Oleh : Darti D
Tahun politik kini kembali terulang. Seluruh rakyat indonesia dari berbagai kalangan, suku, adat dan istiadat yang berbeda akan merayakan pesta demokrasi terbesar di indonesia. Pesta demokrasi yang setiap lima tahun sekali dilaksanakan ini selalu saja berhasil mencuri perhatian masyarakat. Bagaimana tidak, melalui pemilihan ini pesan rakyat bisa tersampaikan, aspirasi, keluhan dan semuanya didengar. Melalui pemilihan ini juga, nasib indonesia lima tahun kedepan ditentukan akan lebih baik atau bahkan akan lebih buruk. Jika melihat kondisi bangsa indonesia saat ini kita bisa menilai pemimpin seperti apa yang sedang dibutuhkan bangsa ini. Pemimpin dengan karakter yang seperti apa? Namun kebanyakan masyarakat awam tidak dapat menilai dan memilih dengan baik pemimpin yang akan menentukan hidup dirinya dan negaranya kedepan. Bukankah ini sudah menjadi masalah yang seharusnya sejak dulu sudah teratasi. Namun nyatanya sampai detik ini masalah tersebut tak kunjung terselesaikan.
Disamping itu juga, salah satu sarana masyarakat mendapatkan informasi seperti internet, tv, radio kini sulit untuk bisa kembali dipercaya. Mengapa saya mengatakan demikian, faktanya telah berbicara seperti itu. Kini banyak media-media yang telah memihak pada salah satu calon pemimpin. Memberikan informasi yang tidak benar dengan tujuan ingin menaikkan elektabilitas calon pemimpin yang didukungannya. Menyebarkan berita-berita hoax yang tidak mempunyai dasar dan bukti yang cukup kuat atas kebenarannya. Berita-berita hoax yang kini tersebar luas didunia maya maupun dunia nyata mempunyai dampak besar terhadap pilihan masyarakat.
Baca Juga
Solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan diatas adalah dengan literasi. Solusi yang dirasa paling efektif dan mampu memberikan dampak yang besar adalah dengan literasi. Literasi bukan hanya memberikan informasi yang baru tetapi juga mampu mengeduksi dan memberikan pemahaman yang jelas. Dengan banyaknya berita hoax diluar sana, literasi dapat dijadikan sarana alternatif untuk mendapatkan berita yang lebih aktual dan dapat dipercaya. Dengan literasi kita mampu bersinergi untuk melawan penyebaran hoax demi suksesnya pemilu yang damai, berkualitas, dan bermartabat. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebutkan, sedikitnya 170 juta masyarakaat indonesia memiliki minimal 1 ponsel atau satu sim card. Dengan demikian mereka bisa berbagai informasi dengan cepat. Namun, rupanya hal ini menimbulkan polemik baru. Informasi yang benar dan salah menjadi campur aduk. Menjadikan berita yang tersebar menjadi berita yang salah atau berita hoax. Namun, kata Rudiantara (Menteri KOMINFO), kini pemerintah fokus pada “hulu”. Bukan hanya pembatasan atau pemblokiran, melainkan lebih kepada literasi masyarakat. Hal serupa juga diungkapkan oleh Nukman Luthfie seorang pengamat media sosial. Menurut dia, pada era saat masyarakat sulit membedakan informasi yang benar dan salah, hal terpenting adalah meningkatkan literasi media dan literasi media sosial.
Selain itu, untuk mewujudkan keberlanjutan pembangunan nasional yang telah menjadi cita-cita bangsa, negara ini harus dipimpin oleh orang yang benar-benar peduli terhadap rakyat dan negaranya. Untuk mewujudkan hal tersebut kita perlu menjadi pemilih yang cerdas. Pemilih yang cerdas itu apa sih? Pemilih cerdas itu adalah mereka yang memiliki sejumlah karakteristik perilaku pemimpin. Kiat-kiat untuk menjadi pemilih yang cerdas adalah pertama, anti money politic yakni pemilih yang menentukan pilihannya tidak karena motif imbalan materi atau menerima suap sejumlah uang ataupun bentuk material lainnya dari pihak tertentu. Kedua, tidak asal pilih, yakni konstituen dalam memilih calon pemimpin tidak sekedar menggugurkan hak/kewajiban sebagai warga negara. Ketiga, visi misi dan platform yang diusung partai atau koalisi partai dan calon pemimpin, menjadi pertimbangan utama untuk memutuskan pilihan definitifnya. Keempat, pemilih yang belajar dari pengalaman empiris perihal banyaknya pemimpin yang tersandung kasus pidana.
Jadi, yang harus kita lakukan hari ini adalah meningkatkan literasi atau minat baca masyarakat dan menjadikan pemilih yang akan memilih dan sudah memilih menjadi pemilih yang cerdas untuk menjadikan indonesia emas kedepannya.