Bohong itu laksana candu, bisa merusak jiwa hingga tidak bisa menilai keburukan sebagai tindakan terlarang lalu dengan gegabah menafikan kebenaran. Setali tiga uang dengan penebar hoax, semakin sering melakukan kebohongan akan bisa kehilangan kendali seraya berharap apa yang disampaikan bisa diterima sebagai kebenaran. Namun yang perlu disadari, bahwa segunung kebohongan tak akan bisa menghancurkan sekeping kebenaran.
Andai Hawa, ibu kaum manusia tidak terpedaya oleh kebohongan iblis yang merayu agar memakan buah terlarang sebagaimana diwanti-wanti oleh Adam, maka seluruh keturunannya hingga kini masih tetap menghuni surga. Sebuah dimensi kehidupan yang dipenuhi fasilitas VVIP. Hanya akibat hoax yang disodorkan iblis, Adam dan Hawa beserta anak turunnya harus menjalani kehidupan di bumi dengan segala ujian nan tak terperi. Moral dari kisah ini menyatakan bahwa hoax indentik dengan sifat iblis, mahluk kutukan Tuhan yang begitu angkuh berseru akan mempengaruhi manusia dengan hoax hingga masa kehidupan di bumi berakhir.
Tuhan itu Maha Baik karenanya Dia suka dengan segala kebaikan, sementara manusia merupakan bentuk karya kebanggaan Tuhan yang paling sempurna dibanding ciptaan lainnya. Dimana di dalam aspek kemanusiaan terdapat sifat kefitrahan Sang Pencipta yang mencintai kebaikan, kebenaran, jujur, tidak bohong. Begitu fitrah tersebut tercerabut dari pribadi seseorang, pertanda dia bersebrangan dengan kehendak Tuhan. Dan, tanpa disadari pribadi tersebut telah terasuki sifat- sifat iblis, menebar hoax dengan suka cita serta mengira kebohongannya merupakan kebenaran.
Pada sisi psikologi, sebenarnya otak seseorang ketika berbohong melakukan perlawanan yang ditandai beberapa fungsi organ tubuh yang berubah, detak jantung lebih cepat, kucuran keringat menjadi lebih banyak, bahkan gemetaran. Juga terasa adanya respon emosi, timbul rasa takut saat berbohong. Respon emosi itu sebenarnya hendak mencegah seseorang untuk tidak berbohong lebih lanjut. Namun kemudian semua sinyal itu melemah dan lambat laun “menyerah” pada pemiliknya dan membiarkan saja berbohong karena orangnya sendiri merasa apa yang dilakukan sebagai sesuatu yang lumrah.
Agenda pesta demokrasi sudah mendekati kalender 17 April, sebuah perhelatan yang mendebarkan bagi para kandidat parlemen maupun presiden. Sebuah momen politik dimana gairah partisipasi publik tampak membuncah dengan berperan sebagai pendukung untuk memenangkan figur andalannya. Dalam konstlelasi politik menjelang Pemilihan Presiden kedelapan, dinamika politik kontemporer Indonesia terasa memanas. Sepanas semburan berita hoax yang digeber tanpa jedah oleh pihak oposan sambil berharap adanya publik yang lengah kemudian menganggap kebohongannya sebagai kebenaran. Ini amat berbahaya! Why?
Setiap kegaduhan tentu mempengaruhi stabilitas sosial, ekonomi, politik, keamanan dan aspek kehidupan lainnya. Padahal stabilitas nasional merupakan masalah penting dalam membangun keberlanjutan suatu bangsa. Apabila kegaduhan politik menjelang Pilpres oleh pihak penyebar hoax dianggap sebagai strategi “membakar rumah sendiri untuk meraih kemenangan” maka desain keindonesiaan yang telah dibangun dengan keringat, darah dan air mata akan dengan mudah kembali runtuh. Kekhawatiran semacam ini patut diwaspadai dengan penuh kehati-hatian. Karena Indonesia yang gemah ripah sumber daya alam beserta bonus demografi, ternyata berpuluh tahun sebelumnya mengalami salah uru, ibarat ayam mati di lumbung padi.
