Oleh : Zakaria
Di tengah pandemi Covid-19, Mantan Panglima TNI Gatot Nurmatyo kembali ke publik dengan membangun narasi tentang kebangkitan PKI. Masyarakat pun mempertanyakan hal tersebut karena klaim Gatot Nurmantyo dianggap tidak berdasar.
Isu PKI yang dihembuskan jelang akhir September seperti pemberitaan terkait mudik lebaran tiap tahunnya. Permasalahan tentang PKI-pun sebenarnya sudah sangatlah basi, apalagi dengan asal memberikan tuduhan komunis terhadap masyarakat Indonesia.
Baca Juga
Sebelumnya, melalui kanal YouTube Hersubeno Point, Gatot menyatakan bahwa pergantian jabatannya sebagai Panglima TNI berkaitan dengan Instruksinya untuk memutarkan film G30S/PKI.
Dirinya mengatakan, ada salah satu kader PDI yang menyampaikan agar menghentikan instruksi tersebut, karena jika tidak, maka dirinya akan diganti.
Gatot mengatakan ‘terimakasih’ dan tetap ngegas karena hal ini benar-benar berbahaya. Ia juga mengklaim bahwa instruksi yang ia katakan tersebutlah yang membuatnya dicopot dari jabatannya.
Namun, hal tersebut telah dibantah oleh Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Donny Gahral Adian.
Baca juga: 7 Keberkahan Shalat Tahajud yang Jarang Diketahui
Hal tersebut juga menuai tanggapan dari Ilham Aidit yang merupakan putra keempat mendiang Ketua CC PKI DN Aidit yang ikut berbicara ihwal kembali mencuatnya isu kebangkitan PKI.
Ilham Aidit mengaku tak heran atas munculnya isu kebangkitan PKI. Menurutnya, isu kebangkitan PKI tersebut memang selalu dikoar-koarkan oleh pihak tertentu setiap tahunnya, khususnya ketika memasuki bulan September.
Dirinya mengatakan, saat ini sudah lebih dari 50 tahun isu tersebut dibangkit-bangkitkan kembali. Seakan tahun-tahun ini tidak pernah berakhir, mungkin agar reda karena ada isu lain, tapi kemudian isu tersebut muncul kembali.
Ilham menilai bahwa semua yang terjadi tersebut bukanlah tanpa sebab. Dirinya menilai bahwa hal tersebut adalah dampak dari begitu luar biasanya propaganda rezim orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun.
Salah satu propaganda tersebut, yakni melalui film dokudrama propaganda yang berjudul “Pengkhianatan G30S/PKI” besutan Arifin C Noer, yang ketika itu menjadi tontonan wajib bagi siswa-siswi di bangku sekolah.
Dimana ketika itu, film Pengkhianatan G30S/PKI pada era 80-an hingga 90-an menjadi modal bagi Presiden Soeharto dalam memberikan penjelasan tentang tragedi yang terjadi pada tahun 1965 versi dirinya sendiri.
Perlu diketahui juga, bahwa film tersebut mendapatkan suntikan dana dari pemerintah orde baru dengan anggaran senilai Rp 800 juta.
Di sisi lain, Ilham Aidit menilai bahwa apa yang diungkapkan Gatot terkait kebangkitan PKI tersebut sarat akan muatan politis.
Ilham menuturkan, apa yang dilakukan oleh Gator yang memiliki ambisi untuk maju menjadi calon presiden, tidaklah lebih dari sebagai penjajakan diri untuk menggalang basis masa pendukung pada Pilpres 2024.
Ia menyebut, bahwa apa yang dilakukan oleh Gatot dengan berkoar-koar terkait isu PKI ialah menduplikasi cara rezim orde baru dalam memuncaki kejayaannya.
Kini masyarakat sudah lebih pintar, karena kekisruhan yang selama ini muncul rupanya bukan karena adanya neo-PKI, tetapi lebih terhadap sikap intoleran, radikalisme dan lain sebagainya.
Pada kesempatan berbeda, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid mengatakan, bahwa mengungkit isu PKI di masa kini, sejatinya sudahlah tidak relevan.
Dirinya mengatakan, seandainya Gatot Nurmantyo berniat ingin maju sebagai presiden pada Pilpres 2024 mendatang, sebaiknya maju saja, tanpa perlu membawa isu kebangkitan PKI.
Jazilul mengatakan, Film G30S/PKI berisikan peristiwa politik yang kelam dan menyakitkan. Sehingga, untuk mengetahui atau memahami fenomena ‘berdarah’ tersebut tidaklah melulu harus melalui film, melainkan bisa melalui medium lainnya.
Belakangan, Gatot masih terus mengupayakan diri, untuk memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat Indonesia mengenai bahaya PKI. Itulah sebabnya, dirinya sempat memerintahkan seluruh jajarannya untuk menonton film dokumenter mengenai gerakan tersebut.
Meski Gatot sempat mengirimkan surat kepada Jokowi yang bertujuan untuk mendesak pemerintahan Jokowi untuk memutar kembali film G30S/PKI dengan dalih jika hal ini tidak dilakukan maka PKI bisa bangkit lagi.
Namun, surat tersebut tak ubahnya senjata makan tuan, karena rupanya Gatot pernah diketahui tengah tertidur ketika menonton Film yang diproduksi pada era Orde Baru tersebut.
Bukan berarti film G3OS/PKI ini dilarang, toh masyarakat sudah bisa mengaksesnya di berbagai platform, dan banyak masyarakat yang sudah memahami alur dari film dokudrama tersebut. Namun juga bukan tindakan yang etis jika ketakutan terhadap kebangkitan PKI, hanya diselesaikan dengan nonton film.
Penulis adalah warganet tinggal di Bogo