Oleh : Rangga Raditya
Penanganan pandemi covid-19 selama ini sudah dilakukan pemerintah dengan baik. Seluruh pasien covid-19 dirawat di ruang isolasi RS dan tidak ditarik biaya, karena ditanggung BPJS. Namun jangan sampai masyarakat percaya hoax seputar adaptasi kebiasaan baru, karena malah akan menimbulkan pasien corona lagi.
Fase adaptasi kebiasaan baru yang dijalankan beberapa minggu ini membuat kita semakin rajin menjaga kebersihan badan dan lingkungan, serta menaati protokol kesehatan lain seperti pakai masker. Selain itu, ada banyak hal yang berubah di era ini. Supermarket, kafe, dan tempat umum lain boleh buka lagi asal pengunjungnya menjaga jarak dan pakai masker.
Baca Juga
Sayangnya di fase adaptasi kebiasaan baru, muncul banyak hoax yang menyesatkan. Kabar bohong ini diembuskan oleh oknum tak bertanggungjawab dan mereka menyebarkannya di media sosial dan koran online abal-abal. Karena makin banyak yang mengakses dunia maya. Jika mereka mengeklik berita palsu maka pendapatan koran abal-abal itu semakin menggunung.
Salah satu hoax panas sekaligus konyol adalah thermo gun dianggap bisa mengakibatkan kanker otak. Padahal jika ingin masuk ke tempat umum seperti Bank, tiap orang harus diukur suhu badannya dengan alat itu. Jadinya ada yang salah kaprah dan menembakkan thermo gun hanya ke telapak tangan, dan hasil pengukuran suhu badannya tentu tidak akurat.
Di era adaptasi kebiasaan baru, ada pula hoax tentang bawang putih yang bisa jadi obat corona. Padahal ia hanya berfungsi untuk menaikkan daya tahan tubuh. Untuk mengkonsumsinya sebagai obat herbal juga harus ada takarannya. Jika terlalu banyak maka akan sakit dan malah menambah masalah baru.
Hoax lain yang muncul saat era adaptasi kebiasaan baru adalah setiap pasien yang masuk Rumah Sakit lalu meninggal dunia, harus dimakamkan sesuai prosedur jenazah korban covid-19. Karena tenaga kesehatan dan Rumah Sakit akan dapat keuntungan. Padahal hal ini salah dan orang yang mengungkapkannya hanya mendengar kabar burung yang tidak jelas.
Menyebarnya hoax ini tentu sangat berbahaya. Orang yang tidak diperiksa thermo gun di dahi dan suhu tubuhnya lebih dari 38 derajat celcius, akan bisa berpotensi ketularan corona. Jika ia sakit dan jadi orang tanpa gejala, virus bisa menular ke keluarga dan rekan kerja. Jumlah pasien akan melonjak drastis hanya gara-gara hoax yang menyesatkan banyak orang.
Hoax tentang setiap pasien di Rumah Sakit diperlakukan seperti orang yang kena corona juga salah, apalagi jika ada jenazah yang langsung dimakamkan dengan prosedur covid-19. Setiap pasien memang disuruh untuk tes rapid jika berobat, namun jika tidak kena corona tentu bisa berobat biasa. Jika termakan hoax, banyak orang bisa takut berobat ke Rumah Sakit.
Menkominfo Johnny G Plate mengungkapkan bahwa hoax tentang corona dan adaptasi kebiasaan baru lebih sering muncul di Facebook. Mungkin karena situs itu lebih banyak diakses daripada media sosial lain. Jangan percaya 100% berita yang di-share di timeline Facebook, karena bisa jadi itu hoax. Periksa kebenaran berita atau foto, sebelum disebarkan.
Selain itu, penyebaran hoax tentang adaptasi kebiasaan baru juga beredar di WA, terutama grup keluarga. Penyebabnya karena di sana isinya adalah orang sepuh yang baru pertama punya HP android. Mereka belum bisa membedakan media online valid dengan abal-abal, lalu mempercayai semua berita di internet. Padahal bisa jadi itu berita palsu yang merugikan.
Hoax yang dibaca masyarakat tersebar dengan bebas di media sosial dan koran online abal-abal. Berita palsu ini menyusahkan karena bisa memperlambat penanganan corona. Periksa kebenaran suatu berita di internet dan jangan mempercayainya mentah-mentah.
Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiwa Cikini