Penulis: Adil Warmadewa (Mahasiswa Universitas Gajahmada Jogjakarta)
Berdasarkan hasil quick count berbagai lembaga survei yang mengunggulkan pasangan calon nomor urut 01 itu sebagai pemenang pemilihan presiden 2019. Sampai pada waktunya rekapitulasi suara secara resmi diumumkan Komisi Pemilihan Umum. Sementara di kubu 02 terus melakukan politik membangun persepsi publik, bahwa mereka lah pemenang pilpres. Mereka membuat manuver agar masyarakat tidak percaya terhadap lembaga survei. Untuk itu sebaiknya semua pihak bersabar menunggu keputusan resmi KPU dengan tidak membangun persepsi di publik yang justru akan meprovokasi massa. Pendekatan hitung cepat quick count merupakan metode pengetahuan yang telah teruji diberbagai penyelenggaraan Pemilu di beberapa negara. Karena apa jadinya jika metode tersebut tidak dilakukan dan justru memberi peluang kepada pihak-pihak tertentu untuk melakukan kecurangan, dan rakyat pemilih di buat gelap sepanjang menunggu hasil resminya.
Ketika kita berbicara terkait panggung politik, rasanya tidak bisa lepas dari konflik yang menjadi bumbu kisah perjalanan politik Indonesia. Konflik yang sehat dan konstruktif akan membuat rakyat Indonesia semakin bersatu dan lebih dewasa, namun konflik yang berkepanjangan cenderung berpotensi memecah-bela persatuan dan kesatuan bangsa. Sudah sepantasnya pertarungan politik hanya terjadi di medan politik. Selanjutnya semua pihak harus dapat menerima hasilnya dengan bijaksana. Pemimpin harus siap menang kalah dalam sebuah kiontestasi. Pertarungan yang seharusnya selesai saat presiden-wakil presiden baru terpilih dan membuat seluruh masyarakat bersatu bisa menjadi tidak tuntas jika masih terdapat oknum yang tidak bertanggungjawab yang tak mampu menerima kekalahan pasangan politik yang didukungnya.
Jika hasil dari seluruh hajat Pemilu 2019 ini tak pernah menunjukkan indeks prestasi positif, sebagai bangsa masih tetap berada di halaman belakang daripada negara-negara tetangga, belum juga berdaulat secara ekonomi, politik, dan kebudayaan, sesungguhnya kita masih tetap harus merawat harapan. KeIndonesiaan yang hampir menginjak usia ke-74 tahun tak seharusnya tunduk pada segenap perangai negatif kaum pemimpin, tersekap ormas berhaluan menyimpang yang bertentangan dengan falsafah negara dan cita-cita para pendiri bangsa. Apa pun hasil dari Pemilu 2019, tidak semestinya menjadi alasan bubarnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan punahnya negeri kepulauan layaknya negara-negara Balkan.
Adanya oknum-oknum yang enggan menerima hasil Pemilu 2019 dengan lapang dada semakin menambah daftar panjang aib kita sebagai identitas suatu bangsa yang berdaulat dan bermartabat. Sebelum Pemilu 2019 resmi digelar, negeri ini digegerkan dengan maraknya berita-berita bohong atau hoax sehingga menyebabkan banyak pertikaian, baik di dunia maya maupun nyata.
Maraknya berita palsu tersebut ternyata tidak hanya menyebabkan pertikaian yang cukup fatal, akan tetapi juga menyebabkan beberapa orang memutuskan untuk masuk ke dalam Golongan Putih atau Golput. Maka tak heran jika banyak para tokoh politik di Indonesia yang turun gunung untuk meredakan maraknya isu golput ini. Hoax, Golput, dan ditambah oknum-oknum yang tidak terima dengan hasil Pemilu 2019 semakin membuat runyam permasalahan yang menimpa negeri ini. Padahal masih ada begitu banyak permasalahan lainnya yang menunggu untuk diselesaikan dari berbagai lini kehidupan: pendidikan, sarana dan prasarana, ekonomi, dan lain sebagainya.
Jika keadaan ini tetap bertahan dan tidak segera diberantas, lama- kelamaan status bangsa kita yang notabenenya sebagai bangsa yang berkembang akan tetap berjalan di tempat. Mustahil kita mampu menyandang predikat sebagai negara yang maju jika kita tidak memulai untuk bersatu padu mulai dari sekarang. Hal ini tentunya sangat disayangkan mengingat Para Bapak Pendiri Negeri kita telah menentukan tujuan serta cita-cita yang besar bagi Indonesia. Tanpa ini mustahil perjuangan kemerdekaan mereka membuahkan hasil.
Sementara kerangka persatuan menjadi harga mati yang tidak dapat ditawar. Kemerdekaan Indonesia menjadi bukti nyata bahwa cita-cita besar perlu ditopang oleh semangat kebersamaan dan gotong royong. Itulah mengapa rakyat harus mendukung hasil Pemilu 2019 demi suksesnya keberlanjutan kepemimpinan nasional dan suksesnya pembangunan di Indonesia.
Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Suswono pada tanggal 26 Oktober lalu saat acara Deklarasi…
Ancam Stabilitas Bangsa, Presiden Prabowo Perkuat Pengawasan Peredaran Narkoba Oleh: Darmawan Hutagalung Presiden Prabowo Subianto…
Presiden Prabowo Subianto terus melakukan berbagai upaya pemberantasan narkoba. Salah satunya adalah bertemu dengan Presiden…
Indonesia Perkuat Kerja Sama Internasional untuk Meningkatkan Ekspor UMKM Oleh: Arsyinta Mentari Indonesia terus memperkuat…
Presiden Prabowo Berkomitmen Berdayakan UMKM Lewat Program Penghapusan Utang Jakarta, - Presiden Republik Indonesia, Prabowo…
Kunjungan Presiden Republik Indonesia (RI) ke-8, Prabowo Subianto, ke China dan Amerika Serikat (AS) baru-baru…