Sejumlah Tokoh Bahas Soal Pemuda dan Literasi Digital Agar Meneguhkan Semangat Kebangsaan

Kominfo melaksanakan Seminar Live Streaming bertemakan “Pemuda dan Literasi Digital: Meneguhkan Komitmen Kebangsaan” yang diisi Ir. A. Helmy Faishal Zaini selaku Anggota Komisi I DPR-RI, Gun Gun Siswadi selaku Akademisi Univ. Esa Unggul Jakarta, Abdulloh Mus’ud selaku Tokoh Pemuda, yang mana dalam seminar live streaming tersebut Ir. A. Helmy Faishal Zaini menyampaikan bahwa “Hari ini memasuki era yang sangat baru yaitu revolusi 4.0, dimana telah terjadi perpindahan migrasi besar-besaran di seluruh sektor kehidupan, dari ruang yang di sebut sebagai ruang serba fisik ataupun physical space, sekarang berubah menjadi ruang yang serba digital ataupun cyber space.

Saya sering sering mengatakan ini bukan sesuatu yang bersifat choice tetapi era ini adalah era yang bersifat imperatif atau memaksa kita, jadi era digital ini ada sesuatu yang taken for granted, maka untuk itu tidak ada lain bahwa kita harus menyiapkan diri, karena ekonomi kita sudah bergerak ke ekonomi digital”.

Bahkan dalam pertemuan saya bersama Pak menteri BUMN baru-baru lalu, beliau mengatakan bahwa transaksi di ekonomi digital ini sudah menyentuh ke angka mencapai 1000 triliun dan tren kedepannya akan terus semakin bertambah. Saya punya kawan di perbankan ketika saya tanya berapa persen transaksi perbankan yang sekarang sudah menggunakan online ternyata jawabannya sangat mengejutkan sekali bawah 90% lebih nasabah sudah tidak lagi datang ke bank, baik untuk stor maupun untuk transfer, tetapi sekarang sudah melalui transaksi online.

Baca Juga

Pendidikan juga mengarah pada pendidikan jarak jauh bagaimana begitu banyak platform-platform digital yang memungkinkan kita untuk mengikuti proses pembelajaran melalui platform digital, bahkan dalam bidang keagamaan juga mengenal apa yang disebut sebagai dakwah virtual.

Maka tahun 2025 yang diprediksikan generasi milenial akan lebih dari 70% yang menjadi penduduk di Indonesia dan pada tahun tersebut diperkirakan juga akan terjadi bonus demografi maka marilah saya mengajak pada momentum yang penting ini pada anak-anak muda untuk melakukan sebuah transformasi besar-besaran dengan menyiapkan apa yang disebut sebagai penguasaan literasi sosial media, sekaligus juga tentu menghadirkan narasi-narasi positif dalam upaya untuk menangkal berbagai macam isu-isu terkait dengan radikalisme, terorisme dan seterusnya.

Kami berharap dari narasumber yang hadir akan memberikan kontribusi pertama memberikan garis-garis besar apa yang akan di lakukan di masa-masa era 4.0 ini terutama kita juga memasuki pandemi covid 19.

Dalam kesempatan yang sama Gun Gun Siswadi selaku Akademisi Univ. Esa Unggul Jakarta menyampaikan bahwa “Indonesia potret negara yang majemuk multikulturalisme pluralisme, luas wilayah indonesia 5.193.250 km2, jumlah pulau lebih dari 17.508, terletak di antara dua samudera dan dua benua, berbatasan langsung dengan 10 negara tetangga, jumlah daerah administrasi mencakup 34 provinsi, 514 kab/kota, 7.252 kecamatan dan 82.820 kel/desa, memiliki tiga pembagian zona waktu wib, wita dan wit, jumlah penduduk 270.20 juta jiwa sensus penduduk 2020, bahasa indonesia dan 742 bahasa daerah dan dialek, jumlah etnis ada 1.340 etnis dan sub etnis, penganut agama islam, protestan, katolik, hindu, budha, dan lainnya, panjang garis pantai 99.093 km2, luas daratan 1.919.440 km2, luas lautan 3.273.810 km2.

Indonesia sekarang sudah memasuki era digital, ada beberapa hal yang harus di persiapkan dalam rangka memasuki era sekarang ini, yang sudah di bangun oleh pemerintah yaitu infrastruktur supaya masyarakat bisa mengakses informasi dengan baik, Palapa Ring sebagai tulang punggung ekonomi digital Indonesia yang menghubungkan 514 Kabupaten/Kota di Indonesia dengan menyediakan akses Internet berkecepatan tinggi kepada masyarakat.

