanan. Apalagi menurut penelitian WHO, corona bisa menular via udara.
Begitu juga jika mereka merasa sehat. Walau badan fit, namun tahan diri untuk tidak bepergian keluar kota. Lebih baik istirahat di rumah saja dan melakukan video call dengan keluarga di kampung. Mereka pasti mengerti alasan mengapa Anda tidak mudik kali ini. Daripada nanti ketika kembali, malah terkena corona dari klaster mudik.
Ingatlah pepatah lama: mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan nekat mudik saat pandemi. Polisi juga berjaga pada operasi lilin untuk menghalau laju pengemudi dari luar kota di jalanan, agar pergerakan manusia sangat minim. Kita wajib bekerja sama untuk menjaga kesehatan bersama dan membuat suasana selalu kondusif.
Penulis adalah warganet tinggal di Banten