Oleh : Fandi Ahmad
Virus covid-19 bisa dilawan dengan kerjasama dari berbagai pihak. Jadi kita tidak hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat, tapi juga berusaha bersama menggebuk Corona dengan kolaborasi dari pemerintah daerah, kepala sekolah, manajer kantor, dan pihak-pihak lain. Dengan kerjasama maka penularan Corona akan sangat minim.
Dokter Reisa Broto Asmoro, anggota tim komunikasi publik gugus tugas nasional penanganan covid-19 menyatakan bahwa masyarakat bisa saling mengingatkan dan membantu satu sama lain. Selain itu, pandemi Corona harus dianggap sebagai sesuatu yang serius. Jadi jangan pernah disepelekan apalagi menganggapnya hanya teori konspirasi.
Baca Juga
Baca juga: Keren, Ini Gerakan 100 Dokter Alumni Gontor Dalam Penanganan Covid-19
Menurut dokter Reisa, maka rantai penularan Corona bisa diputus dengan cepat, asalkan ada kerjasama dan kebersamaan masyarakat untuk menaati protokol kesehatan. Karena jika hanya ada 1 atau 2 orang yang pakai masker, akan percuma. Ketika 70 persen masyarakat tidak pakai masker, maka akan tetap jadi ajang penularan virus covid-19 di ruang publik.
Masker harus dipakai ketika berada di luar rumah. Saat sampai di kantor atau tempat umum lain, jangan dilepas. Karena jika banyak yang hanya menggantung masker di dagu, Indonesia akan susah bebas dari Corona. Saat merasa susah bernapas memakai masker kain, maka carilah yang model scuba atau masker N95 sehingga kita bisa menghirup udara dengan lega.
Kekuatan bangsa Indonesia adalah solidaritas dan gotong royong. Masih menurut dokter Reisa, maka perlu ada kolaborasi dari semua unsur, mulai dari pemerintah, aparat berwajib, relawan, ormas, sampai ke manager kantor dan kepala sekolah. Mereka tetap disiplin dalam melalukan protokol kesehatan dan memberi contoh kepada masyarakat umum.
Protokol kesehatan tidak sulit dilakukan asal dilakukan bersama-sama. Misalnya di area perkantoran, manager mengatur agar pekerjanya masuk secara bergantian. Setengahnya di kantor sedangkan setengahnya lagi work from home. Hal ini untuk menaati aturan jaga jarak. Di dalam area juga wajib disemprot disinfektan dan semua orang wajib pakai masker.
Di dalam sekolah juga seperti itu. Belum ada kejelasan siswa boleh masuk tanggal berapa, namun jika berada di zona hijau, boleh belajar lagi di sekolah. Dengan syarat harus cuci tangan, pakai masker atau face shield, dan dalam keadaan sehat. Pembelajaran online juga dilakukan, jadi murid tidak masuk sekolah tiap hari. Kepala sekolah tak boleh memaksa mereka untuk belajar di kelas seperti biasanya.
Kepala daerah juga wajib mengingatkan warganya untuk jaga jarak, juga sering membagikan masker kain. Juga sering diadakan rapid test di tempat umum untuk menjaring masyarakat yang ternyata kena Corona. Selain itu, jika ada kalangan yang terdampak covid-19, bisa diberi bantuan sembako dari APBD. Jadi tidak usah menunggu bansos dari pemerintah pusat.
Untuk mengatasi kalangan yang kena dampak Corona, bisa diadakan papan sembako. Jadi orang yang punya rezeki berlebih bisa memberi dan menggantungkan beras serta sembako lain di sana. Sementara yang membutuhkan bisa mengambilnya. Masyarakat bisa berperan serta dalam membantu sesama dan meningkatkan kepedulian di lingkungan sendiri.
Di area kampung atau perumahan diberi portal hingga akses keluar masuk dibatasi. Satpam juga mengawasi agar area tidak dimasuki orang asing dengan sembarangan. Di dekat gerbang juga ada bilik semprot disinfektan agar lebih higienis. Pak RT dan RW juga kompak memastikan warganya aman dan jika ada yang kena Corona bisa langsung diantar ke RS.
Dengan kolaborasi dari berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah, kepala sekolah, relawan, hingga pejabat setingkat RW, maka keganasan Corona bisa diatasi. Karena mereka kompak dalam menjalankan protokol kesehatan dan membina warga agar tetap disiplin dalam menjaga higienitas. Semoga dengan cara ini, Indonesia bisa segera bebas Corona.
Penulis adalah warganet tinggal di Jakarta Timur