Oleh : Anwar Ibrahim (Netizen/Relawan Forum Pegiat Media Sosial Independen)
Saya tidak sependapat dengan sebagian orang yang ‘mengompori’ dan memprovokasi madyarakat atsu tokoh Papua agar memisahkan diri dari ikatan kebersamaan sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Saya tidak yakin dengan bahwa Papua akan “merdeka” memisahkan diri dari NKRI sungguh-sungguh, karena sesungguhnya masyarskat Papua mencintai Indonesia.
Jika ada orang-orang tertentu yang berkehendak mempercepat pemisahan Papua, saya menilai itu hanya krpentingan oknum tersebut dan memiliki tujuannya buruk. Mereka hanya akan menambah penderitaan dan penjajahan baru terhadap Papua.
Baca Juga
Misalnya oleh salah seorang tokoh pergerakan asal Papua yang kini sudah menjadi warga negara Inggris, Benny Wenda. Saya tidak menangkap sedikit pun niat baiknya terhadap tanah kelahirannya tapi yang pasti oknum tersebut mencari untung untuk kesenangan pribadinya di luar negeri.
Seandainya Benny Wenda ingin membebaskan saudara-saudarinya di Papua dari ‘penjajahan’ yang dia maksud, mestinya tidak melarikan diri ke negara lain, kemudian menetap di sana dalam waktu lama. Harusnya mencari solusi bersama saudara saudara lainnya untuk kemajuan Pupua dan bersama bangsa Indonesia.
Persoalan hukum yang sempat membelit Benny tidak jadi alasan baginya meninggalkan tanah air. Benny harus ‘gentleman’ menghadapinya, sama seperti yang dicontohkan oleh Nelson Mandela di Afrika Selatan. Dia wajib menjalani proses hukum jika memang terbukti bermasalah.
Sekali lagi, mereka yang terus-menerus meneriakkan kemerdekaan Papua lewat referendum tidak punya niat baik. Pisah dari NKRI bukanlah solusi. Mayoritas masyarakat Indonesia masih menyayangi Papua begitu sebaliknya.
Bahwa Papua dan wilayah sekitarnya belum terbebas dari banyak persoalan, itu adalah fakta. Tetapi solusi tepat adalah membicarakan bersama langkah apa yang baik untuk itu. Jangan ada yang menutup mata terhadap fakta bahwa selama beberapa tahun terakhir pemerintah memberi perhatian yang cukup luar biasa kepada wilayah dan warga Papua.
Belakangan, pembangunan (infrastruktur) di Papua gencar dilakukan, dana otonomi digelontorkan dalam jumlah banyak, pemberian 10 persen saham PT Freeport Indonesia untuk dikelola sendiri, kemudahan bagi pemuda-pemudi lokal untuk berkarya sebagai aparat sipil negara (ASN), dan seringnya Presiden Jokowi berkunjung ke sana. Adakah presiden-presiden sebelumnya bertindak sama seperti yang dilakukan Presiden Jokowi ke Papua? Saya rasa belum pernah ada. Bukan memuji, baru di zaman Presiden Jokowi, Papua betul-betul diperhatikan.
Saya sangat menyayangkan manuver individu atau kelompok tertentu yang tampaknya menyudutkan pemerintahan Presiden Jokowi. Padahal apa yang diperbuat Jokowi sungguh mulia. Bagi beliau, warga Papua adalah ‘anak emas’. Mengapa hanya gara-gara konflik mahasiswa asal Papua dengan warga Surabaya akhirnya Presiden Jokowi yang disalahkan? Selanjutnya menghembuskan referendum? Mengapa ada yang tega berbuat brutal dan anarkis tak karuan? Jelas itu salah!
Mari berhenti berniat buruk untuk tujuan memisahkan Papua dari NKRI. Karena akan memperburuk keadaan Papua ke depan . Papua adalah Indonesia dan kita semua bersaudara mari wujudkan Papua yang damai dan sejahterah. Jadi jelas bahwa Papua bagian dari NKRI Harga Mati !