Investasi Asing di Indonesia Diperkirakan Tetap Tinggi

Investasi Asing di Indonesia Diperkirakan Tetap Tinggi

Oleh : Deka Prawira

Indonesia diperkirakan masih akan tetap mendapatkan investasi dari luar negeri meskipun resesi tahun depan menjadai ancaman tersendiri. Penanaman Modal Asing (PMA) diperkirakan masih tetap menguat.

Baca Juga

Direktur Bidang Perencanaan dan Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan mengaku optimis bahwa PMA pada tahun depan diperkirakan akan tetap tinggi, khususnya di sektor-sektor andalan investasi di Indonesia.

Dirinya mengatakan, PMA diperkirakan masih akan baik seperti industri logam dasar, transportasi, pergudangan dan telekomunikasi serta utilitas. Dalam tiga tahun belakangan sektor-sektor tersebut memiliki kinerja yang bagus.

Untuk diketahui, realisasi PMA pada kuartal III 2022 mencapai Rp 168,9 triliun atau berkontribusi paling tinggi dari realisasi investasi pada periode tersebut sebesar 54,9% dan tumbuh 63,6% secara tahunan serta tumbuh 3,5% dari kuartal sebelumnya.

Tren PMA dalam tiga tahun terakhir juga terus mengalami peningkatan, di antaranya pada 2019 realisasinya sebesar Rp 513,5 triliun, pada 2020 Rp 544,8 pada 2021 Rp 581,1 dan dari Januari hingga September 2022 nilainya mencapai Rp 410,1 triliun.

Dirinya juga menyebutkan, bahwa strategi yang akan dijalankan untuk menarik investor dari luar di antaranya, mencari investor baru dari sumber dan asal negara yang baru dan juga akan melakukan pengawalan terhadap rencana dan aktivitas realisasi investasi yang mengarah ke perluasan atau ekspansi dari investir yang sudah ada.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, peluang Indonesia mengalami resesi sangatlah kecil, sekitar 3 persen. Menurutnya, perekonomian di Indonesia relatif kuat karena ditopang oleh indikatr makro dan ekonomi domestik yang positif.

Data dari The Leading Indicator CEIC di sektor keuangan moneter, pasar tenaga kerja dan industri, tren perekonomian Indonesia menguat. Bahkan, Indonesia berada di bawah indikator 100, yang artinya jauh dari sinyal resesi.
Dengan berbagai indikator perekonomian yang positif di tengah ancaman krisis global maupun stagflasi, Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 di kisaran 5,3 sampai 5,9 persen. Sejumlah ekonom juga sepakat jika probabilitas Indonesia masuk ke jurang resesi sangatlah kecil.
Resesi sendiri merupakan refleksi dari ekonomi yang mengkerut. Saat “kue” ekonomi mengalami penyusutan, artinya lapangan kerja berkurang. Lapangan kerja semakin sedikit dan hal ini tentu akan meningkatkan angka kemiskinan. Iklim Investasi di Indonesia juga kian menggeliat. Pandemi Covid-19 juga membuat masyarakat mulai terbiasa untuk berinvestasi.
Direktur Utama BRI Research Institute Anton Hendranata mengatakan, kemungkinan Indonesia mengalami resesi tahun 2023 hanya 2 persen. Indonesia kemungkinana resesi tahun 2023 hanya 2% dengan metode Markov Switching Dynamic Model. Hal tersebut dikarenakan perekonomian Indonesia yang ditopang sangat kuat oleh permintaan domestik. Selain itu, pasar finansial dan valas Indonesia cederung robust dari gejolak eksternal jika dibandingkan denga masa lalu.
Terkait ketersediaan beras, pakar pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menyebutkan bahwa tidak ada persoalan terkait stok komoditas pangan domestik.
Pada kesempatan berbeda, Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan (Menkeu) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang ekonominya cepat pulih, sehingga peluang terjerumus resesi sangat kecil. Menurutnya daya tahan ekonomi Indonesia bahkan lebih baik dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat yang secara teknikal sudah masuk resesi. Begitu pula China yang ekonominya melambat di kuartal II 2022.
Sri Mulyani menuturkan bahwa perekonomian Indonesia tetap kuat di tengah berbagai tekanan global yang disebabkan oleh sinergi kebijakan fiskal dan moneter hingga riil.
Di tengah ketidakpastian global yang terus meningkat, Bank Indonesia masih optimis pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang tahun akan terus membaik. Bank sentral memperkirakan ekonomi Indonesia tetap tumbuh kuat antara 4,5 persen – 5,3 persen sepanjang tahun ini.
Padahal tekanan inflasi di berbagai negara maju masih akan terus meningkat. Seperti inflasi di Amerika Serikat yang diperkirakan mencapai 8,2 persen sepanjang tahun. AS diperkirakan pertumbuhannya hanya 2,5 persen dei tahun 2022. Begitu juga dengan Eropa yang tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 0,7 persen. Sebab tingkat inflasinya diperkirakan akan tembus 9,2 persen.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menuturkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun masih akan gagah karena beberapa hal. Dari sisi eksternal saja, kinerja ekspor Indonesia diperkirakan masih akan kuat karena tingginya permintaan komoditas unggulan Tanah Air.
Tidak hanya itu, kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tahun depan diperkirakan akan tetap kuat. Meskipun ada ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi global di tahun 2023.
Hal ini dipicu solidnya permintaan domestik yang sejalan dengan terus meningkatnya mobilitas. Termasuk dengan berlanjutnya penyelesaian program strategis nasional (PSN). Kuatnya ekonomi serta meningkatnya mobilitas, tentu akan menjadikan para investor memiliki minat yang besar untuk bisa menanamkan modal di Indonesia.

)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini

Related Posts

Add New Playlist