Besarnya jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 196.71 juta orang Indonesia menggunakan internet atau 73,7% masyarakat Indonesia sudah terkoneksi dengan internet artinya sudah 50% lebih masyarakat Indonesia sudah menjadi pengguna internet, ada hal yang perlu di waspadai dengan besarnya jumlah pengguna internet, dengan semakin mudahnya masyarakat mengakses informasi, maka terjadilah yang namanya banjir informasi-informasi, ada yang bermanfaat dan ada yang tidak bermanfaat, perlu di jaga agar bisa memanfaatkan informasi itu dengan baik. Sekarang ini terjadi transformasi digital yang tadinya konvensional menjadi digital melalui aplikasi seperti berbelanja, belajar, pertanian, donasi, tranportasi, kuliner, kesehatan dan tv analog menjadi digital.

Manfaat internet sebagai sarana mendapatkan informasi, memudahkan untuk mencari referensi, menjadi sarana pembelajaran masa kini, memberikan fasilitas multimedia, memberikan informasi dengan mudah dan murah, bisa menjadi sumber belajar tambahan, bisa menjadi sarana pencari beasiswa, memudahkan mengenal dan mempelajari bahasa asing, bisa mendorong semakin mandiri, membantu mengembangkan sarana pendidikan jarak jauh, bisa menjadi sarana penyimpan informasi.

Hoax berita atau kabar bohong yang sengaja dibuat untuk disamarkan seperti layaknya kebenaran dengan diawali kata-kata sugestif dan heboh, mencatut nama atau lembaga terkenal, terdengar mustahil terjadi, tidak muncul di media massa, banyak ditulis dengan huruf capital atau tanda seru.

Sekarang selain menghadapi era pandemi, sekarangpun juga ada yang namanya infodemic yaitu banjir informasi mengenai virus covid- 19 yang keliru atau salah secara massif, terus menerus dan tersebar cepat, perang baru yang tidak kalah dahsyatnya dengan wabah virus, jika covid-19 adalah virus fisik, maka infodemic adalah virus virtual, yang diserang dan hendak ditaklukan adalah akal lemah dan tidak sehat. Kominfo telah merilis isu hoax terkait covid-19 per tanggal 31 Mei 2021 sebanyak 1.620 jangan sampai menjadi bagian dari penyebaran itu.

Ancaman penggunaan internet maraknya hoax, radikalisme, penipuan, pornografi, bullying, prostitusi, sinis, SARA, ujaran kebencian, narkoba dan lain sebagainya, maka perlu di lakukan digital literasi.

Literasi digital yaitu literasi data kemampuan membaca, menganalisis, dan menggunakan big data, literasi teknologi memahami cara kerja aplikasi teknologi coding atau programming, artificial intelligence dan engineering principles, literasi manusia kemampuan komunikasi, kolaborasi, berfikir kritis, kreatif, dan inovatif. Empat dasar digital culture yaitu pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan berbudaya, berbangsa, dan berbahasa Indonesia, pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai pancasila pada mesin telusur.

Pengetahuan dasar mengetahui pentingnya multikulturalisme dan kebhinekaan, serta memahami cara melestarikan bahasa daerah, seni dan budaya dalam ruang digital, pengetahuan dasar yang mendorong perilaku mencintai produk dalam negeri, serta memahami hak atas akses kebebasan berekspresi dan hak atas kekayaan intelektual di dunia digital. Pancasila di era digital harus dikembalikan fungsinya menjadi falsafah negara, pandangan hidup, ideologi nasional dan pemersatu.

Langkah implementasi nilai pancasila di era digital mengembalikan Pancasila sebagai ideologi utama bangsa, mengembangkan Pancasila sebagai ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu atau epistemologi Pancasila, mengusahakan Pancasila memiliki konsistensi dengan produk-produk perundangan, koherensi antar-sila dan korespondensi dengan realitas sosial, Pancasila haruslah mampu mengakomodasi kepentingan secara horisontal rakyat, tidak hanya secara vertikal negara, menjadikan Pancasila sebagai sarana dan pondasi kritik kebijakan bangsa kesemuanya juga perlu diinternalisasikan melalui Pancasila Academy 4.0.

Memantapkan nilai-nilai ideologi pancasila guna memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, di dalam keluarga menanamkan nilai-nilai ketuhanan, keadilan, kebersamaan, kejujuran, kepedulian, saling menghargai, kesetaraan dan moral, di sekolah memasukan gagasan dalam kurikulum pendidikan dasar, moral pengetahuan, sekolah menengah perguruan tinggi teknologi informasi komunikasi dan jati diri bangsa patriotic intellectual, di masyarakat common values atau nilai bersama, musyawarah, kemajemukan, pluralisme.

Prinsip dalam merajut persatuan dan kesatuan bangsa mutual interactive saling mengenal, mutual understanding saling memahami, mutual respect saling menghormati, mutual benefit saling menguntungkan. Berinternet dengan bijak, cermat dalam memilih situs dan konten, pastikan keamanan data pribadi, tetap batasi penggunaan internet.

