Oleh : Dany Sulistiyo (Penulis adalah pengamat sosial politik)
Pasca Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan secara resmi hasil rekapitulasi Pilres pada 21 Mei 2019, aksi massa yang merupakan simpatisan dari kubu 02 berujung pada kericuhan hingga melewati jam Sahur. Kerugian secara materialpun tak terelakkan, sebagian toko di sekitar tempat kerusuhan terpaksa tutup karena takut akan adanya penjarahan.
Padahal sebenarnya aksi tersebut hanya bisa dilakukan hingga pukul 18.00. Polisi pun telah memberikan toleransi hingga waktu tarawih usai, sampai akhirnya massa berangusr meninggalkan lokasi. Namun ketika malam semakin temaram, massa yang ingin bertindak anarkis semakin banyak.
Baca Juga
Bentrokan pun terjadi antara para perusuh dengan polisi. Tindakan provokasi seperti saling lempar batu, petasan hingga bom molotov juga tidak terhindarkan. Aksi kejar – kejaran juga terjadi di Sarinah hingga ke Pasar Tanah Abang. Beberapa fasilitas publik rusak, asrama kepolisian dan bahkan korban jiwa melayang.
Kerusuhan itu juga menjadi pemicu lesunya bisnis hotel. Dimana jumlah pengunjung dan pemasukan per harinya berkurang. Hal ini dialami oleh hotel – hotel yang dekat dengan lokasi kerusuhan. Bahkan saat itu beberapa negara juga telah mengeluarkan travel advice yang merupakan peringatan bagi turis yang sedang berlibur disitu.
Kondisi kerusuhan 21 Mei dan 22 Mei lalu, bahkan turut mengganggu stabilitas ekonomi. Rupiah terdampak dengan nilai tukarnya yang turun beberapa poin. Hal ini tentu menunjukkan bahwa para investor akan bermain lebih aman terlebih dahulu.
Dalam aksi inkonstitusional tersebut, mantan anggota tim Mawar, Fauka Noor Farid ditengarai berada di belakang aksi demonstrasi di sekitar Badan Pengawas Pemilu yang terjadi pada 21-22 Mei lalu.
Fauka merupakan anak buah Prabowo Subianto di Komando Pasukan Khusus. Selain itu dirinya juga menjadi bagian dari Tim Mawar yang terlibat dalam penculikan aktivis tahun 1998. Dirinya juga ikut berupaya memenangkan Prabowo Subianto dalam pilpres 2014 dan 2019.
Fauka ditengarai berada dalam kawasan Sarinah, persis di depan Gedung Bawaslu, saat kerusuhan 22 Mei terjadi. Kala itu Fauka tercatat beberapa kali berkomunikasi dengan Ketua Umum Baladhika Indonesia Jaya Dahlia Zein tentang kerusuhan yang pecah di kawasan Bawaslu.
Pihak dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandiaga mengatakan bahwa Fauka turut serta dalam merancang demonstras di Bawaslu beberapa pekan sebelumnya. Menurut sumber ini, telah terjadi beberapa kali pertemuan membahas rencana demo yang bertempat di kantor BPN di Jalan Kartanegara Jakarta Selatan.
Sejumlah personel Garda Prabowo, organisasi yang didirikan dan dipimpin Fauka dalam demonstrasi. Salah satunya Abdul Gani Ngabalin, Ia adalah bekas anak buah Rozario Marshal alias hercules, preman Tanah Abang dan kini sudah ditahan polisi. Tapi Fauka menyangkal memerintahkan Abdul Gani ikut berunjuk rasa.
Nama Tim Mawar dikenal sebagai sebuah tim dalam kesatuan Komando Pasukan Khusus Grup IV TNI AD. Tim ini diduga melakukan penculikan aktivis dalam tragedi 1998.
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra menuturkan bahwa penyidik terus berupaya menggunakan berbagai sumber untuk mengungkap kasus tersebut.
Asep juga menanggapi salah satu sumber laporan yang berasal dari pihak kepolisian dan mengatakan masih akan mendalaminya, dan semua itu masih dalam penyelidkan kepolisian.
Hal tersebut juga ditanggapi oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto yang mengungkapkan bahwa Polri akan buka – bukaan mengenai tokoh – tokoh yang diduga menjadi dalang kerusuhan di Jakarta pada 21 – 22 Mei 2019 lalu.
“Kita ingin penjelasan detail dan lengkap mengenai tokoh – tokoh yang ditangkap. Besok, Jam 10.00 WIB, akan disampaikan oleh timnya yang berwenang,” tutur Wiranto.
“Penjelasan secara detail mengenai tokoh – tokoh yang ditangkap, kenapa sebabnya, alasannya apa, besok itu akan lebih lengkap disampaikan ke publik. Jadi bukan informasi lagi, darI berita acara pemeriksaannya,” tutur Wiranto.
Pada tahun 98 Prabowo boleh jadi tidak terlihat secara langsung dalam garis komando Tim Mawar yang beranggotakan para anak buahnya yang personel kopassus itu. Namun, bukan mustahil juga yang memerintahkan penculikan tersebut atas titah mertuanya, sebagaimana diungkap dalam dokumen rahasia AS.