Reuni 212 Tidak Bermanfaat
Oleh : Muhammad Yasin
PA 212 akan mengadakan Reuni akbar pada tanggal 2 desember 212. Rencana ini tentu langsung ditentang oleh masyarakat, karena tidak memiilki manfaat dan justru dapat menimbulkan kluster penyebaran Covid-19.
Baca Juga
Masihkah Anda ingat kejadian tanggal 2 desember dan 4 november beberapa tahun lalu? Ketika massa berbaju putih tumplek-blek untuk memprotes dan akhirnya keinginannya terkabulkan.
Akan tetapi aksi tersebut tidak mendapat simpati masyarakat karena kegiatannya sudah jelas teracuni oleh tangan-tangan kotor dan bernuansa politik. Mereka menamakan diri sebagai PA 212 dan ingin tetap mengadakan Reuni walau acara sudah selesai.
Bulan Desember sudah di depan mata dan PA 212 ingin mengadakan reuni seperti tahun-tahun sebelumnya. Tentu saja ini sangat mengejutkan karena mereka nekat untuk berkumpul padahal masih masa pandemi. Ketua DPP PKS Mardai Ali Sera menyatakan bahwa sebaiknya Reuni dilakukan secara virtual, lagi-lagi karena alasan pandemi. Saat masih ada Corona tentu harus hati-hati dalam mengadakan pertemuan.
Dalam artian, secara halus Mardani menolak rencana Reuni PA 212 di lapangan Monas. Lagipula pemprov DKI Jakarta secara terang-terangan juga menolak Reuni tersebut, karena dinilai lebih banyak kerugiannya daripada manfaatnya. Penyebab utamanya adalah pandemi, karena memang dilarang keras untuk membuat kerumunan, lagipula Reuni ini tidak ada gunanya.
Amatlah wajar jika Reuni tidak didukung oleh Pemprov DKI Jakarta karena mereka tidak mau menambah jumlah pasien Corona. Saat ini situasi sudah relatif aman, dan Jakarta tak lagi berstatus zona merah, serta hanya berstatus PPKM level 1. Dikhawatirkan jika ada Reuni 212, akan terbentuk kluster Corona baru dan level PPKM bisa naik jadi level 3 bahkan 4.
Jika DKI Jakarta naik level jadi PPKM level 4 maka akan banyak kerugian, terutama bagi masyarakat. Nanti sekolah-sekolah akan ditutup dan para murid belajar di rumah lagi, sementara orang tuanya kembali work from home. Situasi ini mempengaruhi ekonomi karena pedagang di sekitar kantor dan sekolah akan kehilangan pelanggannya.
Selain itu, jika memang terbentuk kluster Corona baru, akan menyiksa lagi bagi para tenaga kesehatan. Sebelumnya mereka sudah lega karena pasien sudah jauh berkurang daripada awal pandemi. Akan tetapi jika ada banyak kasus Covid maka kerja mereka akan jauh lebih capek, karena harus siaga dalam long shift selama 12 jam. Padahal situasi seperti ini bisa berbahaya karena nakes terlalu lelah dan terancam kehilangan nyawa.
Reuni 212 juga tidak bermanfaat karena selain berpotensi menimbulkan kluster baru, juga hanya jadi ajang omong-kosong. Untuk apa ratusan orang berkumpul di lapangan monas? Padahal tempat itu masih ditutup saat pandemi oleh pengelolanya. Jika memang mereka punya tempat berkumpul baru, maka hanya mengadakan orasi dan makan bersama, lalu pulang sambil teriak-teriak tak jelas.
Padahal orasi yang dimaksud adalah hujatan-hujatan kepada pemerintah, karena mereka kukuh menjadi pihak oposisi. Sayang sekali ketika mereka hanya bisa melancarkan kritik yang tidak membangun tetapi tidak bisa memberikan solusi. Mereka hanya bisa menyalahkan orang lain tapi lupa akan kesalahannya sendiri, membentuk kerumunan padahal masih masa pandemi.
Batalkan saja rencana Reuni 212 karena pertama, lapangan monas masih ditutup. Kedua, tidak ada izin dari pihak aparat atau Pemprov DKI Jakarta, karena memang masih pandemi. Sedangkan yang ketiga, Reuni 212 sudah memiliki tendensi politik jelang 2024, dan yang disayangkan adalah banyak yang berkumpul tetapi hanya bisa saling menghujat tanpa memberi sumbangsih apa-apa kepada negeri ini.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute