KKB dan Separatis Sumber Konflik Bagi Masyarakat Papua

Oleh : Abner Wanggai

Kelompok separatis di Papua wajib dibasmi karena menjadi sumber konflik bagi masyarakat. Keberadaan mereka sangat meresahkan, karena sering membuat kekejaman yang di luar batas kemanusiaan, bahkan tak jarang membunuh warga sipil. Pemberantasan KKB menjadi agenda wajib, agar rakyat Papua bisa hidup damai.

Permasalahan pelik di Papua terjadi karena teror dari KKB, yang merupakan organisasi bersenjata di bawah OPM. Mereka berdua sama-sama ingin mewujudkan Papua merdeka, dengan cara kekerasan. Walau dengan membeli senjata api ilegal yang mahal harganya, tetapi masih dilakukan, karena mereka menganggap Papua adalah wilayah yang terjajah.

Baca Juga

Tentu mereka salah besar karena jika Papua (dulu Irian Jaya) menjadi provinsi di Indonesia, bukanlah wilayah yang ditindas. Karena buktinya warga asli Bumi Cendrawasih sangat cinta NKRI dan mereka tidak mau jika diajak memberontak dan membentuk Republik Federal Papua Barat, serta mengibarkan bendera bintang kejora.

Torius Tabuni, pengamat Papua, menyatakan bahwa konflik di Papua sudah berkepanjangan, dan memburuknya karena ada provokasi dari kelompok separatis.

Ditambah lagi, kelompok separatis merambah ke 2 hal, yakni politik dan kontak senjata. Mereka menggunakan keduanya untuk membuat suasana makin rusuh.
Torius menambahkan, sebenarnya saat masa damai, kehidupan di Distrik-Distrik di Papua sama saja dengan di desa lain (di Jawa atau wilayah lain).

Akan tetapi, kelompok separatis membuat image bahwa Papua tidak aman, karena sering ada konflik, dll. Sehingga orang luar akan takut masuk ke Bumi Cendrawasih, padahal wilayah ini menyimpan kekayaan alam yang eksotis.

Kelompok separatis makin mengganas ketika dicap sebagai teroris. Selain membuat hoaks tentang Papua dan provokasi di media sosial, mereka juga beraksi di dunia nyata. Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun, ada lebih dari 118 kasus yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata. Angka ini sangat miris karena lebih dari 10 kali kasus dalam setahun.

Dalam artian, hampir tiap bulan ada saja kekerasan yang dibuat oleh KKB. Misalnya ketika mereka menembaki pekerja Istaka Karya, atau meneror wilayah di sekitar pertambangan di Tembagapura.

Pasalnya, KKB merasa bahwa tanah yang dijadikan kompleks pertambangan adalah milik mereka, padahal sudah ada perjanjian resmi antara perusahaan tambang dengan pemerintah Indonesia. Sehingga KKB tidak bisa mengklaim begitu saja.

Kasus lain yang terjadi akibat kekejaman KKB adalah penembakan mobil milik aparat. Padahal mereka ingin memberi sembako kepada masyarakat, tetapi malah mendapatkan teror dari kelompok separatis tersebut. Mungkin saja KKB mengira mereka sedang mengadakan patroli keliling.

Tak berhenti begitu saja, teror lain juga terjadi di Bumi Cendrawasih, ketika KKB merusak tower milik perusahaan telekomunikasi. Ketika itu terjadi, maka otomatis sinyal HP hilang sama sekali, karena tidak ada menara pemancarnya. Padahal sinyal internet sangat dibutuhkan oleh murid-murid yang sedang melakukan pembelajaran jarak jauh.

KKB juga tega membakar gedung sekolah dan mereka makin merusak masa depan anak-anak Papua, dengan membunuh 2 orang guru. Betapa kejamnya KKB karena memutus harapan bocah-bocah di Bumi Cendrawasih untuk menuntut ilmu. Apakah mereka tidak tahu bahwa kebohohan hanya akan membawa ke kesesatan dan kesengsaraan? Justru saat KKB anti sekolah, mereka akan mudah dikibuli oleh orang lain.

Oleh karena itu, pemberantasan KKB dilakukan dengan lebih gencar. Satgas Nemangkawi yang terdiri dari pasukan TNI dan Polri melacak KKB hingga ke markasnya.

Mereka bertempur dengan gagah berani dan ingin mewujudkan perdamaian di Papua. Tak hanya itu, dalam waktu dekat Densus 88 akan diterjunkan juga untuk membantu, karena KKB sudah diklaim sebagai organisasi teroris.

Semoga dengan penambahan pasukan ini akan memberantas KKB dengan lebih cepat. Perlakuan tegas terukur pada KKB diperbolehkan, karena mereka sudah mengganggu kedaulatan negara. Juga jadi sumber konflik masyarakat di Papua.

Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta

Related Posts

Add New Playlist