Oleh : Adib Hermansyah
Koalisi aksi menyelamatkan Indonesia yang digawangi oleh Rocky Gerung cs beralasan ingin membawa negeri ini menuju arah yang lebih baik. Namun alih-alih memberi solusi untuk keluar dari krisis saat pandemi, KAMI hanya bisa menuntut pemerintah. Bahkan aksi mereka disinyalir akan mengganggu tim satgas saat menangani Corona.
Tanggal 18 agustus 2020 ditetapkan sebagai hari deklarasi KAMI yang dihadiri banyak toko nasional, seperti Din Syamsudin dan Rocky Gerung. Meskipun menolak dikatakan kumpulan ini bermuatan politis, namun publik bisa menilai bahwa mereka sengaja bersatu demi kepentingan masing-masing, menuju pilpres 2024. Mereka sengaja ingin disorot media agar popularitasnya meroket.
Baca Juga
Baca juga: Pemerintah Optimal Menanganai Covid-19 dan Memulihkan Perekonomian Nasional
Pergerakan KAMI sangat disayangkan karena mereka hanya bisa berdeklarasi sambil membacakan 8 tuntutan kepada pemerintah. Dalam salah satu pasal tuntutan, disebutkan bahwa pemerintah harus serius dalam menangani pandemi Corona dan memperhatikan rakyatnya. Hal ini ditertawakan karena kenyataannya, biaya pasien covid-19 digratiskan pemerintah.
Jika KAMI menuntut pemerintah menangani Corona, maka bagaikan buruk muka cermin dibelah. Politikus Ahmad Baidowi menyatakan mereka tidak konsisten dengan tuntutannya, karena acara deklarasi tidak sesuai protokol kesehatan. Ada yang menurunkan masker dan ratusan orang bergerombol. Hal ini tentu bahaya karena bisa menularkan Corona dari OTG.
Bahayanya tindakan ini bisa dicontoh oleh masyarakat yang menonton berita deklarasi tersebut. Karena para anggota KAMI cukup punya pengaruh di mata rakyat. Jadi, masyarakat berpikir bahwa jika anggota KAMI boleh mengadakan acara yang mengumpulkan massa, mengapa mereka tidak boleh? Akan sangat runyam jadinya karena berpotensi membuat klaster Corona baru.
Para anggota KAMI juga selalu menjelekkan pemerintah dan memprotes tindakan presiden yang bekerja sama dengan pemerintah China. Padahal kerja sama ini tak hanya baik untuk ekonomi Indonesia, namun juga untuk pengadaan bantuan alat kesehatan dan APD. Seolah-olah semua barang yang diberi mereka itu terlarang, hanya karena negara itu tidak seideologi dengan kita.
Pemerintah juga selalu dituding jadi antek negara tersebut. Rakyat bisa terprovokasi dan menolak bantuan obat, vaksin Corona dan masker kain dari paket bansos pemerintah, karena identik dengan negara asing. Hasutan ini bisa memperlambat penanganan Corona di Indonesia karena menurunkan kepercayaan rakyat kepada pemerintah.
Rakyat juga bisa menolak jika ada rapid test yang diadakan di ruang publik. Jika terpaksa melakukannya dan hasilnya positif, maka mereka akan menolak dibawa ke Rumah Sakit, karena menganggap tindakan pemerintah selalu zalim. Jenazah pasien Corona juga diambil paksa dari Rumah Sakit karena dianggap tidak diurus sesuai dengan prosedur keagamaan.
Semua kericuhan ini gara-gara provokasi KAMI yang menjelekkan pemerintah. Jadi jangan mau terpengaruh oleh ocehan mereka, karena KAMI hanya digunakan sebagai kendaraan untuk meningkatkan elektabilitas di mata publik. Periksa minimal 2 kali sebelum percaya omongan seseorang, karena saat ini ada banyak hoax yang menyesatkan.
Tujuan utama KAMI adalah menyelamatkan Indonesia, namun hanya bisa berkoar-koar, menyalahkan pemerintah, dan membuat kisruh keadaan. Menurut Sahal Munir, ketua umum Badka HMI Jateng DIY, menyelamatkan Indonesia bisa dengan memberi vaksin, menjaga jarak, dan berkarya. Jika KAMI merusak tahap pemulihan masyarakat, lebih baik tak dilahirkan.
Jika saja KAMI bekerja sama dengan tim satuan tugas untuk menyelamatkan lebih banyak pasien Corona, maka mereka akan mendapat tempat di hati masyarakat. Sayangnya mereka hanya bisa jual omongan dan menyalahkan satu sama lain. Hal ini membuat banyak orang jadi antipati.
Waspadalah terhadap provokasi KAMI yang menghasut masyarakat dan menjelekkan pemerintah. Alih-alih menolong penanganan Corona, mereka malah memberi contoh jelek dengan mengabaikan protokol kesehatan saat deklarasi agustus lalu. Jangan mudah terpengaruh terhadap ocehan mereka karena malah menghalangi langkah pemerintah menangani Corona.
Penulis adalah aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Papua