Stop Hoax, Let’s Think Smart

Oleh : Dewi Sariyanti

 

Pengertian Hoax dan Media Penyebarannya

Baca Juga

Menurut KBBI, Hoax mengandung makna berita bohong, berita tidak bersumber. Menurut Silverman (2015), hoax merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, namun “dijual” sebagai kebenaran. Menurut Werme (2016), mendefiniskan Fake news sebagai berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoax bukan sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta.

Jika suatu kaum itu selalu mengingat Allah dan Syariat-syariatnya, di dalam peraturan-peraturan yang dibuat oleh Allah SWT untuk umat Nya, bahwa jika Seseorang menerima berita, cari tahu dahulu kebenarannya, agar tidak menyakiti Orang lain / Kelompok lain yang nantinya akan membuat dirinya menyesal atau rugi sendiri karena ikut menyebarluaskan berita yang tidak benar.

Secara logika, orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi dan pintar seharusnya bisa lebih terhindar dari pesan hoax atau informasi yang berisikan kebohongan. Tapi, koq ada saja ya orang yang pintar namun masih termakan oleh hoaks ? Bisa jadi hal ini dikarenakan orang yang berpendidikan lebih kreatif dalam mencari justifikasi atau pembenaran dari sebuah kesimpulan yang ditawarkan. Orang dengan pendidikan tinggi cenderung lebih percaya diri dengan apa yang ia yakini. Bukan Mereka tidak melihat data nya, mereka melihat data itu muncul dan ada ketidakpercayaan. Membangkitkan ketakutan dan harapan itu laku sekali di jaman politik ini. Orang melakukan itu sesuai dengan apa yang dipercayai dan apa yang terbaik baginya.

 

Makin Pintar Seseorang, Makin Jago Bikin Hoax Yang Meyakinkan

Di era yang serba dimudahkan oleh kemajuan media sosial yang semakin canggih, hoax atau kebohongan yang tersebar semakin banyak ditemukan. Akan tetapi tidak semudah itu membuat hoaks, malahan semakin pintar seseorang justru semakin jago dia untuk membuat hoax.

Membuat suatu berita kebohongan membutuhkan kreativitas. Sebab orang tersebut sudah harus mampu menebak bagaimana reaksi yang akan ditampilkan orang-orang dari kabar tersebut.

 

Alasan hoax tetap ada         

Berbagai cara telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang peduli dengan maraknya hoax di kehidupan masyarakat. Pemerintah misalnya telah membuat pagar hukum dengan menyetujui lahirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektonik, memblokir situs-situs yang menyebarkan hoax, menangkap sindikat penyebar hoax hingga membentuk lembaga siberkreasi yang berfokus dalam menangani hoax. Tidak hanya itu, masyarakat juga turut serta dalam menekan peredaran hoax dengan memberikan klarifikasi terhadap hoax. Diantaranya adalah Mafindo (Masyarakat Anti FItnah Indonesia) yang secara aktif dan peduli memberikan karifikasi akan hoax hingga melakukan literasi media, baik dikalangan masyarakat hingga jurnalis. Lantas mucul pertanyaan, sebenarya faktor apa saja yang mempengaruhi hoax masih terus ada dan berkembang.

Berikut beberapa alasan hoaks tetap ada, yaitu:

Jurnalisme yang lemah, jurnalisme yang lemah membuat konten hoax terus berkembang karena tidak terbiasa dengan proses verifikasi, check dan recheck. Peran media profesional yang seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di masyarakat semakin lama semakin tergerus.

Ekonomi, Faktor ekonomi yang lemah membuat peredaran hoak terus ada. Bagaimana tidak, dengan memproduksi hoax atau mengarang berita seseorang bisa mendapatkan penghasilan yang dapat mendokrak ekonominya.

Internet, kemunculan internet semakin memperparah sirkulasi hoax di dunia. Sama seperti meme, keberadaannya sangat mudah menyebar lewat media-media sosial. Apalagi biasanya konten hoax memiliki isu yang tengah ramai di masyarakat dan menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang membagikannya.

