Bakti Kominfo melaksanakan seminar live straming bertemakan “Kontribusi Milenial Dalam Mendorong Kemajuan Indonesia di Era Perkembangan Teknologi dan Informasi” yang diisi Farah Puteri Nahlia, B.A, M.Sc Anggota Komisi 1 DPR RI, Yuliandre Darwis Ph.D Ketua Dewan Pakar ISKI lalu dengan Dr. R. Widya Setiabudi Sumadinata, M.T., M.Si selaku Dekan Fisip Universitas Padjadjaran, yang mana dalam seminar live streaming tersebut, Yuliandre Darwis Ph.D menyampaikan bahwa “Ada yang menarik ketika bicara tentang kontribusi milenial sudah mendorong kemajuan di era perkembangan teknologi dan informasi, fakta hari ini Bakti, Kominfo situasi terkini dari cakupan sinyal di wilayah Indonesia, jadi sehebat apapun pemikiran tapi teknologinya tidak tepat akan berantakan, dari data melihatkan ada 2G, 3G dan 4G bahkan sekarang pengembangan berapa negara-negara maju untuk menjadi 5G, cakupan ini menjadi sebuah hal yang penting, sesuai dengan visi Presiden menginginkan daerah 3T untuk dibangun infrastruktur secara detail, di sini ada kurang lebih 169 BTS, tower-tower dibangun mulai dari konsep.
Mulai dari fiber optic melalui jalur laut maupun jalur darat, tulang punggungnya sudah merajut Nusantara itulah yang dilakukan penetrasi oleh Kominfo sesuai dengan visi Presiden, menjadi catatan penting, secara teknologi tidak ada masalah, ketika infrastruktur dibangun apa yang jadi masalah, teknologi ini digunakan tepat atau tidak, ternyata membutuhkan suatu ekosistem yang kuat, ekosistem yang terukur, bagaimana menggunakan teknologi dengan tepat, kalau tidak sia-sia pembangunan infrastruktur yang secanggih ini. Ketika teknoligi ini canggih semua orang berubah situasinya, kebutuhan hidup manusia yang semakin bergeser, kalau melihat data hari ini semua teknologi infrastruktur tidak ada yang tidak bagus, semuanya bagus.
Generasi milenial adalah sumber daya manusia dengan potensi yang luar biasa yang sangat diperlukan pada masa ini, di mana teknologi komunikasi menjadi yang terdepan dua karakter yang cukup menonjol dari mereka adalah saling terhubung dan seolah tak bisa dibatasi keberadaan internet, wi-fi, laptop dan smartphone, memungkinkan mereka saling terhubung memiliki perspektif global inilah penggunaan internet di Indonesia, data menunjukan milenial yang paling tinggi.
Peneliti Ericsson ConsumerLab waktu yang lalu terkait tren konsumen sebutkan bahwa produk teknologi muncul akan banyak mengikuti perilaku gaya hidup milenial, bagaimana produk teknologi mengikuti gaya hidup millenials, orang-orang millenials tidak bisa lepas dengan Youtube, Facebook, Spotify, Instagram, Tiktok dan sebagainya ini menjadi sesuatu fakta hari ini.
Yang harus diperhatikan generasi milenial secara mengejutkan menunjukkan kebiasaan keamanan daring yang mengendur, data menyebutkan ada 20% generasi milenial yang senang berbagi kata sandi berpotensi mengorbankan keamanan daring mereka, karena terlalu terbuka, tanpa percaya ada yang namanya merusak sistem cyber mereka
Ancaman keamanan cyber yang siap menerkam para pengguna, aktivasi pelaku internet yang gampang tersulut emosi, baik emosi negatif maupun positif di internet, ini yang harus diperhatikan oleh milenial keamanan berselancar di internet, perlindungan terhadap data pribadi dan perilaku dalam berinternet akan menjadi sesuatu yang dikoreksi dan bahkan menjadi kelemahan dari seorang milenial ketika menggunakan teknologi.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. R. Widya Setiabudi Sumadinata, M.T., M.Si selaku Dekan Fisip Universitas Padjadjaran menyampaikan bahwa “Bonus demografi peluang atau tantangan suatu kondisi dimana jumlah penduduk yang memasuki usia produktif yaitu usia 15-65 tahun itu menjadi mayoritas penduduk kurang lebih 70% persentasenya dibandingkan jumlah penduduk yang ada, dalam konteks Indonesia diperkirakan bonus demografi ini akan terjadi sekitar tahun 2020-2030. Kurva dari pertumbuhan jumlah penduduk usia produktif naik, sedangkan kurva pertumbuhan penduduk dengan usia 0-14 tahun atau anak berada di tengah.
