Oleh : Firza Ahmad
Sejumlah terduga pelaku teror terindikasi terkait dengan Ormas terlarang FPI. Masyarakat mendukung pengusutan tuntas keterlibatan FPI dengan jaringan teror tersebut.
Front Pembela Islam telah menjadi ormas yang tidak lagi memiliki izin, artinya secara de jure ormas ini sudah tidak terdaftar. Meski demikian ideologi yang dianut masih tersisa dan tidak menutup kemungkinan, eks anggota FPI akan mengulang kebrutalan seperti tahun tahun sebelumnya.
Baca Juga
Pengamat politik Prof Dr Hermawan Sulistyo mengatakan kepolisian harus menelusuri adanya anggota dan mantan anggota FPI yang terlibat jaringan terorisme. Upaya penelusuran ini tentu saja bertujuan untuk mencegah agar terorisme tidak semakin meluas dan bertambah.
Kepala Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme Universitas Indonesia yang juga merupakan ketua harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Benny Mamoto mengungkap ada sekitar 37 anggota FPI yang pernah tersangkut terorisme. Mereka tergabung dalam kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Melihat banyaknya anggota dan mantan anggota FPI yang terlibat terorisme, tentu saja pemerintah tidak boleh lengah dan harus segera melakukan kajian, apakah FPI tersebut masuk ke dalam jaringan terorisme dan apabila terbukti, tentu saja patut untuk tidak mendapatkan izin operasional.
Dugaan keterlibatan FPI terhadap kelompok teroris memang tidak bisa dianggap sepele. Apalagi setelah muncul pengakuan dari Syaiful Basri seorang teroris yang mengaku sebagai mantan anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI) pada tahun 1998. S
Dirinya juga mengetahui rencana pembuatan bom yang dilakukan Husein Hasni dan Zulaimi Agus. Mantan anak buah Habib Rizieq tersebut mengaku ingin ledakkan SPBU karena penangkapan terhadap Rizieq Shihab.
Selain itu, Syaiful juga ikut dalam acara sumpah ikrar setia kepada para ulama dan tidak berkhianat kepada kelompok Habib Husein Hasni yang dilakukan di salah satu mushola dekat UIN Tangerang Selatan, Banten.
Kemudian, Syaiful membeli dan menyiapkan bahan campuran peledak berupa arang bersama Naufal atas perintah Bambang Setiono. Adapun, tujuan pembuatan bahan peledak sasarannya adalah pom bensin Pertamina milik Cina pipa gas di Jalan Raya Bogor.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk teror agar negara merasa rugi sebagai wujud proses ditangkapnya Rizieq Shihab
Bahkan, dirinya turut serta dalam kegiatan survei di lokasi sasaran peledakan yaitu pipa gas daerah jalan raya bogor bersama bambang dan naufal.
Selain Syaiful, berapa terduga teroris yang ditangkap di Jakarta jua mengaku sebagai simpatisan FPI. Pihak Densus 88 Antiteror akan mengalami pengakuan tersebut.
Brigjen Rusdi Hartono selaku Karo Penmas Divisi Humas Polri mengatakan, Densus 88 akan menyelesaikan masalah terorisme tersebut.
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror telah menangkap sejumlah teroris pasca bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makasar, Sulawesi Selatan. Penangkapan itu dilakukan di beberapa tempat, diantaranya di Jakarta, Bekasi dan Tangerang Selatan.
Setidaknya ada lima orang yang ditangkap terkait jaringan teroris. Setelah diperiksa polisi, empat teroris tersebut membuat pengakuan yang mengejutkan.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Yusri Yunus menyampaikan, keterkaitan antara terduga teroris dengan FPI masih ditelusuri juga lewat barang bukti, yang didapatkan saat operasi penangkapan.
Penyidik juga menelusuri keterkaitan para terduga teroris dengan bom yang terjadi di Gereja Katedral Makassar. Pasalnya, di kediaman terduga teroris sendiri, ditemukan lima bom aktif dengan jenis daya ledak yang besar.
Selain itu, salah seorang tersangka teroris bernama Ahmad Junaidi, mengatakan bahwa dirinya aktif mengikuti pengajian-pengajian dari mantan pimpinan FPI.
Kemudian, terduga teroris lain bernama Bambang Setiono, mengatakan bahwa dirinya telah menjadi simpatisan FPI sejak desember 2020 lalu. Bambang mengaku membuat bahan peledak dari sukabumi dan merencanakan penyerangan ke SPBU dengan bom molotov.
Rencana ini tentu saja terlewat berani, apalagi yang diserang adalah SPBU yang notabene menyediakan bahan pokok berupa bahan bakar..
Mungkin, tidak ada kaitan antara FPI secara organisasi dengan kelompok terorist, meski demikian keduanya sama-sama kerap menjadikan suasana bangsa menjadi runyam.
Tentu saja siapapun yang membuat bom untuk membuat onar hingga mencari perhatian pemerintah, tak lain dan tak bukan, dirinya adalah teroris yang tengah kesepian dan mencari anggota baru.
Penulis adalah warganet tinggal di Bogor