Petahana Vs Hoax
Pada kontestasi Pilpres 2019 sekarang berlangsung “head to head” antara petahana Joko Widodo (Jokowi) berpasanganan Amin Ma’ruf berhadapan dengan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno yang memposisikan diri sebagai oposisi.
Sebagai petahana, pada masa kepemimpinannya sejak tahun 2015 hingga 4,5 tahun, Joko Widodo menunjukkan rekam jejak tentang hasil kerja yang menggembirakan karena hampir menyentuh seluruh wilayah tanah air. Di antaranya berupa pembangunan infrastruktur, reforma agraria, layanan publik, penguatan sektor kemaritiman serta penyiapan pengembangan unicorn bagi generasi millenial. Kesemuanya disosialisasi secara luas dengan menggunakan berbagai media dan masyarakat telah menyaksikan sekaligus menikmati hasil pembangunan yang dilakukan secara besar-besaran.
Sayang, beragam bukti pembangunan yang otentik tersebut oleh pihak oposisi tidak dijadikan sebagai stimulans yang kemudian menjadi sumber gagasan besar yang lebih visioner. Secara sarkastik justru apa yang dicapai Jokowi dinilai tidak bagus, sistem pemerintahannya dinilai buruk. Pada sisi ini, pihak oposisi menafikan, menampik apapun hasil kerja pemerintah melalui pernyataan yang cenderung bohong, hoax.
Melihat respon oposisi kiranya bisa dimaklumi bila muncul pendapat yang menyatakan, untuk memperoleh pengakuan dari luar negeri jauh lebih mudah daripada dari dalam negeri. Sungguhpun pihak oposisi bersama kaum pengusung isu agama melakukan penentangan secara berjamaah namun tidak demikian dengan mayoritas warga bangsa. Sebagai bukti, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi menempati posisi pertama di dunia sebanyak, yakni 80 persen. Disusul India (73), Jerman (55), Inggris (31), Amerika Serikat (30) maupun Brazil yang hanya 26 persen.
Kenyataan ini menandaskan pepatah, segunung kebohongan tak akan bisa menghancurkan sekeping kebenaran. Apalagi yang dihadapi justru segunung kebenaran. Mata cendekia membaca, bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang tahan banting. Bangsa yang memiliki daya adaptasi tinggi dalam menghadapi dinamika kehidupan, walau sekeras apapun yang menimpa, baja tetaplah baja, tak akan berubah menjadi “kerèwèng”, serpihan gerabah yang tak bermakna. Matahati tak bisa dipungkiri karena ia senapas dengan kebenaran sehingga tak mudah terpedaya oleh tipu daya hoax.
Ancam Stabilitas Bangsa, Presiden Prabowo Perkuat Pengawasan Peredaran Narkoba Oleh: Darmawan Hutagalung Presiden Prabowo Subianto…
Presiden Prabowo Subianto terus melakukan berbagai upaya pemberantasan narkoba. Salah satunya adalah bertemu dengan Presiden…
Indonesia Perkuat Kerja Sama Internasional untuk Meningkatkan Ekspor UMKM Oleh: Arsyinta Mentari Indonesia terus memperkuat…
Presiden Prabowo Berkomitmen Berdayakan UMKM Lewat Program Penghapusan Utang Jakarta, - Presiden Republik Indonesia, Prabowo…
Kunjungan Presiden Republik Indonesia (RI) ke-8, Prabowo Subianto, ke China dan Amerika Serikat (AS) baru-baru…
Kunjungan Kerja Presiden Prabowo Memperkuat Jaringan Ekonomi Global untuk Pemerataan Ekonomi Presiden Republik Indonesia, Prabowo…