Sedangkan yang diatas 65 tahun itu berada di bawah, akan terjadi sekitar tahun 2020-2030 untuk Indonesia, sering dikaitkan dengan apa yang sering disebut sebagai Indonesia emas tahun 2045 , 100 tahun dari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2045 dan radikal bonus demografi antara 2030-2035 artinya nanti ini menyongsong untuk Indonesia emas.
Dibandingkan dengan negara lain kondisinya Indonesia sekarang ini masih seperti piramida, seperti Jepang tahun 50-an, Jepang menjadi raksasa industri perekonomian tertinggi itu di sekitar tahun 80-an puncak-puncaknya 30 tahun kurang lebih, kalau menghitung dari sekarang 30 tahun terlalu lama, perkembangan teknologi mungkin bisa mempercepat proses itu, dibandingkan dengan negara yang lain Indonesia di 2036 puncaknya, lalu Cina di tahun 2016 puncaknya sudah lewat, lalu Brazil di tahun 2032 dan India di tahun 2052 ini dibandingkan dengan negara-negara lainnya, prosesnya Jepang itu dari mulai dari tahun 1964-2004 itu memakan waktu 40 tahun, Italy18 tahun, Republik Korea 40 tahun dan seterusnya.
Korea Selatan gambarnya tahun 1950 kurvanya piramida banget sudah 25 tahun kemudian, sudah mulai membentuk kurva yang agak geser ke tengah dan tahun 2005 yang lalu sudah menyerupai guci terbalik.
Apa yang dilakukan Korea, mereka di antaranya adalah melakukan shifting dalam strategi pendidikan, bagaimana kurikulum disesuaikan dengan kondisi atau tantangan yang ada, model-model perkuliahan itu berorientasi kepada kebutuhan pasar, bahwa bonus demografi ini ibarat pisau bermata dua, satu sisi memang nanti akan jadi potensi, di sisi lain bisa jadi beban jika tidak diantisipasi.
Persoalanya adalah bagaimana caranya menjadi bonus dan bukan beban, angkatan kerja yang berlimpah harus diiringi agar kualitas sumber daya manusianya bagus, kesehatannya bagus, pendidikannya bagus, harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang harus disediakan, lalu dengan jumlah anak yang sedikit akan memungkingkan memasuki pasar kerja lebih banyak
Karena berkurangnya anak usia 0-15 tahun anak-anak, maka alokasi APBN bisa dialihkan, misalnya kalau dulu buat imunisasi sekarang digeser ke pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, bagaimana menyikapi bonus demografi agar tidak menjadi beban. Siapa yang akan berperan dalam bonus demografi, mereka adalah kaum generasi Y atau generasi millenials, bonus demografi pertama mulai 2017-2019 yang kedua sekarang ya 2020-2035 dan puncaknya 2028-2032 puncaknya
Maka yang akan menjadi pemain utama pada saat Indonesia mencapai puncak bonus demografi itu adalah mereka yang lahirnya antara tahun 1980 -1995 mereka ini adalah generasi millenials atau generasi Y, generasi ini yang akan menjadi motor bagaimana bonus demografi itu menjadi hikmah atau menjadi beban.
Bagaimana mengoptimalkan generasi millenials agar tepat berperilakunya ketika mereka tiba pada masa bonus demografi tersebut, dan harus menyesuaikan arah pembangunan diri ini sesuai dengan karakter generasi millenials dan generasi Z, artinya mengenali karakter dari tiap-tiap generasi ini penting, agar pada masa bonus demografi masuk maka sudah siapkan generasi itu.
Presiden Prabowo Tingkatkan Sinergitas Antar Instansi Berantas Narkoba Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan pentingnya…
Komitmen Presiden Prabowo Lanjutkan Pembangunan IKN Berikan Rasa Aman Investor Jakarta – Presiden Prabowo Subianto,…
Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang terletak di Kalimantan Timur terus menjadi sorotan utama…
Apresiasi Kunker Presiden Prabowo ke Luar Negeri Perkuat Kerjasama Ekonomi Oleh : Andi Mahesa Presiden…
Presiden Prabowo Subianto tengah melakukan lawatan luar negeri yang strategis, dengan kunjungan pertama ke Tiongkok…
Pemuda dan Mahasiswa Serukan Pilkada Damai dan Berinteritas Jakarta – Menyambut pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah…