Bagi sebagian besar suami atau istri, hubungan dengan mertua adalah suatu ‘negoisasi’ selama seumur hidup. Hubungan dengan mertua bukan nggak mungkin jadi penyebab konflik pernikahan.
Misalnya, mertua sering membuat masalah hingga diri ini dibuat kesal. Ya, karena apa yang dilakukan mertua bukan nggak mungkin berimbas pada rumah tangga kita. Saat mertua tersandung suatu kasus, pasti kita sebagai menantu juga kena dampaknya kan, ?
Contoh lain, ketika istri kesal dengan ibu mertua dan suami, baiknya yang dilakukan lebih ke validasi emosi. Berusaha mengerti istri misal dengan bilang ‘Iya ya sayang, mama emang orangnya begitu. Wajar kalau kamu kesal’.
Baca Juga
Tenang, jangan diambil pusing. Kali ini kata Indonesia akan berikan 4 tips bagaimana harus bersikap menghadapi mertua yang menyebalkan
1. Tetapkan batas tegas dan tanggapi saran dengan baik
Kadang kita merasa berterima kasih ketika ayah atau ibu mertua kasih ‘wejangan’ atau masukan tentang rumah tangga karena pengalaman mereka sudah berpuluh-puluh tahun menjalaninya. Tapi, di sisi lain kita sebal karena merasa tiap rumah tangga itu berbeda dan kita nggak harus sama persis mengikuti jalan mertua.
“Tak apa. Bersikaplah tegas, ringkas namun tetap baik. Apapun saran dan masukannya, tetaplah jadi diri sendiri. Kalau mereka gigih, beri penjelasan akan konsekuensi yang didapat pasangan, beri tahu juga bahwa kita punya batasan dan akan membuat pilihan sendiri apapun konsekuensinya,”
2. Alihkan perhatian
Ada momen di mana mood atau kondisi kita sedang buruk dan kurang bisa menerima masukan atau perintah dari mertua. Coba tarik dan buang napas, ambil air minum, dan duduk kembali. Bilang jujur ke pasangan bahwa kita sedang nggak mood menghadapi kemauan mertua juga membantu lho, Bun.
“Saya senang mengajarkan orang lain untuk belajar seni ‘mengalihkan’ subjek atau berjalan menjauh. Ketika sebuah percakapan mengarah ke pembicaraan yang ‘beracun’, saatnya untuk bangun, mengambil segelas air dan tanya tentang perjalanan yang akan datang atau topik ringan lainnya,” kata Stephanie Buehler, psikolog yang tinggal di Southern California.
3. Jangan tersinggung
Ketika kita menikahi pasangan, maka kita ‘menikah’ pula dengan keluarganya dengan berbagai sejarah di dalamnya.
“Memahami masalah keluarga pasangan berasal dapat sangat membantu ketika kita belajar bagaimana mendekati mereka,” kata F Diane Barth, psikoterapis dan penulis blog Psychology Today Off The Couch.
Biasanya orang tua sulit melakukan transisi dari mengasuh anak-anak mereka, hingga anak mereka punya hubungan spesial dengan orang lain dan membuat anak lebih memerhatikan pasangannya daripada orang tuanya.
4. Lihat dari sudut pandang mertua
Mertua juga manusia, yang punya kesalahan dan bisa berbuat salah. Bagaimanapun orang tua akan berjuang menghadapi kenyataan anaknya telah dewasa dan berusaha menerima orang lain yakni pasangan anak dalam keluarganya.
“Saat hubungan kita dengan mertua tampak mustahil cobalah untuk bersimpati padanya dan selalu waspada terhadap perubahan perilaku positif,” kata Amanda Deverich, terapis pernikahan dan keluarga yang tinggal di Williamsburg, Virginia.
Nggak ada orang yang 100 persen buruk. Akan ada saatnya ibu mertua kita menghormati jadwal atau permintaan kita yang lain. Atau memuji masakan kita dan mengatakan sesuatu yang positif kembali. Jadi, tetap semangat ya.