April 2019 tidak ada Pilpres. Jangan percaya, karena Ini hoax buatan saya. Hehe… Siapa yang tidak setuju, hoax atau berita bohong mewabah di jagat maya. Membaca judul di atas saja, bisa jadi ada yang percaya. Banyak sekali warga internet termakan judul provokatif. Saya pernah masuk perangkap juga. Ini memang salah satu umpan untuk ‘mengundang’. Lebih bagus lupa baca isi. Semoga yang ini tidak. Judul dan isi yang dikemas sedemikian rupa ditambah sedikit bumbu asam-manis-pedas yang meyakinkan para pembaca, bisa jadi mantra. Diminta katakan “Aamiin” saja kita mau. Mungkin takut kena laknat.
Belakangan, saya sering berdoa khusus. Ingin sekali segera bertemu dengan April. April bukanlah seorang wanita; bulan Pilpres tentu saja. Setelah April, semoga tenang kembali. Atau, langsung 2020 saja deh. Bagaimana tidak? Kiriman yang saya baca di dinding Facebook, siaran WhatsApp, dan setumpuk komentar merupa suara kebencian. Kebencian yang salah satunya tercipta dari hoax entah buatan siapa. Kebencian yang kerap tak masuk akal: sarat sumpah serapah. “Hey, jangan pilih 01! Bulu keteknya lurus”. Atau, “Ayo, pilih 02! Dijamin umur sampai 100 tahun”. Bahayanya, mending kalau betul. Lha ini kan, tebul (dibaca: salah). Hoax memang harus diberantas.
Hoax berbahaya, karena seringkali tidak bersumber pada data dan fakta. Jika dikaitkan dengan Pilpres, hoax agaknya sengaja disebarkan. Para capres sih adem-ayem. Suksesor dan pemuja capresnya justru yang lucu. Sibuk sebar-sebar. Ribut. Contoh kecil, coba baca siaran grup WhatsApp beserta komentarnya. Saya yakin semua pernah. Ikut ribut juga? Subjektifitas terasa kental. Bobot melebih-lebihkan jagoan sangat kentara. Kalimat-kalimat penjatuhan hanya untuk lawan. Harapannya tentu saja pilihan suara.
Lainnya, hoax diyakini mampu mengubah cara berpikir dan keyakinan seseorang. Sampai-sampai ada yang bilang, hoax mengotori akal sehat. Bahaya kalau sudah terlanjur basah, eh benci. Jelek ya jelek saja. Menutup mata untuk kebaikannya. Tak sedikit yang benci betulan gegara hoax ini. Antipati abadi pada Capres 01 atau 02. Pendukung juga ikut dibawa-bawa. Padahal mereka teman, tetangga, atau bahkan saudara sendiri. Yang lebih gawat: kebencian itu meresap hingga ke tulang. Pilpresnya sudah berakhir, dosanya tetap dibawa mati. Kasihan. Yuk, taubat.
Sebagai manusia yang dibekali kemampuan untuk berpikir kritis, marilah bersama-sama menjadi warga internet yang cerdas dan objektif dalam mencerna berita. Kominfo berpesan untuk tidak mudah mengiyakan apa kata judul dan isi sebuah berita, mencermati darimana sumber berita itu berasal, jangan segan-segan periksa fakta, dan cek keaslian gambar. Bila perlu, laporkan kepada yang berwajib untuk menghentikan korban-korban hoax berikutnya. Tambahan, hindari memposisikan diri sebagai ‘kompor’. Semua ini semata-mata untuk mendapatkan informasi yang sesuai, akurat, dan bermanfaat.
Katakanlah hoax itu tidak diciptakan. Tetap, berpikir negatif adalah suatu kerugian. Rugi karena menjadi individu yang selalu penuh apriori, prasangka, kecurigaan yang seringkali tanpa nalar. Bukankah ini pula yang melahirkan bibit-bibit hoax? Oleh karena itu, tidak ada salahnya menjadi warga negara yang selalu bertindak positif dan berwawasan. Menggunakan sugesti yang membangun dan optimis. Berkelana. Membuka cakrawala ilmu seluas-luasnya untuk tidak melihat dari satu sisi. Hiduplah demi pribadi yang lebih baik dan berkualitas, sehingga pembangunan nasional yang berkelanjutan dapat tercapai. 01 atau 02 adalah yang terbaik ditakdirkan Tuhan. Terpenting, Pilpres yang damai, berkualitas, dan bermartabat.
Adu strategi dan kepiawaian dari masing-masing tim sukses dan partai politik untuk mengaget dukungan pemilih…
JAKARTA - Pengamat Pemilu dari Rumah Demokrasi, Ramdansyah meminta publik untuk melihat dari berbagai perspektif…
Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat dalam melawan penyebaran narkoba yang merusak generasi bangsa.…
Jakarta - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menegaskan komitmen kuatnya dalam memberantas peredaran narkoba di…
Di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, UMKM menjadi salah satu pilar utama dalam upaya percepatan…
JAKARTA - Pengamat Pemilu dari Rumah Demokrasi, Ramdansyah meminta publik untuk melihat dari berbagai perspektif…