Oleh : Ismail
Pemilu sudah tinggal menunggu ketetapan hasil resmi dari KPU, namun hembusan narasi akan kecurangan Pemilu 2019 tak kunjung mereda, hingga ancaman people power muncul dari pihak yang merasa dicurangi.
Tahun 2019 tentu menjadi sesuatu yang spesial, dimana setelah pemilu terselenggara, umat muslim menyambut bulan suci ramadhan. Dalam sejarah Indonesia, Ramadhan merupakan momentum yang sakral, bahkan bagi kaum non muslim. Hal tersebut dikarenakan, pada bulan Ramadhanlah proklamasi kemerdekaan diproklamasikan oleh Ir Soekarno pada Agustus 1945 atau 1364 Hijriah. Sejak saat itulah Indonesia menjadi bangsa yang bebas, memiliki sistem pemerintahannya sendiri, serta mendapatkan legitimasi dari negara – negara lain.
Hal tersebut tentu menunjukkan betapa berartinya bulan Ramadhan bagi perjalanan sejarah peradaban bangsa Indonesia.
Baca Juga
Namun ada sebuah peristiwa yang mewarnai pemilu 2019 ini, dimana pihak yang berbeda pilihan saling menunjukkan opini yang beresiko memecah persatuan bangsa, hal tersebut terjadi sebelum pencoblosan dan sesudah pencoblosan. Hingga akhirnya menunjukkan perdebatan yang tidak konstruktif. Bahkan cacian maupun ujaran kebencian juga marak terjadi, utamanya di media sosial.
Perbedaan dalam pemilu 2019 ini lantas membuat rakyat melontarkan kalimat – kalimat yang tidak mencerminkan karakter sebagai bangsa Indonesia. Padahal Perbedaan merupakan takdir bagi Indonesa, karena perbedaan tidak hanya soal selera atau kesukaan , melainkan pilihan politik juga menjadi bagian dari perbedaan yang harus dihargai oleh siapapun.
Dalam berdemokrasi, tentu sikap legowo juga haruslah ditunjukkan ketika memang mendapatkan hasil yang diinginkan, sudahlah cukup bagi kita untuk saling mencaci, terprovokasi berita hoax apalagi sampai melontarkan sumpah serapah yang mengatasnamakan agama. Karena nyatanya hal tersebut tidak memberikan keuntungan sama sekali terhadap bangsa ini.
Kita semua juga telah men
ggunakan segenap kekuatan rakyat untuk memberikan hak pilihnya pada 17 April lalu. Sekarang tentu kita hanya menunggu saja hasil yang akan diumumkan oleh KPU dan fokus menambah amalan – amalan baik di bulan Ramadhan.
Bawaslu juga belum menemukan bukti kecurangan yang valid, meskipun pihaknya telah menerima laporan dari BPN yang hendak melaporkan bahwa KPU dan Jokowi melakukan kecurigaan.
Namun laporan tersebut ternyata hanya berisikan salinan berita dari media online, sehingga laporan tersebut tidak memiliki dasar yang kuat untuk menuduh adanya kecurangan dalam pemilu 2019 tersebut.
Hal tersebut tentu haruslah ditanggapi dengan legowo oleh pihak pelapor, karena pelapor tidak dapat menunjukkan bukti berupa dokuman, video maupun foto, sebagai bukti yang dapat diterima oleh Bawaslu.
Kita juga berharap bahwa Pemilu yang telah dijalankan akan betul – betul memuliakan siapa yang menang bukan lantas menistakan yang menang. Karena dalam kehidupan berdemokrasi, setiap Capres dan Cawapres yang memenangkan kontestasi haruslah mendapatkan pengakuan dari masyarakat. Hal tersebut berdasar pada hasil kemenangan merupakan pilihan yakyat.
Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI Hamdan Zoelva, meminta kepada seluruh masayarakat agar bersabar menunggu hasil akhir penghitungan suara oleh KPU. Ia juga berharap agar publik dapat mengawal penghitungan agar segala proses pemilu dapat berlangsung secara jujur, adil serta berintegritas.
“KAHMI mengajak seluruh warga, para kontestan, tim kampanye dan para simpatisan, untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa.
Bagaimanapun juga, momen Ramadhan dan Pemilu 2019 yang berjalan beriringan, patutlah menjadi momentum semua pihak untuk dapat merajut kembali rasa persaudaraan.
Sebelumnya Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU). PW Muhammadiyah beserta 20 ormas lainnya di Jakarta, telah menyerukan persatuan pasca Pemilu 2019.
Salah satu peserta yang merupakan perwakilan dari Khatib Syuriah PWNU Jakarta Ahmad Zahari mengatakan bahwa ormas dan kelembagaan yang tergabung dalam forum, berkomitmen dalam menjaga atau menciptakan suasana yang aman, sejuk dan damai pasca pemilu 2019.
Selain itu, pihaknya juga sepakat untuk membangun kesadaran bersama dalam menjaga Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang – Undang Dasar 1945.
Dengan datangnya bulan suci Ramadhan, sudah pasti segenap permasalahan duniawi perlahan disingkirkan, sudah saatnya setiap umat muslim menyambut bulan suci dengan beragam aktifitas maupun kegiatan yang menjadikan warga guyub rukun tanpa ada jurang pemisah.