Oleh: Rezy Refro
Tidak lama lagi, kita (sebagai warga Indonesia) akan melaksanakan pesta demokrasi. Salah satu pesta demokrasi yang akan dilakukan adalah pemilihan presiden atau pemimpin negara. Kandidat calon presiden adalah Jokowi dan Prabowo. Setiap warga negara memiliki hak yang sama dan bebas dalam menentukan maupun mendukung calon pilihannya.
Dalam perjalanan menuju pesta demokrasi yang direncanakan tanggal 17 april 2019 tersebut, berbagai kampanye telah dilakukan oleh para pendukung atau tim sukses masing-masing kandidat. Seharusnya, kampanye yang dilakukan menghasilkan harapan baru untuk mendapatkan suara para pendukungnya.
Baca Juga
Namun sangat mengecewakan sekali dengan adanya kampanye yang dilakukan menggunakan penyebaran berita hoax. Dan tidak sedikit pula korban yang termakan berita hoax. Oleh sebab itu, Cebong dan Kampret harus pintar dalam melawan hoax.
Kita harus bisa melawan berita hoax dengan cara yang pintar dan bermartabat, yaitu dengan memastikan berita yang kita baca sesuai dengan fakta yang ada. Bukan justru dengan melawannya dengan membuat berita hoax lainnya.
Biasanya, berita hoax memiliki judul yang menjatuhkan atau menudingkan ke pihak tertentu yang menjadi lawan politik. Padahal isi dari berita tersebut diambil dari media lain, tetapi ada perubahan yang dilakukan untuk menciptakan persepsi sesuai pembuat hoax.
Oleh sebab itu jangan mudah terpancing dengan judul yang provokatif saja, tetapi kita harus membaca keselurah isi dari berita. Jika isi berita tidak sesuai dengan judul dan fakta yang ada, maka sudah dipastikan berita tersebut hoax dan hanya untuk menimbulkan perpecahan saja. Jadi jangan malas untuk membaca keseluruhan isi berita.
Lalu kita harus mengetahui apakah website atau situs berita yang kita baca sudah resmi atau belum, sebab itu juga akan mempengaruhi valid atau tidaknya berita. Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia ada sekitar 43.000 situs yang mengklaim sebagai portal berita. Padahal hanya sekitar 300 situs yang sudah terverifikasi sebagai berita resmi.
Hal ini menjadikan besarnya peluang yang bisa dilakukan oleh media yang belum terverifikasi untuk menciptakan atau menyebarkan berita hoax. Misalkan kita membaca berita dari sebuah blog pribadi, maka harus lebih teliti dan tidak gampang percaya.
Selain dari situs yang tidak resmi, kadang para politisi atau tim sukses para pasanagan calon presiden juga menyampaikan atau memposting yang tidak sesuai dari fakta. Dan kita tidak boleh menelan mentah-mentah hanya karena politisi tersebut mendukung calon presiden yang kita pilih.
Jadi, kita sebagai warga negara (Cebong atau Kampret) harus menjadikan perjalanan pemilu nanti sebagai pesta demokrasi yang sehat. Kita harus berani mengambil sikap yang adil terhadap sebuah berita yang ada.
Hoax memang sudah harus dilawan. Bila penyebaran berita hoax dibiarkan begitu saja, maka pesta demokrasi ternodai dengan kebohongan-kebohongan segelintir orang. Kita harus memilih calon presiden dengan alasan yang benar. Dan alasan itu hanya kita dapatkan dari berita yang sesuai dengan fakta.
Melawan hoax juga usaha untuk melanjutkan perjalanan demokrasi yang berkualitas. Kita tidak boleh berhenti melawan hoax sampai pemilu saja, karena negara Indonesia tidak berhenti pada tanggal 17 april.
Masih banyak yang harus kita lakukan demi pembangunan nasional. Terutama dalam menjalin kerukunan antar warga negara terhadap perbedaan pandangan politik. Jangan sampai dengan munculnya masalah hoax ini akan menghambat martabat negara kita.
Karena untuk melawan berita hoax tidak perlu ada urusan politik didalamnya. Hoax adalah musuh bersama. Entah itu Cebong atau Kampret harus saling bekerjasama dalam melawan hoax. Karena yang terjadi akibat banyaknya berita hoax yang muncul akan merugikan kita dalam perjalanan demokrasi negara Indonesia.
Lawan Hoax!