Oleh: Istikharoh
Sebuah negara pasti perlu pemimpin. Tak bisa dipungkiri pemimpin sangat menentukan bagaimana negara yang dipimpinnya nanti. Seorang pemimpin negara bukanlah amanat yang mudah. Amanat yang dipikulnya itu jelas membuatnya selalu mempunyai rencana untuk negara yang dipimpinnya agar tetap sejahtera. Tidak ada peperangan, sandang pangan papan rakyatnya terpenuhi dengan baik dan yang paling penting kepercayaan selalu ada untuk pemimpin. Bila pemimpin tidak jujur dari awal pastilah negara yang dipimpinnya berantakan.
Indonesia pada tahun 2019 adalah penentuan kepala negara yang disebut presiden akan berganti. Maka dari itu perlu adanya pemilu. Seluruh warga negara Indonesia diwajibkan untuk memilih kepala negara yang mereka harapkan. Ada banyak kabar miring tentang seorang kepala negara tahun ini. Dari asumsi rakyat, mereka tidak terlalu gigih dalam menyukseskan pemilu karena pandangan yang tidak terlalu baik untuk pemimpin. Melihat banyak sekali rakyat yang masih saja kekurangan sandang pangan, lapangan pekerjaan sedikit, harga bahan pokok semakin naik dan utang negara yang semakin tinggi. Yang susah semakin susah, yang miskin semakin miskin. Membuat rakyat enggan menyukseskan pemilu.
Baca Juga
Pandangan miring terhadap pemimpin negara tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah kabar tidak benar atau disebut hoax. Sebagai rakyat Indonesia, kita seharusnya tidak terpengaruh oleh berita yang tidak benar. Pada era saat ini media sosial menjadi primadona masyarakat. Apapun ada dalam media sosial. Tidak pandai-pandainya kita dalam memilah berita, jadilah malapetaka bukan untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Hendaknya berita yang telah diketahui tidak tertalu dipercayai dulu sebelum mengali sumber berita yang benar.
Pemilu merupakan cara masyarakat Indonesia untuk memilih presiden. Dari cara itulah sebuah negara yang kaya akan limpahan alam ini bisa terus maju. Dalam peningkatan sumber daya manusia dan juga sumber daya alam. Dari sudut padang berbeda masyarakat pasti punya cita-cita seperti apa pemilu yang baik itu. Dalam segi kejujuran dan kepercayaan. Untaian kata pastilah akan menjadi sebuah tindakan, itulah yang diharapkan. Bagaimanapun itu pemilu tetaplah sebuah cara. Peningkatan pembangunan bukan hanya tugas petinggi negara melainkan seluruh masyarakat Indonesia. Saling membantu satu sama lain, erat mengeratkan dalam kedamaian dan kesejahteraan Indonesia tercinta.
Golput bukan cara untuk memprotes negara. Coba pikirkan, negara sama sekali tidak bersalah atas kemiskinan yang terjadi. Tidak sepenuhnya kita melontarkan kata, tindakan ataupun teror sebelum kita memahami kesalahan. Siapa sih yang ingin hidup susah, terus dalam kebohongan yang damai ataupun ketidakadilan yang sepenuhnya dialami masyarakat. Peraturan dibuat bukan untuk menyengsarakan rakyat. Mungkin dari kita mentaati peraturan hidup akan damai. Jangan tanyakan mengapa Indonesia belum sejahtera dalam hal sandang pangan papan. Apa kita sudah melangkahkan kaki untuk pembangunan, sudah jujur dalam tindakan. Satu pilihanmu menjadi ribuan pembangunan di masa mendatang. Kalau kita punya komitmen yang kuat, pengaruh burukpun akan tidak mempan. Kejujuran dimulai dari diri sendiri, dalam setiap tindakan apapun. Kita punya hak yang tak kalah terhormatnya. Dan punya kewajiban yang tak kalah mulianya. Pilihan yang kita tetapkan dengan doa yang tulus untuk kesejahteraan Indonesia, maka itu bukan menjadi isapan jempol belaka. Karena pemimpin negara yang adil, negaranya juga akan jauh lebih baik. Begitulah dengan masyarakat yang baik, negara akan mengikuti kebaikan kita. Berpikirlah sebelum bertindak untuk tidak jujur dalam pemilu 2019.
Kalau masih saja tetap ragu untuk tidak menyukseskan pemilu. Berpikirlah dengan dalam, apapun negaranya pasti membutuhkan kepala negara. Pilihlah dengan mengucap doa dan harapan yang mulia. Karena doa akan mengubah segalanya.