Oleh : Made Raditya
Kehadiran KAMI yang ingin menyelamatkan Indonesia malah dicibir karena melakukan deklarasi di ruang publik dan dihadiri ratusan orang.
Saat deklarasi, mereka membacakan 8 tuntutan untuk pemerintah yang sayangnya lebih terdengar sebagai provokasi. Pengaruh buruk ini bisa menghalangi langkah pemerintah untuk atasi pandemi corona.
Baca Juga
Koalisi aksi menyelamatkan Indonesia (KAMI) adalah kumpulan dari tokoh nasional seperti Rocky Gerung dkk.
Setelah dideklarasikan 18 agustus lalu, banyak yang mencemooh karena menganggap acara mereka menyalahi aturan. KAMI memaki pemerintah yang dibilang salah dalam menangani pandemi covid-19, kenyataanya mereka juga melanggar protokol kesehatan.
Deklarasi KAMI dihadiri ratusan orang dan tidak mematuhi aturan jaga jarak. Bahkan ada anggota yang sengaja melepas masker. Keadaan ini berbahaya karena bisa terjadi penularan corona. Kuman di sebrang lautan tampak, gajah di mata tak tampak. Mereka sibuk menyalahkan pemerintah tapi sekaligus melanggar standar keamanan untuk tangani corona.
Masyarakat yang menontont deklarasi atau membaca beritanya juga bisa terpengaruh, lalu berpikir tidak apa-apa untuk membuat acara yang mengundang keramaian.
Karena mencontoh kelakuan anggota KAMI yang ceroboh. Padahal kita tahu bahwa sekarang virus covid-19 bisa menular di udara yang pengap, jadi acara keramaian amat berbahaya untuk kesehatan.
Saat deklarasi juga hanya diisi pembacaan tuntutan yang penuh provokasi, karena tidak sesuai kenyataan.
Baca juga: Pancasila Sudah Final, Tolak Komunisme dan Radikalisme
Menurut ketua Fraksi DPR Cucun Syamsurijal, boleh saja seseorang menyatakan pendapat. Apalagi kita hidup di negara demokrasi. Namun jangan buat sesuatu yang mengarah ke provokasi apalagi hoax. Harus ada checking and balances pada koalisi.
Politikus Sufmi Dasco Ahmad mengingatkan anggota KAMI agar tidak keterlaluan dalam menyatakan pendapatnya. Memang hak ini dijamin UUD 1945. Namun sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Seharusnya sebagai tokoh senior, mereka lebih bisa mengerem omongan.
Salah satu poin dalam tuntutan KAMI berisi desakan kepada pemerintah untuk menanggulangi pandemi covid-19 dengan serius. Serta membantu rakyat miskin yang terdampak corona secara langsung. Masyarakat bisa terprovokasi lalu menganggap pemerintah tak serius dalam menangani corona. Semua program dari pemerintah jadi diabaikan.
Hal ini malah memusingkan karena pemerintah sudah bersusah payah membuat aturan seperti sosialisasi protokol kesehatan dan peningkatan kesejahteraan tenaga kesehatan. Namun masyarakat cuek dan berpikir buat apa menuruti pemerintah? Semua karena provokasi KAMI. Keadaan ini berbahaya karena bisa meningkatkan jumlah orang tanpa gejala.
Masyarakat diminta untuk berpikir jernih dan jangan mudah kena provokasi anggota KAMI. Jika mereka ingin selamatkan korban corona, mengapa tidak membuat aksi donasi tersendiri? Buat apa menunggu bantuan dari pemerintah? Presiden Joko Widodo sudah menunjukkan motto kerja dan kerja, serta terjun langsung membantu masyarakat.
Tuntutan KAMI hanya jadi provokasi dan fitnah belaka. Kenyataannya, sudah banyak sekali bantuan seperti paket bansos, BLT, kartu pra kerja, dan program lain untuk atasi pandemi covid-19. Nasib dokter dan nakes lain juga diperhatikan, karena mereka mendapat intensif khusus. Merek juga mendapat penginapan yang layak agar tak takut menulari keluarga di rumah.
KAMI hanya bisa menuduh tanpa ada bukti nyata, jadi jangan terprovokasi oleh omongannya. Adanya 8 tuntutan KAMI angaplah hanya angin lalu atau guyonan belaka.
Jangan terlalu serius saat membacanya, karena yang dituduhkan hanya berdasarkan dugaan. Presiden sudah stay cool dalam menghadapi KAMI dan masyarakat jangan terbakar oleh pengaruhnya.
Kedelapan tuntutan KAMI malah berselimut kebencian dan ada aroma dendam, karena mereka tak dipilih lagi jadi pejabat. Apalagi ketika dalam tuntutan mereka menuduh pemerintah gagal tangani pandemi covid-19, tapi kenyataannya deklarasi KAMI bisa menimbulkan klaster corona baru. Masyarakat diminta tetap tenang dan jangan mau diajak mereka.
Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Jakarta