Mengapresiasi Pelaksanaan Peparnas XVI Papua
Oleh : Jazzy RAvina
Presiden Joko Widodo resmi menutup gelaran Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) Pada 13 November 2021. Masyarakat pun mengapresiasi pelaksanaan acara tersebut yang telah berjalan aman dan sukses.
Baca Juga
Peparnas merupakan salah satu acara olah raga bergengsi meskipun acara ini diselenggarakan setelah PON digelar. Beda dengan pekan olahraga nasional, Peparnas adalah ajang pelombaan olahraga khusus bagi kaum difabel. Melalui Peparnas mereka membuktikan bahwa kondisi fisik tidak mempengaruhi untuk meraih prestasi.
Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin mengapresiasi Peparnas Papua yang sukses besar. Menurutnya, tidak mudah untuk menyelenggarakan acara ini di tengah pandemi. Meski banyak tantangan, tetapi dengan kerja keras dan dukungan dari seluruh masyarakat Papua karena telah berhasil menyiapkan venue pertandingan dan sarana pendukung sesuai standar pertandingan Peparnas.
Wapres juga mengapresiasi semua pihak yang telah bekerja keras demi suksesnya gelaran Peparnas. Mulai dari Menteri Pemuda dan Olahraga, Gubernur Papua dan Papua Barat serta sejumlah pejabat terkait, panitia psuat, dan panitia pelaksana. Dalam artian, semua pihak berkolaborasi demi lancarnya lomba-lomba yang digelar sampai hari terakhir, serta penutupan Peparnas.
Maenyelenggarakan Peparnas Papua juga tidak semudah membalik telapak tangan, oleh karena itu masyarakat juga turut mengapresiasi panitia. Mereka berjibaku di lapangan dan seputar Wisma atlet dan berusaha keras agar seluruh pertandingan terlaksana dengan baik, padahal saat ini masih pandemi. Sehingga harus bertugas dengan full masker dan protokol kesehatan yang ketat.
Selain itu, menyiapkan pertandingan bagi atlet difabel agak sedikit berbeda dengan atlet lain. Alat-alat olahraga sudah dimodifikasi sehingga melancarkan perlombaan. Sehingga persiapannya harus jeli dan tidak boleh ceroboh, agar para atlet melaksanakan pertandingan dengan lancar.
Peparnas juga dilaksanakan di tengah ancaman dari luar alias kelompok separatis dan teroris (KST). Sejak sebelum penyelenggaraan PON dan Peparnas Papua sudah ada teror secara mental. Akan tetapi panitia terus berdoa dan mempercayakan keamanan pada anggota TNI dan Polri, sehingga sampai hari terakhir pertandingan tidak ada lemparan tombak dan gangguan dari KST.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali juga mengapresiasi penyelenggaraan Peparnas Papua, dan semangat para atlet sangat terlihat. Apalagi ada pemecahan rekor di sana. Ketika ada pemecahan rekor di tengah pandemi, itu adalah hal yang luar biasa.
Memang ada pemecahan rekor nasional atlet paralimpik di cabang olahraga renang gaya dada 50 meter, yakni atlet asal provinsi Jawa Tengah Siti Alfiah. Ia menyelesaikannya hanya dalam waktu 52,44 detik, dan memecahkan rekor sebelumnya yakni 59,15 detik atas nama Riyanti pada Peparnas Bandung.
Kesuksesan Peparnas juga menginspirasi bagi banyak orang. Mereka melihat kerja keras para panitia untuk menyelenggarakan lomba ini, padahal mereka nyaris tidak bisa istirahat setelah jadi panitia PON. Namun kinerja ini langsung terbayar karena sejak pembukaan, perlombaan, hingga penutupan Peparnas Papua, semua berjalan dengan lancar.
Masyarakat juga terinspirasi atas ketangguhan para atlet Peparnas. Padahal kondisi mereka difabel, tetapi tetap semangat untuk meraih medali dan mengharumkan nama provinsinya. Kondisi tubuh bisa jadi kruang sempurna, tetapi bukan jadi halangan besar untuk tetap berprestasi.
Kesuksesan Peparnas Papua patut kita apresiasi karena terselenggara tanpa kendala. Seluruh pertandingan berjalan dengan lancar, tanpa ada kasus sama sekali. Selain itu, keamanan di Peparnas juga sangat terjaga dan tidak ada gangguan dari KST. Panitia Peparnas lega karena akhirnya acara ini berlangsung dengan sukses.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute