Kepala Daerah Papua Dukung Keberlanjutan Otsus

Oleh : Rebecca Marian

Otonomi khusus jilid 2 disambut baik oleh masyarakat Papua. Mulai dari rakyat sipil hingga kepala daerah mendukung kelanjutan otsus, karena bisa membawa kemajuan untuk bumi cendrawasih. Papua tak lagi terpinggirkan, karena selalu diperhatikan oleh pemerintah. Terutama sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Tahun 2021 akan ada perpanjangan otonomi khusus. Jika dulu di otsus pertama, tahun 2001, diatur oleh mantan Presiden Megawati, maka sekarang dilanjutkan oleh Presiden Jokowi. Dalam kurun 20 tahun sudah terbukti ada kemajuan di wilayah Papua. Banyak fasilitas yang dibangun, pemberian beasiswa, serta ditegakkan peraturan yang memajukan wilayah di sana.

Baca Juga

Dalam otonomi khusus diberikan hak khusus kepada warga Papua untuk mengatur daerahnya dan seorang gubernur atau wali kota harus berasal dari bumi cendrawasih. Selain itu, para pemimpin diberi gelontoran uang hingga trilyunan, untuk membangun Papua. Jadi wilayah tersebut tak lagi dianggap ketinggalan dari modernitas dan hanya ada hutan perawan.

Baca juga: Billy Mambrasar: Kemajuan Pembangunan di Papua Harus Berawal dari Sektor Pendidikan

Otonomi khusus jilid 2 sangat dinanti masyarakat Papua, terutama kepala daerahnya. Mereka ingin agar bumi cendrawasih makin maju dan melanjutkan pembangunan di sana. Tentu dengan dana dari pemerintah via otonomi khusus. Otsus juga membawa kebaikan bagi warga Papua karena mereka bisa mengenyam penddikan sampai tingkat tertinggi.

Kebijakan dalam otsus selama ini sudah cukup baik, namun bisa dilakukan evaluasi. Para kepala daerah di Saireri dan Tanah Tabi, Papua, mendukung otsus jilid 2 dengan persyaratan ini. menurut Ketua Forum Kepala daerah Tabi dan Saireri Mathius Awoitauw, pelaksanaan otonomi khusus harus dievauasi dan dilanjutkan. Tentu agar ada perkembangan dalam penerpan otsus.

Mathius melanjutkan, harus ada kesepakatan dan ketentuan bersama dari semua elemen masyarakat. Otsus juga diharap jadi bagian dari pelayanan khusus terhadap orang asli Papua. Para pemimpin daerah tersebut berkumpul untuk mencari solusi. Agar program otsus jilid 2 bisa dijalankan sesuai dengan ekspektasi masyarakat.

Jadi otsus yang lalu dikoreksi terlebih dahulu.
Evaluasi diperlukan agar dana otsus benar-benar diserap oleh masyarakat. Jangan sampai ada uang yang masuk tapi tidak ada perubahan terhadap kesejahteraan rakyat Papua. Atau bahkan uang itu dikorupsi oleh oknum, sehingga program otsus jadi gagal dilaksanakan di daerahnya.

Pemerintah pusat diharap bisa menerima aspirasi masyarakat asli Papua. DPRD Papua siap menyalurkan hasil rapat dari kepala daerah tersebut, sehingga Presiden memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan demi kemajuan di sana. Jadi tidak ada kesalahpahaman antara pemerintah pusat dan daerah.

Pada otonomi khusus diharap tidak hanya pembangunan fisik seperti jembatan, gedung, dan pelabuhan yang digenjot. Namun diharap ada peningkatan kualitas sumber daya manusia di Papua. Jadi rakyat Papua bisa mengolah hasil alamnya sendiri dan memajukan daerahnya, karena mereka memiliki skill, kecerdasan, dan ilmu sebagai modal dasar.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang utama adalah melalui pendidikan. Jadi jika ada gedung sekolah yang dibangun, harus ada pula guru yang kompeten. Jangan sampai sebuah SD hanya diajar oleh guru yang pendidikannya hanya SMA, minimal harus diploma 2 dan kalau bisa S1. Anak Papua diberi beasiswa lagi agar mereka bisa kuliah dan mengabdi di daerahnya.

Beasiswa yang selama ini diberi kepada anak Papua sudah cukup baik dan mereka bisa kuliah hingga ke Jawa. Namun putra asli Papua juga harus mau ketika dipanggil kembali ke bumi cendrawasih untuk memajukan daerahnya. Ingatlah bahwa mereka bisa kuliah dari dana otsus yang diberi pemerintah, jadi sebaiknya membalas budi.

Otsus jilid 2 disambut baik oleh rakyat Papua dan para pemimpin daerahnya. Otonomi khusus dinilai bisa memajukan Papua melalui pembangunan di segala bidang. Jadi diharap seluruh warga Papua, baik yang ada di bumi cendrawasih maupun di daerah lain, untuk mendukung program otsus. Penulis adalah mahasiswi Papua tinggal di Jakarta

Related Posts

Add New Playlist