Cendikiawan Muslim . Bahkan seolah-olah Indonesia itu jauh lebih buruk dari negara lain.
Jika dibombardir dengan isu radikalisme maka sebagai bangsa akan merasa minder dengan negara lain, walau memang benar ada gejala radikalisme tapi jangan dilebih-lebihkan.
Dia justru lebih melihat edukasi dan memberikan pemahaman kepada generai muda tentang pemahaman , dan toleransi justru lebih tepat dilakukan ketimbang menghembuskan isue radikal.
Baca Juga
“Nah program Ayo mengajar Indonesia saya nilai baik harus membuat anak anak peserta didik kita tidak kecut, harus mengajarkan pemahaman keagamaan yang moderasi, dan toleransi, serta pemerintah harus inisiatif, agar guru guru diberikan pelatihan tentang pancasila dan nasionalisme, agar dalam pengajarannya bisa memberikan nilai-nilai toleransi, dan saya mengapresiasi gerakan Ayo Mengajar Indonesia ini, agar bisa menekankan perbaikan karakter,” ujarnya saat menjadi nara sumber Ayo Mengajar Indonesia dengan tema “Tolerance, Yes! Radicalism, No! Cegah Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme di Dunia Pendidikan,“ ujarnya Sabtu (24/04/2021).
Direktur Ayo Mengajar Indonesia Adi Raharjo, S.Pd, mengatakan bahwa dalam kegiatan ini memiliki tujuan untuk menyampaikan nilai-nilai toleransi, karena di sekolah mengajarkan untuk membuat karakter dalam nilai nilai yang baik, dan dimana kondisi intoleransi di dunia pendidikan, semoga kita semua dapat pencerahan dan menjadi perhatian bersama.
“Pendidikan harus membuat karakter bangsa bersih dari nilai nilai intoleransi,” tegasnya.
Jejen Musfah Pakar Pendidikan dan Wakil Sekjen PB PGRI menyampaikan bahwa pendidikan untuk karakter itu melalui 3 cara, (modeling, kebiasaan, pengajaran), benar bahwa Indonesia sudah baik toleransinya namun bukan berarti kita mengabaikan pikiran intoleran.
“Pencegahan radikalisme, bahwa banyak dalam riset, bahwa radikalisme itu benih benihnya dari intoleransi, jika model pengajarannya inklusif atau kolaboratif atau pembelajaran aktif, saya rasa akan berkurang rasa intoleransi” tutur Jejen Musfah.
Peserta yang hadir dari berbagai elemen masyarakat, mahasiswa, serta relawan Ayo Mengajar Indonesia, jumlah peserta yang hadir dalam offline ada 30 orang, hadir dalam online ada 300 orang.
Sumber: Okezone.com