Ketua Yayasan Al Mukarromah: Harus Ada Keberpihakan Pemda untuk Mendorong Entrepreneur terhadap Anak Betawi

Ketua Yayasan Al Mukarramah Koja, Jakarta Utara, Ramdansyah mengajak anak muda Betawi untuk ‘melek bisnis’. Termasuk untuk bisnis digital.

Hal tersebut diungkapkan Ramdansyah saat dialog pagi di RRI Pro4FM, bertajuk ‘Mengajak Generasi Muda Betawi Melek Bisnis’, Jumat (10/3/2023).

Sebab jelas Ramdansyah, banyak potensi yang bisa diperoleh anak Betawi dari bisnis digital. Misalnya menjadi konten kreator di YouTube, IG atau Tiktok.

Baca Juga

“Menjadi konten kreator di platform digital tersebut itu penghasilannya besar. Dibayar pakai dollar,” ujar Ramdansyah.

“Selain itu, anak muda Betawi juga bisa memanfaatkan lapak-lapak digital untuk bisnis,” imbuhnya.

Bukan tanpa alasan pria asal Koja, Jakarta Utara tersebut mengajak anak Betawi untuk memanfaatkan pasar digital. Menurutnya, saat ini pendidikan masyarakat Betawi, sudah banyak yang S1 bahkan S3.

“Si Doel saja dulu sudah sarjana. Jadi pendidikan masyarakat sudah cukup tinggi. Jadi manfaatkan semaksimal mungkin pasar digital,” beber Ramdansyah.

Ia menambahkan, saat ini banyak anak Betawi yang menjadi enterpreneur. Banyak dari mereka membuka usaha dan sukses.

“Kalau perdagangan kan bersifat umum, cair jadi mereka tidak terlalu menonjolkan etnis Betawinya,” ujarnya.

Namun begitu jelas Ramdansyah perlu ada keberpihakan dari pemerintah, termasuk Pemda kepada etnis Betawi.

Dia pun menyoroti rencana revisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 29 tahun 2007 tentang DKI Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan UU Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pelestarian Budaya Betawi.

Serta belum adanya Perda Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), padahal pembahasan rancangan perda tersebut sudah cukup lama.

“Harus ada komitmen pemerintah daerah terhadap pelestarian budaya Betawi. Kemudian soal Perda TJSL ini juga belum ada sosialisasinya, apakah sudah disahkan atau belum,” jelas Ramdansyah.

Ramdansyah adalah Ketua Umum Yayasan Al Mukarromah, Koja, Jakarta Utara. Nama Koja yang disematkan kepada Masjid ini berasal dari nama Pekojan atau tempat orang Koja. Asal katanya adalah Khawajah yang berarti orang Benggali atau penduduk India.
Nama Koja menjadi nama kecamatan di wilayah Jakarta Utara yang sekarang dipimpin oleh Ade Himawan selaku Camat Koja.

Selain dikenal sebagai intelektual muda, Ramdansyah juga merupakan seorang entrepreneur. Ia berbisnis komputer di Harco Mangga Dua Jakarta.

“Jadi saya mengajak anak Betawi untuk menjadi enterpreneur. Termasuk bisnis digital ataupun menjadi konten kreator,” ujarnya.

Sementara itu, dikutip dari laman Kominfo.go.id, Wamendag Jerry memaparkan, kontribusi ekonomi digital Indonesia masih relatif kecil terhadap perekonomian nasional, namun pertumbuhannya tergolong pesat. Ekonomi digital Indonesia pada 2021 mencapai Rp980 triliun (5,7 persen dari produk domestik bruto).

Pada 2030, PDB Indonesia diproyeksikan mencapai Rp24 ribu triliun pada 2030 sementara ekonomi digital Indonesia diproyeksikan menyumbang 18 persen dari PDB atau sekitar Rp4.531 triliun.

“Pada 2030, outlook ekonomi digital Asia Tenggara akan menunjukan perkembangan yang signifikan. Gross merchandise value(GMV) ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan meningkat lima kali lipat dan akan menjadi dua kali lipat nilai GMV se Asia Tenggara,” jelasnya dalam seminar website Lintas Teknologi “Solutions Day5th Edition” yang digelar di Jakarta Pusat, Selasa (6/12/2022).

Platform digital telah menjadi solusi bagi UMKM di Asia Tenggara untuk bertahan dari pandemi. Layanan keuangan digital muncul sebagai pendukung penting.

“Pedagang yang telah onboardingpun saat ini telah merasakan dampak digitalisasi. Lebih dari 90 persen pedagang daring akan terus menggunakan teknologi digital dari sisi pembayaran, pemasaran, dan hal-hal penunjang perdagangan lainnya,” pungkasnya.

Related Posts

Add New Playlist