Oleh: Ayustin Prasetyaningsih
Abraham Lincoln menyebutkan bahwa demokrasi berarti dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Menyiratkan makna yang amat sangat membumi dan merakyat. Sesuatu yang amat sangat diidamkan masyarakat Indonesia dari sebuah pemerintahan kala itu yang menimbulkan kesenjangan yang sangat kentara. Rakyat biasa tak ada harganya, begitulah kira-kira. Bak sebuah hadiah dari demokrasi, rakyat biasa sekalipun kini dapat menentukan oleh siapa ia ingin dipimpin. Hak pilih yang tidak dapat ditemukan di setiap negara. Oleh karenanya Rakyat Indonesia biasa mengenal momen tersebut sebagai “Pesta Demokrasi”.
Sebagai negara berkembang dengan populasi terbesar keempat di dunia, Rakyat Indonesia masih rentan terhadap hal-hal yang bersifat adu domba hingga kurangnya selektivitas informasi. Hal-hal ini yang kemudian dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan pihak tertentu. Informasi yang tidak valid tersebut biasa dikenal dengan istilah hoax. KBBI mencatat hoaks sebagai kebohongan atau sesuatu yang tidak benar. Penyebaran hoax biasanya dilakukan dari mulut ke mulut tanpa diketahui dengan jelas sumber informasinya. Akan tetapi, penyebaran hoax semakin sulit dikendalikan di era digital ini.
Indonesia tercatat sebagai negara dengan pengguna media digital yang cukup besar. Dilansir dari liputan6.com diketahui bahwa Indonesia masuk ke dalam daftar 5 besar pengguna media sosial di dunia. Penggunanya sangat bervariasi, mulai dari anak-anak hingga orang tua, mulai dari anak jalanan hingga orang kantoran. Kebebasan dan kemudahan dalam pengaksesan media sosial menjadi daya tarik yang tak terelakkan, ditambah lagi dengan perkembangan dunia digital yang sangat pesat. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sebagian besar informasi yang diterima oleh Rakyat Indonesia berasal dari media digital.
Sayangnya, kesempatan tersebut tidak selalu diakuisisi secara positif. Terlebih menjelang pesta demokrasi, dimana pihak-pihak tertentu memiliki kepentingan dan tujuan golongan. Penyebaran hoax seolah menjadi cara termudah untuk mencapai tujuan. Kemudian diperparah dengan kondisi masyarakat yang sebagian besar belum dapat menyaring informasi serta mudah tersulut emosi. Perang hoax menorehkan warna sendiri dalam pesta demokrasi kali ini. Cukup banyak bahkan, ketimbang ide dan solusi untuk Indonesia yang masih banyak celah untuk dibenahi ini. Entah karena dianggap persaingan pesta demokrasi kali ini cukup sengit atau sebagainya. Yang jelas seingat saya, pendidikan kewarganegaraan sekolah dasar sekalipun mengajarkan untuk bertoleransi, saling menghargai, dan bertindak sportif. Semoga saya tidak salah mengingat dan memaknai dasar kewarganegaraan tersebut.
Kawan, mari berdiskusi. Apa benar penyebaran hoax tersebut dapat mengantarkan pihak-pihak tertentu pada tujuannya? Entahlah, bagi saya penyebaran hoax lebih terbaca sebagai upaya untuk saling menjatuhkan. Mungkin memang begitu tujuannya? Bagaimana menurutmu? Semoga tidak demikian. Sebagai bentuk perlindungan hukum, pemerintah menggunakan UU No. 11 Tahun 2008 dan UU No. 40 Tahun 2008 untuk menjerat pelaku hoax, meskipun aturan hukum tersebut juga dinilai kurang spesifik dan dapat menimbulkan multitafsir.
Tak ada yang salah dengan memiliki ambisi. Bagaimana mewujudkannya yang terkadang menimbulkan berbagai kritik, terlebih jika ambisi tersebut melibatkan banyak pihak. Termasuk membumbui ambisi tersebut dengan hoax. Indonesia mungkin belum dapat sepenuhnya mengelola masyarakatnya agar cerdas sebagai pengguna digital. Mengingat besarnya populasi dan pesatnya perkembangan industri digital. Namun amat disayangkan dan cukup miris ketika perang hoax ini terjadi saat pesta demokrasi untuk kursi orang nomor satu. Seorang yang nantinya dijadikan panutan. Penyebaran hoax ini mungkin dapat dikatakan sebagai cara yang sangat tidak berkelas. Bagaimana tidak? memanfaatkan ketidaktahuan, menjatuhkan yang satu untuk meroketkan yang lain, yang secara tidak langsung akan menebar kebencian. Jangankan untuk berkembang menciptakan teknologi terbaru atau terobosan hebat lainnya, masyarakatnya justru entah sadar atau tidak telah dididik untuk sibuk membenci yang lain. Seolah bijaksana disembunyikan dan dikesampingkan. Seolah hanya ada hitam dan putih. Seolah hanya ada benar dan salah. Lucunya demokrasi itu sendiri menyiratkan pada subjek bernama manusia, yang bahkan penciptanya saja jelas-jelas menyampaikan ketidaksempurnaannya. Maka masih tepatkah paradigma hitam putih terus ditanam? Ya, menurutku hoax disadari atau tidak menggiring kita pada opini hitam putih dalam pemilu ini. Bagaimana menurutmu?
Kabar baiknya adalah tidak semua masyarakat Indonesia mudah termakan hoax. Kamu kah satu diantaranya? Kuharap demikian. Persentase pengguna media digital adalah millenialis. Singkatnya adalah istilah bagi pemuda di era digital. Pemuda yang sangat erat kaitannya dengan sebuah perubahan. Campaign-campaign positif untuk memerangi hoax terus bermunculan. Kesadaran masyarakat kian ditingkatkan dengan berbagai himbauan. Jika tak terdaftar dalam lembaga anti hoax atau semacamnya, setidaknya ayo mulai dari diri sendiri. Kemudahan akses informasi yang ditawarkan oleh internet, pergunakanlah untuk belajar mempercayai informasi dari sumber terpercaya. Bentengi diri sendiri dengan pikiran terbuka agar tidak mudah tersulut emosi. Nobody’s perfect. Sempurna menurut anda belum tentu menurut negara. Jadi, memiliki preferensi boleh saja, asal jangan menghitamkan yang lain. Kebencian tak akan menyelamatkan siapapun, termasuk tak akan bisa memberikan kedamaian di negeri ini. Penyebaran informasi yang tidak benar berarti berbohong. Tak merasa rugikah kamu jika melakukan kebohongan dan menebarkan kebencian? Karena kamu adalah contoh bagi sekitarmu!
Hoax tidak akan mengantarkan kemenangan, justru menyiratkan kemunduran moral.
Hoax jelas tidak berkelas!
Adu strategi dan kepiawaian dari masing-masing tim sukses dan partai politik untuk mengaget dukungan pemilih…
JAKARTA - Pengamat Pemilu dari Rumah Demokrasi, Ramdansyah meminta publik untuk melihat dari berbagai perspektif…
Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat dalam melawan penyebaran narkoba yang merusak generasi bangsa.…
Jakarta - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan komitmen kuatnya dalam memberantas peredaran narkoba di…
Di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, UMKM menjadi salah satu pilar utama dalam upaya percepatan…
JAKARTA - Pengamat Pemilu dari Rumah Demokrasi, Ramdansyah meminta publik untuk melihat dari berbagai perspektif…