Peranan generasi milenial di era digital yaitu pemanfaatan nilai-nilai kebangsaan tanamkan nilai-nilai kebangsaan, Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, menumbuhkan jiwa nasionalisme, sinergi penegakan hokum, penegakan hokum bermedia dan berinformasi, berantas hoax, buka akses masyarakat untuk laporkan tentang hoax, literasi gigital kemampuan memilah dan memilih informasi yang benar dan valid, kembangkan budaya tabayyun, jauhkan diri dari penyebaran hoax, pemberdayaan masyarakat komunitas masyarakat informasi, pemberdayaan orang tua dan keluarga, bangun karakter bangsa.

Karakter pemuda memiliki semangat juang yang tinggi untuk mengharumkan nama bangsa, berpikir kritis dan inovatif di bidang teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk masyarakat luas, aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan, memiliki semangat yang tinggi dan aktif mengikuti literasi digital, aktif menyebarkan informasi positif, menyenangkan dan memberikan optimisme, kurangi informasi yang tidak dibutuhkan, kerja keras dan pantang menyerah.

Abdulloh Mus’ud selaku Tokoh Pemuda menyampaikan pertama harus diingat dulu bahwa “Pemuda itu kalau menurut undang-undang nomor 40 Tahun 2009 itu adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia antara 16 tahun hingga 30 tahun, ini kalau menurut undang-undang Nomor 40 Tahun 2009, tetapi generasi muda hari ini kan tidak hanya unsur pemuda itu yang sesuai undang-undang, jadi ada generasi milenial dan generasi baru yang muncul belakangan ini adalah generasi Z, Bahkan pasca generasi Z saya kira harus dikaji ulang juga perilaku generasi muda yang pasca generasi Z itu”.

Kalau generasi milenial atau yang biasa di sebut sebagai generasi Y, itu kalau sekarang usianya antara 24-41 tahun yaitu anak yang dilahirkan tahun 1980-1997 jadi usianya sekarang kira-kira 24-41 tahun, kalau menurut undang-undang nomor 40 Tahun 2009 itu hampir separuhnya sudah tidak lagi pemuda.

Dari generasi milenial nya sudah tidak lagi generasi muda karena usianya sudah di atas 30 tahun, jadi yang dibawa 30 tahun cuman sekian persennya kalau antara 24-41 tahun, berarti 40% nya pemuda generasi milenial itu, yang masuk pemuda juga itu generasi Z yang dalam teori itu dilahirkan antara tahun 1997 sampai tahun 2012 jadi usianya sekarang antara 9-24 tahun, ini yang saya kira lebih banyak pemuda kita itu ya di usia generasi Z sekarang ini kalau berdasarkan pada undang-undang nomor 40 tahun 2009, tapi saya kira generasi muda sekarang yang usianya diatas 40 juga pengennya masih dianggap anak muda.

Pak Gun Gun sudah menyampaikan bahwa populasi penduduk hari ini ada 270 an, dari 270 juta ini 50% lebih itu ada di generasi milenial dan generasi Z, ada 56% kira-kira hampir 60% itu ada di generasi Y dan generasi Z ini sehingga saya kira ini populasi yang luar biasa generasi muda hari ini, ini harus di bina serius, dibangun serius sehingga nanti menghasilkan orang-orang yang berkualitas, orang-orang yang memang diharapkan oleh bangsa ini.

Karakteristik generasi milenial itu seperti apa paling tidak yang bisa saya catat ada lima karakteristik generasi milenial dan mungkin termasuk generasi Z itu melek teknologi. Jadi kalau generasi Z ini tanpa diajari itu dia langsung muncul sendiri, jadi semacam kayak ada insting.

Kemudian bergantung pada mesin pencari Google, jadi kalau mau cari informasi biasanya di Google, kemudian karakteristik yang lainnya itu learning by doing.

Kemudian tertarik pada multimedia makanya anak milenial kalau dikasih buku ini cuman ditumpuk apalagi bukunya tidak ada ilustrasi tidak ada gambarnya tidak menarik, jadi sukanya yang multimedia yang audio visual, kemudian ciri yang kelima itu simple dan instan.

Kemudian ada satu hal yang saya kira ini penting untuk dikaji dan dijadikan pertimbangan untuk melakukan proses penyadaran berkebangsaan itu 93% generasi milenial ini atau generasi Z lebih spesifiknya itu menganggap agama merupakan hal paling penting, ini hasil dari salah satu lembaga penelitian.

Kemudian komitmen terhadap agama menjadi salah satu faktor penting kebahagiaan, ini menurut survei generasi Z dan generasi Y yaitu seperti itu, jadi artinya pemahaman wawasan kebangsaan harus dibangun juga melalui pemahaman keagamaan, pemahaman keagamaan nya harus sejalan dengan wawasannya.

 

 

Related Posts

Add New Playlist