IKN Menghadirkan Konsep Pembangunan Indonesiasentris
Oleh : Stefanus Putra Imanuel
Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara akan membawa Indonesia lebih maju karena akan membawa banyak pengaruh positif, tak hanya bagi masyarakat Kalimantan tetapi rakyat Indonesia secara keseluruhan. Konsep pembangunan IKN sangat brilian karena sangat Indoensiasentris.
Baca Juga
Diharap dengan pemindahan ibu kota ke tengah Indonesia maka seluruh wilayah di negeri ini akan makin maju, karena ada pemerataan ekonomi.
Rencana pemindahan Ibu Kota Negara dari DKI Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur makin serius. Masyarakat sangat antusias karena memang DKI Jakarta sudah terlalu sesak sebagai Ibu Kota Indonesia.
IKN akan menjadi kota super modern tetapi tetap hijau dan ramah lingkungan, karena rencananya akan diresmikan sebagai green city.
Pembangunan IKN berkonsep Indonesiasentris. Presiden Jokowi menyatakan bahwa IKN Nusantara merupakan wujud peradaban Indonesia dengan menghadirkan konsep pembangunan Indonesiasentris.
Melalui pembangunan IKN maka pembangunan dan angka perekonomian daerah yang tinggi tidak hanya ada di Pulau Jawa. Indonesia perlu keadilan ekonomi karena memiliki 17.000 pulau, bukan hanya 1 yang dibangun (Jawa).
Dalam artian, dengan berdirinya IKN maka pembangunan akan merata. Berawal dari kawasan Penajam Paser Utara yang dibangun jadi IKN Nusantara kemudian merata jadi seluruh Kalimantan. Pembangunan juga dilakukan di Sulawesi, Nusa Tenggara, dan seluruh kawasan lain di Indonesia secara merata.
Pemerataan memang harus dilakukan agar negeri ini tetap maju. Bayangkan jika yang dibangun hanya di Jawa saja, maka yang maju adalah orang-orang yang hidup di sana. Padahal masyarakat di Kalimantan, Papua, dan daerah lain juga punya potensi besar. Oleh karena itu mereka bisa maju ketika ada pemerataan pembangunan.
Contohnya adalah di bidang pendidikan. Jangan sampai sekolah dan universitas yang bagus hanya ada di Jawa. Akan tetapi di Sumatera, Kalimantan, sampai Papua, wajib dibangun sekolah dan kampus yang representatif. Lengkap dengan pengajar yang berkualitas dan perpustakaan yang lengkap. Dengan begitu maka tidak ada perbedaan antara lulusan di Papua dengan di Jawa karena sama-sama cerdas.
Memang sejak zaman penjajahan Belanda, Jawa seolah-olah menjadi pusat nusantara, apalagi ibukota ada di Batavia (nama Jakarta pada zaman dulu). Akan tetapi kita jangan meneruskan pembangunan hanya di Jawa saja, karena jika hanya pusat yang diperhatikan, sebuah negara tidak akan maju. Warisan dari zaman feodal jangan ditelan mentah-mentah.
Jika ada pemindahan ibu kota negara maka diharap perputaran ini juga terjadi di pulau lain sehingga sama-sama maju perekonomiannya. Saat ibu kota negara dipindah ke Kalimantan maka akan berdampak positif bagi masyarakat Kalimantan, karena bisa ada banyak peningkatan, terutama di bidang ekonomi.
Jika ibu kota ada di Kalimantan Timur maka otomatis dibangun istana negara, gedung pemerintahan, sekolah, pasar besar, dll. Semua akan berdampak positif pada perekonomian rakyat karena di daerah Penajam Paser Utara jadi makin ramai.
Kemajuan tak hanya terjadi di Kalimantan tetapi juga pulau-pulau lain, karena lebih dekat aksesnya (jika ditempuh melalui laut maupun udara). Dengan begitu maka roda perekonomian akan berjalan dengan lancar karena lebih dekat dengan ibu kota negara, dan menghemat biaya kirim.
Presiden Jokowi menambahkan, IKN dibangun sebagai kota pintar dengan 70% kawasan hijau. Lahannya merupakan hutan produksi monokultur. IKN akan menjadi smart city, forest city, dan paperless.
Dalam artian, pembangunan IKN tidak akan merusak hutan karena Kalimantan adalah salah satu paru-paru dunia. IKN dibangun di masa pemerintahan Presiden Jokowi dan tetap mempertahankan status itu, sehingga pembangunannya tidak akan menebang hutan dan merusak lingkungan di Kalimantan.
Konsep IKN sangat unik karena memadukan antara modern city, forest city, sekaligus sponge city. Pengertian dari forest city adalah kota yang berada di dalam hutan. IKN Nusantara sangat menarik karena posisinya berada di tengah hutan yang asri. Ini adalah hal yang sangat menarik bagi para investor sehingga mereka mau menanamkan modalnya, padahal kotanya sendiri belum terbangun 100%.
Jadi, tidak akan ada pemotongan pohon-pohon di Penajam Paser Utara, demi membangun sebuah gedung pemerintahan. Justru gedung tersebut ‘dimasukkan’ di tengah hutan dan diatur agar tidak ada pepohonan yang ditebang dengan semena-mena. Para pegawai pemerintah dan masyarakat IKN bisa menikmati kesejukan kota yang menyenangkan.
Sementara itu, Prahesti Pandanwangi, Direktur Aparatur Negara Kementerian Bappenas, menyatakan bahwa sponge city bisa menampung air hujan dan memanfaatkannya sebagai sumber daya air. Kota ini bisa menahan air hujan agar tidak langsung ke saluran drainase, dan dapat meningkatkan peresapan ke dalam tanah.
Dalam artian, IKN akan jadi sponge city karena keberadaan pepohonan di dalamnya. Selain menjadi filter udara dan paru-paru dunia, pohon dalam hutan juga berfungsi menyerap air ujan seperti spons. Sehingga ketika musim hujan akan aman dan tidak kebanjiran, karena airnya diserap dengan baik oleh akar pohon.
IKN menghadirkan konsep pembangunan Indonesiasentris dan mewujudkan pemerataan pembangunan serta ekonomi. Jika ibu kota ada di tengah-tengah negara maka pembangunan akan terjadi tak hanya di Kalimantan tetapi juga pulau lain di negeri ini. IKN akan mewujudkan kemajuan Indonesia karena pembangunan dilakukan secara masif dan merata.
)* Penulis adalah kontributor Citaprasada Institute