Munculnya media abal-abal, kemunculan media abal-abal sama sekali tak menerapkan standar jurnalisme. Keadaan ini tentu semakin memperburuk kualitas informasi yang tersebar di masyarakat.

Pendidikan, rendahnya kualitas pendidikan membuat seseorang tidak bisa menyaring informasi yang diterimanya apalagi mencoba untuk bertindak kritis dengan membandingkan setiap informasi yang diterimannya dengan informasi yang ada di berbagai media mainstream.

Literasi media yang rendah, rendahnya literasi media membuat seseorang cenderung mempercayai sebuah informasi yang diterima, didapatkannya tanpa melakukan verifikasi. Rendahnya literasi media membuat seseorang cenderung untuk membagikan setiap informasi yang dapatkannya kepada orang lain tanpa mengetahui kebenaran dari sebuah informasi tersebut.

 

Waspada Hoax Media Sosial Jelang Pemilu 2019

pentingnya penggunaan internet secara positif demi menangkal berita bohong alias hoax. internet merupakan fasilitas positif yang memang ditujukan untuk mendatangkan kebaikan. Namun, jika disalahgunakan, dapat memberikan ancaman, khususnya terhadap ideologi bangsa. Beberapa tahun terakhir ini, ujaran kebencian, hoax dan fitnah marak terjadi di Jakarta dan seluruh wilayah Indonesia. Hal ini membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Isi media sosial kini, terutama jelang Pemilu 2019, cukup membuat miris. Bangsa Indonesia rasanya semakin terpolarisasi terhadap pandangan dan pendapat yang tidak rasional. Seperti kasus Meiliana di Tanjung Balai. Kerusuhan terjadi bukan karena kritikan Meiliana, melainkan postingan di media sosial yang mengakibatkan pembakaran rumah ibadah. Setelah diselidiki, oknum yang posting bukan warga Tanjung Balai melainkan dari Jakarta. Artinya, dari Jakarta saja bisa menyebarkan kabar yang negatif dan menyulut kerusuhan. masyarakat tidak terlalu peduli menggunakan sosial media untuk mencari visi misi, rekam jejak, serta program dari pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Tetapi lebih tertarik dengan hal yang berbau ujaran kebencian, hoax, dan fitnah.

Penyebaran hoax, ujaran kebencian, dan isu SARA serta fitnah, sudah merusak demokrasi kita. Tahun ini, kita masuk dalam tahun politik. Ini yang harus kita jaga supaya tidak merusak demokrasi kita. Mari kita cegah penyebaran konten negatif dan menggunakan internet secara positif dan sehat. Dan ingat internet negatif ada konsekuensi hukumnya.

Pemanfaatan Internet Sebagai Sumber Informasi Publik Bagi Generasi Milineal itu merupakan bagian dari kewajiban pemerintah menjaga hak masyarakat untuk mengakses teknologi dan informasi. Dalam menjalankan kewajiban ini, selain membangun infrastruktur informasi dan teknologi ke seluruh pelosok wilayah Indonesia, pemerintah harus menyebarkan pemanfaatan internet yang sehat.

Rata-rata pengguna internet jarang membaca informasi dengan lengkap. Hasilnya, mereka mendapatkan informasi yang salah dan bahkan ikut menyebarluaskan lewat sosial media. Jadi kalau ada postingan di media sosial yang menyebabkan kebencian, fitnah atau hoax, jangan langsung dikomentari atau di like. Kenapa begitu? Kalau kita masih komentar, maka status atau info itu terdorong ke atas. Lebih baik langsung dilaporkan ke pihak media sosial itu.

Semoga Pemilu 2019 berjalan lancar dan sukses, tanpa adanya hoax yang akan memicu kerusuhan. Baik Calon yang menang maupun yang kalah seharusnya bersama-sama mewujudkan kemajuan Bangsa dan Negara berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila dengan tidak melanggar Syariat-Syariat yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

 

Related Posts

Add New Playlist