Oleh : Alfiyah
Media merupakan subyek pembicaraan utama atas suatu peristiwa. Namun, untuk saat ini tampak diragukan peran aslinya sebagai media yang netral, independen dan menjadi pelopor ketersediaan informasi yang jujur serta tidak berpihak pada kepentingan demokratis. Karena lebih mengutamakan keuntungan ekonomi daripada memberikan pendidikan moral dan politik yang benar.
Baca Juga
Dalam era digitalisasi semacam ini idealnya sebuah berita berisikan informasi yang mengedukasi, menghibur serta tidak mengaburkan peristiwa yang ada. Karena, setiap orang mampu dengan mudah mengakses media melalui e-paper. Meskipun tidak bisa menjamin keaslian berita tersebut.
Menuju pemilu 2019 ini misalnya, sistem media massa selain berlomba-lomba saling mengunggulkan calon pilihannya, tidak sedikit ditemukan berbagai ujaran kebohongan atau Hoax, fitnah serta saling menjatuhkan. Hal-hal semacam inilah yang sedang mewarnai republik ini.
Hakikatnya media massa memiliki tiga peran utama yang sudah disebutkan diatas yaitu memberikan informasi, pendidikan serta hiburan bagi masyarakat. Melalui informasi masyarakat mampu mengetahui dan memahami sistem nilai, budaya, serta berbagai bidang yang berlaku di lain tempat dan lain waktu. Adanya Pendidikan, masyarakat bisa dengan mudah mengakses tentang keterampilan, pengetahuan serta apapun yang ingin dipelajari. Dalam hal hiburan, masyarakat dapat mengisi waktu luangnya dalam waktu yang sama berisikan konten positif dan beredukasi tinggi.
Dalam pelaksanan pemilu 2019, media massa diharapkan memiliki peran cukup besar teerhadap warga diberbagai daerah. Bukan hanya dituntut tentang bagaimana alur pemilu 2019 secara baik dan benar, tetapi juga mengedukasi kepada para pemilih tentang urgensi pemilu pada kepentingan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, selain memberikan informasi media
demokrasi yang sesungguhnya. Dalam pelaksanananya, proses pemilu sering di liputi berbagai persoalan serta kekhawatiran. Disinilah tugas utama media massa untuk mengawasi proses maupun pendidikan politik terhadap semua pihak pada semua tahapan pemilu.
Kembali pada perbincangan pemilu 2019 khususnya pemilihan capres dan cawapres, bahwa dalam hal itu tidak akan sulit mengingat sosok calon pemimpinnya yang sudah dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Jokowi misalnya, sosok yang terkenal merakyat, sederhana dan terkesan bekerja secara tulus serta fokusnya untuk bekerja dan bekerja hanya bagi rakyat itulah yang mengantarkan yang bersangkutan menjadi makin populer dan banyak diberitakan.
Kemudian cawapres kedua yakni prabowo yang pernah berkarya di tentara tetapi dikenal dekat dengan rakyat kecil, orang miskin didesa dan dimana-mana. Ia yang gencar-gencarnya mengkampanyekan peningkatan ekonomi rakyat dengan berbagai macam strateginya. selain itu Ia juga ingin mengentaskan rakyat dari kubang kemiskinan.
Masih ada banyak lagi cerita baik yang belum diungkap dari masing-masing calon. Karena mereka semua adalah orang baik serta unggul sehingga mampu menjadi wakil dari jutaan suara rakyat Indonesia untuk menjadikan negeri yang maha luas ini menjadi lebih maju, serta mampu menjamin kesejahteraan rakyat.
Ringkasnya menjelang pemilu 2019 ini sama halnya dengan berkelahi, diantara mereka saling memukul, dan terkadang saling menjatuhkan. Mereka lupa bahwa hakikatnya adalah untuk menyejahterakan rakyat. Bedanya sakitnya perkelahian hanya dirasakan oleh pelakunya sedangkan dalam berpolitik hal semacam ini bisa dirasakan oleh semua orang termasuk rakyat yang tidak mengerti apa-apa.
Oleh karena itu, peran media sangat penting dengan ikut serta mengkampanyekan pemilu 2019 tanpa adanya ujaran kebencian, permusuhan serta mengedukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga rasa damai antar sesama anak bangsa untuk tidak menjadi partisipan dalam penyebarluasan hal-hal tersebut. Karena berbeda dalam memilih adalah bukan sebuah alasan mampu menerima, menghargai serta mematuhinya sebagaimana Tuhan telah memetintahkan itu.