Oleh: Edi Jatmiko
Pemerintah memastikan stok pangan jelang Natal dan Tahun Baru dalam kondisi aman. Selain itu, Pemerintah juga terus berupaya agar masyarkat mudah mengakses kebutuhan tersebut dengan harga yang terjangkau.
Sudah menjadi rutinitas menjelang hari besar keagamaan atau pergantian tahun, harga bahan-bahan pokok akan melonjak. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, pendistribusian hingga faktor lainnya. Seringnya warga mengaitkan hari libur karena hari besar inilah yang menjadikan pasokan pangan berkurang. Akibatnya, stok yang adapun harganya dilambungkan.
Seolah sudah biasa akan hal ini, warga menjadi sedikit cuek jika harga sembako dan kelengkapannya mencapai kenaikan. Akan tetapi ada pula yang mengeluh atas kejadian seperti ini.
Baca Juga
Namun, ada yang berbeda tahun ini. Pemerintah mengklaim melalui Badan Ketahanan Pangan akan melaksanakan rencana aksi pengamanan stabilisasi harga serta pasokan pangan. Menjelang Hari besar Keagamaan Nasional (HKBN) Natal 2018 dan Tahun Baru 2019. Yang meliputi; rapat koordinasi (rakor) oleh seluruh instansi dan pemangku kepentingan terkait pengamanan pasokan dan stabilisasi harga pangan di tingkat pusat dan juga daerah.
Pemantauan pasokan serta harga pangan pokok ini akan dilakukan terutama di pasar utama dan wilayah sentra produksi, termasuk menggelar pangan murah ataupun operasi pasar selektif. Menurut laporan, fokus program ini akan dilaksanakan di sembilan provinsi dengan mayoritas warga yang merayakan hari raya Natal dan Tahun Baru. Yaitu, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, NTT, Maluku, Kalimantan Barat dan Bali sebagai destinasi wisata.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi memastikan pihaknya akan melancarkan pemantauan pangan pokok dan strategis, dalam kurun waktu November hingga Desember 2018 secara kumulatif dalam kondisi aman (surplus). Namun, daging sapi atau kerbau sebagai pengecualian. Ia menjelaskan jika ketersediaan sapi lokal selama bulan November-Desember mencapai 71.121 ton, sementara kebutuhan berada di angka 109.723 ton.
Kendati demikian, Agung menjamin defisit daging sebesar 38.611 ton akan terpenuhi dari stok sapi dan kerbau siap potong sebesar 36.952,56 ton. Bahkan, masih akan ditambah stok daging dan jeroan yang ada di gudang importir serta Bulog yang berada di angka 13.544 ton.
Semua stok tersebut akan terdistribusi di wilayah Jabodetabek, Bandung, Bali, Batam juga Kepulauan Riau. Di lembaga Bulog pun masih terdapat stok dan daging kerbau sebanyak 3.368,96 ton. Neraca final pada Desember ini diperkirakan mengalami surplus mencapai 17.296,52 ton.
Surplus ini ditengarai juga berlaku pada sembilan bahan pokok lainnya. Bahan pangan tersebut antara lain, beras dengan jumlah 3,83 juta ton, minyak goreng sebesar 24,50 juta ton, ketersediaan gula pasir 344 ribu ton, bawang merah 136 ribu ton, daging ayam 335 ribu ton, dan telur ayam ras mencapai 806 ribu ton.
Ketersediaan beras ini makin diperkuat oleh cadangan beras yang ada di masyarakat (yakni, rumah tangga petani, horeka dan juga penggilingan). Dikatakan bahwa data beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) menyebutkan, jika stok beras masih aman dan lebih tinggi jika dibanding dengan tahun lalu.
Dari kondisi di lapangan, pemerintah yakin hingga akhir tahun 2018, khususnya periode Natal dan Tahun Baru dipastikan harga pangan pokok dan strategis berada di garis aman dan stabil.
Sementara itu, berdasarkan sejumlah laporan dari semua pihak yang meliputi, Bulog, BUMD Pangan, DKPKP, Dinas UMKM, hingga Dinas Perindustrian dan Energi kompak menyatakan ketersediaan pangan menjelang dua hari besar tersebut stabil dan terkondisikan. Tak hanya berdasar atas laporan saja, namun instansi terkait langsung terjun ke lapangan guna memastikan keadaan riil serta mencocokkannya dengan keterangan stok pangan.
Dengan sejumlah data yang akurat serta didukung oleh pernyataan pihak terkait, hal ini tentunya makin membuat warga tenang dan nyaman saat menyambut Tahun Baru dan Natal. Bukan tak mungkin pemerintah kembali mengulang kejayaan dalam menstabilkan harga seperti saat menjelang Hari Raya Keagamaan Umat Islam (Idul Fitri). Hal ini tercermin saat pasokan bahan pangan telat, kemudian instruksi presiden Jokowi turun untuk melakukan sejumlah sidak. Termasuk perintahkan para menteri terkait guna menjaga kestabilan harga-harga pangan yang dinilai rawan menjelang hari besar. Tentunya langkah ini membuktikan bahwa pemerintah tak main-main atas perhatiannya kepada seluruh rakyat Indonesia, dalam mewujudkan stabilitas ekonomi nasional, yang aman dan terkendali terutama di bidang ekonomi.